Tanah yang kami injak kering, di dekat situ ada air. "Plakk" suara tepukan tangan dari Mas Sigit sembari bilang "klop". Dengan sekop kecil dia mengorek-orek tanah, tak berselang lama dia seperti Issac Newton menemukan gravitasi "eureka".
Dia menemukan serpihan-serpihan batu kaca. "Obsidan" katanya sedikit kencang. Benar, batu obsidian menjadi indikator peninggalan masa lalu. Batu tersebut dibelah setipis mungkin dan digunakan sebagai pisau. Tajamnya seberapa? Jangan tanya. Tangan saya pernah robek kena pecahan batu tersebut. Konon tajamnya melebihi pisau bedah.
Tidak hanya satu atau dua obsidian yang kami temukan, namun lebih dari sepuluh. "Stop jangan banyak-banyak, sisanya buat bahan penelitian. Di tempat ini bisa melahirkan sarjana arkeologi, master, doktor, bisa juga profesor" kata mas Sigit dan kami menghentikan korek-korek tanah tersebut.
Hari ini, setidaknya kami sudah menemukan satu puzzle nirleka di tempat layaknya hotel bintang lima. Menunggu waktu, para ahli akan memerdalam untuk mencari bukti-bukti pendukungnya. Kita tunggu saja, cerita dari mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H