Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Kerbau Rawa, Mamalia yang Menjadi Amfibi

5 Mei 2017   12:14 Diperbarui: 5 Mei 2017   13:25 2836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dermaga Danau Panggang (dok.pri).

Pak Jawat belum selesai, masih ada kerbau yang belum dikeluarkan yakni mereka yang diletakan di kandang khusus. Ini adalah kerbau-kerbau yang masih bunting, sehingga harus di sendirikan. Sepertinya kerbau juga memiliki perlakuan khusus. Kerbau yang bunting ini nantinya akan di letakan dibarisan paling belakang agar tidak kelelahan.

Beberapa kali Pak Jawat berteriak untuk memaksa kerbau turun ke air. Kerbau-kerbau bandel ini sepertinya enggan turun ke air. Entah mereka takut dingin atau tidak bisa berenang. Pak Jawat menjelaskan jika semua kerbau bisa berenang secara alami, tetapi kekuatanya beda-beda. Ternyata yang dimaksud kerbau pemalas ini adalah kerbau yang masih anak-anak.

Kandang kusus untuk anak-anak kerbau yang belum kuat berenang (dok.pri).
Kandang kusus untuk anak-anak kerbau yang belum kuat berenang (dok.pri).
Untuk kerbau yang berusia kurang dari 6 bulan, ada kandang khusus buat mereka. Taman bermain, Taman Kanak-kanak, atau rekan saya menyebut PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) untuk kerbau yang belum keluar tanduknya ini. Kandang ini berupa kandang kusus yang tidak terlalu dalam untuk melatih kerbau berenang dan terbiasa di air seharian penuh. Untuk makanan kerbau, akan dibawakan pawangnya. Anak-anak kerbau ini seharian akan berlatih berenang agar kuat sebelum nanti dilepas bersama kerbau dewasa.

4 jam kerbau rawa ini akan berenang menuju tempat untuk mencari makan. Mereka diberi kesempatan 3 jam untuk makan sepuasnya, dan setelah itu 4 jam perjalanan pulang menuju kandang. Hampir 11 jam kerbau ini berada di perairan, dan menjelang senja sudah kembali ke Kandang. Yang menarik, rombongan kerbau ini tidak tersesat dan mereka tidak salah kandang.

Telinga kerbau yang ditandai sebagai penanda kepemilikan (dok.pri)
Telinga kerbau yang ditandai sebagai penanda kepemilikan (dok.pri)

Kerbau atau hewan jenis lain memiliki kemampuan navigasi yang disebut dengan ekolokasi. Mereka mampu mengenali lingkungan mereka yang akan memandu perjalanan mereka menuju tempat tujuan dan kembali ke tempat asal. Naluri ini terasah secara alamiah karena kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang. Ekolokasi sangat menguntungkan gembala, karena mereka tidak perlu susah-susah menjadi pemandu untuk menggiring mereka. Pemandu hanya bertugas membuka pintu, memaksa kerbau turun ke air, memastikan tidak ada yang terpencar, lalu menuju lokasi makan kerbau, dan nanti menutup pintu kandang saat semua kerbau sudah masuk di kandang.

Satu kandang kerbau akan disekat menjadi 4 blog dan masing-masing akan diisi 20 ekor. Dalam satu kandang akan ada 80 - 100 ekor karbau. Kerbau rawa memiliki ciri yang sama, berbeda dengan sapi yang bisa dibedakan dengan belang-belangnya. Untuk menandai kepemilikan kerbau, pemilik atau pawangnya akan memberi tanda pada kerbau. Tanda akan dibuat dengan menggunting daun telinga dengan pola tertentu yang menjadi penciri khas kepemilikan kerbau. Bisa dibayangkan di Danau Panggang ini ada 150 kandang dengan total kerbau sekitar 1.500 ekor dan semua kerbau turun di tempat yang sama. Hebatnya gembala kerbau sudah hafal tanda-tanda di telinga kerbau ini milik siapa.

Seekor anak kerbau yang terperosok di sela-sela lantai kandang (dok.pri)
Seekor anak kerbau yang terperosok di sela-sela lantai kandang (dok.pri)
Satu kejadian yang menarik, dan pengalaman itu penting dari pada rumus-rumus pelajaran yang rumit. Saat itu salah satu kaki kerbau terperosok di sela-sela balok kayu yang dijadikan lantai. Kami 3 orang yang pernah menginjak bangku kuliah berusah membebaskan kaki kerbau yang terperosok. 2 rekan saya mendorong badan kerbau, sedangkan saya mendorong kaki kerbau yang terjepit. Entah berapa cara sudah kami gunakan menurut pemikiran dan logika kami, namun kerbau tidak bergeming. Di sisa-sisa usaha kami yang sudah kehabisan akal, datang pak Jawat dan nampak geleng-geleng melihat kerja keras kami. Dia lalu ke tepi kandang dan mengangkat salah satu balok, serentak kerbau berdiri. Kami saling pandang dan tertawa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun