Mohon tunggu...
Dhe Wie S
Dhe Wie S Mohon Tunggu... Penulis - Kang Baca Tulis

personal simple

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Songlit--Pembenci

19 September 2023   19:37 Diperbarui: 19 September 2023   22:25 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu untuk Yori, Istriku memberi sebotol parfum, Dawina bilang aku membawa banyak parfum dari kantor. Dia pun menerima dengan rasa malu. Karena mengingat komentar pedasnya.

"Mama jadi malah termotivasi Pa, buat berbagi, saat mereka selalu cari-cari celah kekurangan kita, lalu dengan kita memberi setelah di kritik yang ada mereka akan semakin 'keki'," tutur Dawina pada suami tercintanya.

"Iya Ma, mudah-mudahan dengan mama berbuat baik, terus nggak ikutan kesal, apalagi sampe marah-marah sama mereka, mereka akan tersadar dan berhenti dengan sendirinya mengomentari kita, juga mengomentari hidup orang lain. Tapi ubah niat memberinya,ya?"

"Pokoknya, nggak usah juga terlalu dipikirin, ya, Ma. Niatin aja Mama memberi memang untuk berbagi,tok! Tanpa ada ingin buat mereka keki, dan yang penting kan dimata Papa, Mama itu perempuan yang penuh cinta, yang selalu menyejukkan hati, dan juga bisa bikin suasana jadi menyenangkan di rumah setiap harinya, 'sedep' gitu___ kaya masakan Mama, yang selalu bikin ngangenin." Ucapku setulus hati.

Kami pun berpelukan, dan benar adanya kalau kehidupan kami memang bahagia, tinggal di Perumahan Graha, dan rumah yang kami tempati dengan luas tanah 72m/persegi ini sudah berstatus rumah sendiri, membeli secara tunai pada saat aku mendapatkan proyek besar membuat web untuk perusahaan ternama.

Mereka memang hanya menilai dan melihat dari luarnya saja, tidak tahu bagaimana aku bekerja. Saat orang-orang tertidur, aku masih berkutat di depan komputer. Lalu keesokan harinya saat mereka beraktivitas, pada umumnya, waktunya bagiku istirahat setelah menyelesaikan begitu banyak revisi desain semalaman. Ke kantor lebih sering hanya untuk absensi, guna membubuhi tanda tangan atas pertanggung-jawabanku terhadap proyek desain web yang kukerjakan bersama team.

Mereka yang hanya gemar berkomentar tanpa memikirkan hati nurani si penerima kebencian, sebenarnya mereka sedang membuat hidupnya semakin susah, selalu bergelut dengan ketidakpuasan, karena hati mereka memang susah menerima kebahagiaan orang lain. Dan itu derita mereka.

Pembenci akan selalu menganggap kebenciannya sebagai angin lalu, tapi bagi yang dibenci itu menjadi luka.

Aku harap, mereka nggak akan lagi membenci dan mengintai kehidupan dan kesenangan orang lain lagi. Karena hidup mereka akan sia-sia, belaka.

"Pa, huwaaa  .... Papa ada selingkuh ya sama Disti, tetangga ujung gang yang punya tiga anak? Yang suaminya baru meninggal satu bulan lalu?" Dawina histeris menghampiriku yang sedang dikejar 'deadline' merevisi desain iklan di ruang kerja.

Yasalam! Sepertinya mereka malah semakin menjadi. Dasar .... Perempuan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun