Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar "Esensial Oil" dari Habitat dan Ahlinya

14 Agustus 2018   14:16 Diperbarui: 14 Agustus 2018   15:12 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tumbuhan Penghasil Esensial Oil

Begitu turun kami berjalan di jalur pendakian. Perjalanan turun jauh lebih lama, karena menemani dia mengendus-endus daun, batang, dan akar tanaman yang dia lihat. Tingkahnya sontak membuat geli para pendaki yang berpapasan. Ada yang menyeletuk "bule edan, bule gendeng, wah kaya wedus kabeh diambus". Saya cuma diam, dan tak sanggup menjelaskan tentang apa yang dia lakukan.

Gunung Andong yang semakin hari semakin banyak dijamah pendaki sejumlah ratusan bahkan ribuan ternyata masih menyimpan harta karun terpendam. Saya berjalan pelan menemami dia yang mencari tumbuhan lalu meremas daun dan mengendusnya, lalu menggores batang mengendusnya, untuk rumput dan semak maka akan dicabut lalu akarnya dicium aromanya.

Korban pertama adalah rumput tuju angin. Nama ilmiahnya saya lupa, yang pasti dia langsung menyabut dan mencium akarnya. Miri aroma mentol dan metil salilisat dalam obat-obat gosok yang dijual di toko dan apotek. Korban kedua alah serai hutan (Cymbopogon sp). Serai ini berbeda dengan serai bumbu masak, karena wanginya berbeda dan bentuk daunnya mirip dengan ilalang (Imperata cylindrica).

Sempat saya mencobai dia dengan menyuruh untuk mengambil daun tembelekan/tahi ayam (Lantana camara). "ow.. smell good" katanya, "smel gud gundulmu" kita saja hampir muntah. Nah inilah pandangan kita yang keliru. Saya hanya melihat dari tidak enaknya aroma, tetapi bagi dia adalah melihat senyawa bioaktifnya. Lalu dia ceramah tentang beberapa varietas Lantana, dan saya manggut-manggut saja mengiyakan.

Memasuki area hutan, manakala semak belukar sudah habis diendusnya. Pohon berdiri tegak dia goyang-goyang berharap ada setangkai bunga yang jatuh. Hampir saja dia menendang pohon puspa (Schima wallichii) yang sudah berumur puluhan tahun berdiri. 

Wait..wait i'm found it, kata saya sembari menyerahkan bunga yang sudah layu. Dia hanya tersenyum dan tahu jika saya sudah bisa menebaknya. "tea family" kita berkata serempak. "ah kurang ajar, dia sudah tahu duluan, dan lagi-lagi dia ceramah seperti pelajaran etnobotani.

Perjalanan ini saya tutup dan pastikan ini korban terakhir yakni Cinamomum burmani atau kayu manis. Dia tidak hanya mengendus, tetapi mengunyah kulit kayu mentah-mentah. Lalu dia cerita jika ada beberapa spesies kayu manis di bumi ini dan salah satunya yang terkenal jenis burmani.

Daun adas Foeniculum vulgare yang mengandung esensial oil dan banyak digunakan sebagai jamu (dok.pri).
Daun adas Foeniculum vulgare yang mengandung esensial oil dan banyak digunakan sebagai jamu (dok.pri).
Bisa dibayangkan, kaki sudah gemetar naik turun gunung, ditambah otak yang harus berputar mengingat-ingat nama ilmiah. Karena nama ilmiah yang menyatukan persepsi kami tentang nama spesies. Sisanya dalah plonga-plongo memahami bahasa Inggris campur bahasa Ceko yang beraroma Rusia. Ah setidaknya saya mendapat tambahan pelajaran hari ini. 

Di sela-sela base camp gunung Andong saya bertanya pada beberapa pendaki. Dapat apa naik gunung, "dapat foto bagus, capek, pengalaman, teman baru, ya cuma itu". Pelajaran apa yang didapat mendaki gunung "ehmm apa ya.. ngga ada ada deh... kayaknya".


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun