Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Slow Living di Salatiga dari Jaman Belanda

19 Desember 2024   19:54 Diperbarui: 19 Desember 2024   19:54 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu tamansari, landamark Kota Salatiga (dok.pri) 

Hari ini kompas menurunkan berita dari hasil tim risetnya, Kota Slow Living. Dari sekian banyak, kota yang ditulis hampir sebagian besar adalah kabupaten, buka kota. Sangat menarik berbicara tengang slow living. Lantas apa itu maksudnya?

Slow liviing adalah konsep gaya hidup yang menekankan kehidupan yang diperlambat. Gaya hidup ini ingin menikmati momen yang kecil dan sederhana, fokus pada kualitas hidup daripada kuantitas aktifitas. Dengan demikian, stres bisa direduksi dan bisa lebih sejahtera.

Slow living adalah reaksi kepada hidup modern yang serba cepat dan instant, alih-alih dengan dibantu teknologi. Kehidupan yang penuh tuntutan, kesibukan, tekanan, dan kecemasan. Bahkan ada yang bilang, ambil nafas dulu,

Kehidupan yang diperlambat akan menjadikan seseorang menikmati proses, menghargai waktu, memberi nilai pada setiap aktififtas yang jauh lebih mendalam dan bermakna. Satu lagi, slow living akan meningkatkan kualitas interaksi sosial.

Kompas memberikan parameter kota slow living ini; biaya hidup, keamanan, transportasi, lingkungan yang baik, kesehatan, infrastruktur digital, kesejahteraan dan tata kelola yang baik. Itu yang dinilai, bagaimana dengan kotamu. Saya yang ber-KTP Salatiga mau cerita.

Kuliner malam dan suasana yang aman (dok.pri) 
Kuliner malam dan suasana yang aman (dok.pri) 

Di kampungku sini, UMR Rp 2.378.951,00 sudah cukup untuk hidup layak. Tukang bangunan saja Rp 125.000,00 dalam sebulan 3 juta di tangan. Bukan simplifikasi, tetapi setidanya memberi  gambaran jika makan Padang Murah harga 8 ribu masih ada, dan Soto 4 ribu juga bertebaran. Murah lagi ya di pasar.

Beberapa waktu yang lalu muncul kejahatan jalanan, ternyata hanya anak remaja dari Kabupaten sebelah yang COD tawuran di Salatiga. Mungkin saja strategis buat ketemuan, berkelahi tidak di kampunya sendiri, dan banyak rumah sakit. Sangat aman, kalau tidak aman tidak mungkin pasar pagi dimana selepas diri hari pasar itu penuh dengan pedagang. Kantor Polisi, Kodim, Korem, bahkan ada Batalyon apa masih kurang aman?

Trasnportasi, anda mau kemana? Bandara tinggal pilih sendiri mau Solo apa Semarang. Mau naik bus, ada terminal gede. Naik angkot, banyak yang kosong menanti kalian, mau lewat rute apa carter, boleh-boleh saja. Angkutan online, dari yang buatan akamsi, sampai yang skalan internasional ada. Bahkan andong dan becak masih siap bersaing. Ojek pangkalan juga siap gas, rental kendaraan juga menjamur. Mau jalan kaki ya enak.

Salatiga di elevasi 400-600 m dpl, kadang sejuk, kadang kelewat adem, dan kalau sumuk tak sesumuk kota lain. Air bersih, jangan tanya-langsung dari sumbernya. Salatiga banyak jalan dan nama kampung dengan nama kali; londo, mangkak, taman, pengging, benoyo dan banyak yang lain. Udara, anda bisa ambil nafas panjang tanpa takut lubang hidung jadi hitam. Motor dua tak disini jadi tontonan, dikira fogging dinas kesehatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun