" Nggak usah, Pak. Besok, kan, Bapak sudah pulang ke Jakarta. Kapan-kapan saja kalau Bapak ke sini lagi."
"Iya, Pak. Kapan-kapan saja, katanya kangen sama si Kembar Dika dan Dion juga Aisyah sama Nasya." Ibu menimpali.
Aisyah Putri sulungku yang sudah duduk di bangku kelas delapan dan juga Nasya yang usianya hanya terpaut tiga tahun dengan Kakaknya sangat dekat dengan Aki Darma. Bahkan Aisyah dan Nasya memiliki hobi yang sama, bermain bulu tangkis, karena Akinya yang selalu mengajak Aisyah bermain dari usia tujuh tahun.
Â
Untuk si Kembar, mereka baru mengenal Aki Darma satu tahun ini. Ibu begitu bijak mengurus Bapak, tidak pernah aku mendengar Ibu dan Bapak bertengkar di depanku. Karena, jika mereka berselisih paham dilakukannya di dalam kamar saja.
***
"Bapak sama Ibu, beneran pulang besok?" tanya Mas Gani yang baru pulang kerja di jam tujuh malam.
"Iya, Nak. Bapakmu ada jahitan baju seragam yang belum selesai. Ibu juga ada acara pengajian di RT," jawab Ibu.
"Padahal baru saja sebentar di sini. Oia, Gani ada sedikit rejeki, ini untuk bekal Ibu sama Bapak, ya, mohon diterima dan maap nggak banyak, Bu," ucap Mas Gani seraya menyerahkan amplop pada Ibu.
"Nggak usah, Nak. Buat keperluan si Kembar aja." Ibu sempat ingin menolak pemberian amplop itu, kalau saja Bapak tidak memaksanya.
"Sudah, Bu. Terima saja, dan doakan, Nak Gani rejekinya semakin banyak," balas Bapak. Aku pun menganggukkan kepala tanda setuju.