Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Roman

Jodohku

22 September 2023   07:34 Diperbarui: 22 September 2023   07:46 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Roman. Sumber ilustrasi: pixabay.com/qrzt

"Abah, Hari ini Neng di pecat dari perusahaan."

Nengsih bergegas cerita pada ayahnya yang tengah mengelus-elus si Bony. Kucing kesayangan Abah, peninggalan Emak.

"Alhamdulillah, lihat tuh Bon. Bener kan prediksi Abah. Akhirnya doa Abah terkabul, Bon." Masih terus mendekap Bony, lepas Nengsih menyalami tangannya.

"Apaan sih, Abah nih. Anaknya di pecat, kok malah Alhamdulillah." Sembari cemberut aku meninggalkan Abah yang sedang romantis bersama si bulu lebat.

Sudah tiga tahun aku bekerja di salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang fashion muslimah.
Namun belakangan ini setelah hampir dua tahun Corona singgah di negeri tercinta, membuat sebagian besar perusahaan terkena dampak. Di tempatku bekerja pun sebenarnya sudah ada beberapa karyawan yang sudah lebih dulu dirumahkan.

"Neengg ... Alhamdulillah neng, pas banget aku dipecat, Mas Teguh melamar aku Neng." Aini sahabatku di kantor begitu antusias.

"Aini sayaang, orang tuh kalau dipecat sedih ini malah seneng. Iya sih paling membahagiakan itu pasti saat lamaran Mas mu datang ya!" Aku hanya bisa ikut senang, namun sedih tak terkira Karna sahabatku satu-satunya sudah dirumahkan.

"Neng, aku pasti akan selalu kontak kamu. Siapa tau nanti kamu nyusul dirumahkan juga." Doanya padaku.

Bukan tanpa sebab memang kalau kami lebih seperti mengharapkan resign dari perusahaan ketimbang harus lembur karna ada pengurangan karyawan akibat pandemi ini.

Doa Aini pun terkabul, aku akhirnya dirumahkan juga, lima bulan setelah Aini. Abah adalah orang satu-satunya yang sudah lama menginginkan aku segera menikah. Setidaknya ada seseorang yang akan membantuku merawat Abah.

Aku termasuk orang yang tidak betah terlalu bersantai. Bergerak melakukan sesuatu sudah jadi kebiasaanku sejak dulu. Itu karena didikan Emak yang selalu mengajarkan aku untuk mandiri, dan membiasakan diri selalu aktif juga produktif. Setelah kepergian Emak lima tahun lalu, membuat diriku tidak bisa tinggal diam meratapi nasib. Apapun aku lakukan, selain karena Abah dan Emak hanya punya satu anak. Didikan dari nenek pada Emak pun sama. Diajarkan mandiri, pantang menyerah apapun keadaannya.

"Nak, jadilah produktif setidaknya itu akan bermanfaat untuk dirimu sendiri, syukur-syukur nanti akan bermanfaat bagi orang lain." Pesan Emak yang masih selalu teriang dalam pikirkanku.

**

"Assalamualaikum ... "

"Walaikumsalam." Bergegas kuraih kerudung yang bersandar di bangku kamar. Suara salam dari luar begitu akrab.

"Neneeeng Kasih sayaaang ... surprise!" Sapa sang pemilik suara yang bukan lain adalah Aini.
Panggilan yang tidak pernah berubah saat kali pertama akrab dengannya dikantor. Katanya itu arti dari namaku. Aku pun tak ambil pusing.

"Ya ampun pengantin baru, ngapain pagi-pagi joggingnya sampai sini?"

"Hayu atuh sini masuk, kebetulan Abah lagi jogging juga sama si Bony. Sekalian mau beli sarapan katanya."

Aini dan suaminya kupersilahkan masuk di teras depan, karena Abah tidak ada dirumah, aku pun tidak berani menyuruh mereka masuk ke ruang tamu.

"Neng, aku punya kabar baik dan buruk nih, mana yang mau kamu dengar dulu?" Tanyanya.

"Kebiasaan kamu tuh, selalu aja buat pilihan."

"Kabar baik dulu deh, ada apa. Mau kasih kabar baik apa sama aku?"

"Kamu hamil?" Aku balik bertanya.

"Bukan, Neneng. Ini bukan soal aku. Ini soal kita. Aku mau ajak kamu ikutan komunitas berbagi sesama."

"Kamu tau sendiri kan masa-masa seperti ini banyak orang yang butuh dibantu, karena kita juga termasuk orang yang sebenarnya butuh bantuan setelah dirumahkan, nggak ada salahnya juga kita terjun dulu bantu orang, terlebih orang-orang yang punya pekerjaan jauh lebih berat dari kita." Paparnya.

"Wah, ide bagus Ai. Tapi dengan apa kita bantu?"

"Seperti kata kamu, kita juga termasuk orang yang butuh dibantu." Aku mulai serius bertanya.

"Masku, dia punya satu komunitas berbagi yang sudah dijalankan satu tahun lalu. Bersama teman-temannya. Mereka buat konten berbagi dari hasil edit video yang mereka buat disalah satu aplikasi yang viral itu loh. 'funvideo' duit yang mereka dapat mereka gunakan untuk dibagikan pada yang lebih membutuhkan."

"Aku bilang ke Masku kalau kamu jago gambar ilustrasi Neng." Jelas Aini.

"Jadi nanti kita bikin konten yang lebih menarik dengan ilustrasi yang kamu buat, seperti penulis favorit kamu itu loh. Yang waktu itu bukunya pernah aku baca. "ingin jadi baik". Komik yang sarat makna." Terangnya padaku.

"Wah, oke Insya Allah siap." Jawabku cepat. Sebenernya sedari tadi aku ingin mendengar kabar buruknya.

"Terus, kabar buruknya apa?" Tanyaku pada Aini.

"Oh iya, kabar buruknya ... Kasih tau nggak ya ..."

Aini memang paling jago menggodaku.

"Apa Ai? Ya sudah kalau kamu nggak kasih tau, aku masuk aja." Balasku.

"Iya, iya, aku kasih tau. Gitu aja ngambek." Goda Aini tak ada habisnya. Sang suami hanya menggelengkan kepala dengan senyum tipisnya melihat kelakukan istri tercinta.

"Kabar buruknya, kamu dapet surat cinta dari teman kerja suamiku, ya kan Mas?"

"Eh, iya Neng. Akhirnya aku dapat giliran bicara juga nih." Ucap suami Ai, tawapun terdengar.

"Surat Cinta, apaan sih? Kamu kan tau aku nggak mau cinta-cintaan sebelum nikah." Tegasku, yang sebenarnya Ai paham betul.

"Iya, Neng. Ini ada biodata temen aku. Insya Allah dia Sholeh, mandiri dan juga masih jomblo, kebetulan sekali dia itu sang konten kreator di komunitas kita."

"Asiikkk, Neneng dilamar. Alhamdulillah, Abah mau punya mantu." Potong Abah disela pembicaraan kami, yang tiba-tiba muncul tanpa terdengar langkah kakinya.
Kami pun langsung terkaget dengan kemunculan Abah yang tiba-tiba.

--End--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun