Bak jamur di musim hujan, pepatah untuk menggambarkan kejadian yang viral dan masiv. Tetapi kali ini akan bercerita tentang jamur di musim hujan.
Seminggu ini saya memesan wayang kulit, entah itu dari kulit atau bukan bukan jadi soal. Sesampai di rumah ya sudah, jadi pajangan sebab terlalu sayang jika buat mainan. Tetiba ada yang aneh di permukaan wayang, ada warna putih, hijau, dan hitam yang ngeblog, dan baunya apeg.
Jamur tumbuh subur di penghujung tahun. Hujan setiap hari, lingkungan lembab, suhu yang hangat, media yang tepat dan itulah yang disukai jamur. kalau boleh jujur, tidak hanya wayang yang berjamur, ada di sepatu, dinding kayu, kain dan sebaginya. Kali ini, wayang dulu.
Sepintas saya melihat tekstur dan warna koloni jamur sepertinya tidak asing. Kalau boleh menebak, seperti yang saya pelajari di mata kuliah mikologi. Yang berwarna putih ini genus Aspergillu, yang hijau kadang biru itu Penicillium, dan yang hitam adalah Cladosporium. Jika salah wajar saja, karena hanya menebak beda jika uji DNA.
Wayang berjamur, saya teringat pada dalang yang suka mengasapi wayangnya dengan bakaran kemenyan. Ngisis adalah ritual perawatan wayang dari ancaman kerusakan akibat adanya jamur atau serangga. Aroma yang harum menyengat membumbung bersamaan asap putih, dan tokoh-tokoh wayang diasap, mirip fogging nyamuk aides atau mangut ikan pari.
Gara-gara wayang diasap kemenyan saya coba cari benang merahnya, sebab otak saya masih berkesimpulan itu ritual dalang. Sebab semua wayangnya diberikan aroma asap kemenyan ditambah dengan dupa.
Kemenyan, adalah resin dari getah pohon dengan nama ilmiah Styrax benzoin dan Boswellia sacra. Keduanya sama-sama menghasilkan kemenyan, tetapi yang kuat aromanya spesies yang kedua. Tumbuhan ini banyak di Sumatera, dan sudah ribuan tahun lalu jadi barang dagangan.
Kemenyan mengandung asam sinamat dan benzoat, serta bahan aromatik lain. Kusus asam sinamat dan benzoat yang menarik. Masih ingat komposisi makanan ada natrium benzoat, nah itu pengawet anti jamur dan bakteri. Dapat  sudah petunjuknya.
Kemenyan, selain sebagai dupa juga menjadi bahan farmasi dan kosmetik, yang berguna sebagai anti jamur dan anti bakteri, karena ada sinamat dan bensoat tersebut.
Dua zat tersebut bekerja bekerja dengan menghambat pembentukan dinding sel jamur, mengganggu metabolisme jamur, dan mampu merusak membran sel jamur. Mekanisme ini sangat alamiah pada tumbuhan kemenyan sebagai cara melindungi dirinya dari serangan jamur. Jika terancam atau stress dia akan mengeluarkan resin, persis seperti kayu gaharu.
Pengasapan adalah metode kuno yang saat ini masih dipakai untuk membasmi parasit atau mengawetkan. Sebut saja dendeng asap, sei NTT, ikan salai, mangut, ikan asar semua diasap dari kayu hingga serabut kelapa. Terlalu sayang jika wayang jutaan berbau sangit, makan digunakanlah kemenyan. Bisa juga dilakukan fumigasi dengan bahan kimia, seperti pada pengawetan biji-bijian, tetapi ini wayang bukan jagung.
Lantas, apa harus seperti dalang pakai kemenyan? Bisa saja pakai teknik lain, yang lebib wayangsiawi. Saya putuskan pakai salep kulit, lalu meletakan di tempat yang kering. Bayangkan kalau pakai kemenyan, dikira sedang praktik pesugihan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H