"Kata mereka, kenapa kita nggak adopsi anak saja, kalau suami tidak setuju, itu tandanya dia punya simpanan lain yang sudah punya anak. Jadi tidak khawatir kalau istri tua tidak punya anak karena sudah punya anak dari istri muda." Sisilia yang halus perasaannya memang selalu terbawa ke hati ketika ada omongan yang menyangkut dirinya. Kini, Dia pun terisak.
"Astagfirullah Sisil, jadi kamu mau bilang, kalau Mas punya istri simpanan gitu? Terus kamu berpikir Mas seling kuh?" Dirga mulai rasakan sesak.
"Mas mau punya anak cuma dari rahim kamu, darah daging kita, kalaupun kita tidak juga dikasih keturunan, Mas tidak masalah. Mas akan tetap setia sama kamu. Kamu jangan gubris omongan orang, ya? Mereka hanya iri saja sama kita," lirihnya pada Sisil.
"Kalau coba ikut program bayi tabung saja gimana, Mas?" Sisil mulai memberanikan diri.
"Kamu yakin?" tanya balik Dirga pada istri tercintanya.
"Ikthiar saja dulu, Mas. Tapi kalau memang memberatkan Mas, ya sudah, nggak usah," ucap Sisilia sisakan isak tangis.
"Ya sudah kalau memang itu bisa bikin hati dan pikiran kamu tenang, kita coba dengan bayi tabung," papar Dirga pada Sisil.
Tangis Sisil pecah dipelukan suaminya. Kini, tinggal sisakan amarah, kecewa dan rasa penyesalan yang dipendam dan akan dibawa di pundak seorang Dirgantara.Â
Tiga belas tahun pernikahan tetap saja akan membawa pada sebuah kehampaan dan juga keputusasaan bagi pasangan suami dan istri yang masih menantikan buah hati di dalam keluarganya.
Dirgantara seorang suami yang teramat mencintai istrinya, tidak ingin membuat goresan luka dan kecewa pada bahtera rumah tangganya, akhirnya membuat keputusan yang sangat mampu menciptakan rasa sedih yang berkepanjangan demi sebuah kebahagiaan dan harga diri.
Dirga harus membayar satu kebohongan yang dia ciptakan sendiri dengan kebohongan lainnya. Dan kini, kebohongan itu harus menyeret adiknya sendiri, Galang.
**end**