Dengan ember kecil saya tumbuk arang dari kulit durian dan saya ayak dengan menggunakan ayakan pasir. Biji juga saya tumbuk dan diayak dengan ayakan kelapa. Jadilah serbuk arang dan tepung biji durian lalu saya campurkan dengan perbandingan 10:1.
Campuran arang dan tepung yang sudah merata, lalu saya siram dengan air mendidih dan diaduk dengan batang kayu.Â
Tepung biji durian jadi perekat arang, sebab biasanya dengan memggunakan pati dari tapioka. Sesudah tercampur dipadatkan dengan pemggiling daging dan diulang hingga 3-5 kali.
Hasil pemadatan kemudian dicetak dengan potongan pipa PVC dengan diameter 2 inch dengan tinggi 2 cm. Hasil cetakan kemudian dijemur 2-3 hari hingga benar-benar kering. Setelah kering jadilah briket arang dengan berat rerata 5-6 gram.
Uji briket arang saya lakukan di laboratorium tempat saya bekerja. Uji tekan saya lakukan untuk mengetahui tingkat kekerasannya. Sebagai pembanding saya tekan arang biasa, dan hansilnya 25 kgf, sedang untuk briket arang 50 kgf.Â
Untuk kadar air, arang biasa 9%, briket arang 3,64%. Uji lama bakar, 42 menit untuk briket arang, dan arang biasa padam, karena harus diberi hembusan angin/kipas.
Harga briket arang di pasaran Rp 20.000,00 - Rp 25.000,00. Kira-kira berapa harga jual briket arang dari bahan yang gratis dan merupakan limbah.Â
Jikapun tidak dijual, maka bisa digunakan sebagai bahan bakar altirnatif mewujudkan kemandirian energi. Satu lagi, briket arang teraebut tidak menimbulkan asap dan tidak perlu dikipas. Nah limbah yang jadi berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H