Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Mengintip Sekolah Gajah di Arboretum Giam Siak Kecil-Riau

9 Agustus 2016   12:13 Diperbarui: 10 Agustus 2016   08:14 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ivo Duanti, nama gajah yang sudah terlatih tak canggung dengan orang asing yang mendekatinya. Saban hari, Tumari sebagai pawangnya memberikan beberapa pelatihan (dok.pri).

Di balik gelagatnya yang kalem, tetiba si Nando (24tahun) yang berasal dari Bangkinang menjadi murka. Hidungnya yang panjang dijulurkan ke atas, serentak dari posisi dia berlari mengejar saya yang sedang memotretnya. 

Menyadari kehadiran orang asing, dia tampak marah. Untung saja adegan yang menegangkan segera diatasi oleh Rusli. Rusli sebagai pawangnya meminta Nando untuk tenang sembari memberikan beberapa potongan batang tebu. Sekilas kisah gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) yang ada di pelatihan gajah di Giam Siak Kecil-Riau.

Tidak asing lagi di telinga kita tentang konflik gajah dengan manusia. Gajah yang merasa habitat aslinya terusik akan berkonfrontasi dengan perusaknya atau ekspansi daerah yang baru. Sebenarnya ini hanyalah naluri alami dari gajah saja, tetapi pandangan antroposentris di mana manusia dan lingkungannya menjadi sesuatu yang istimewa yang membuat gajah yang berperilaku alami ini menjadi masalah. 

Konflik dengan gajah, sepenuhnya tidak bisa menyalahkan gajah. Naluri dia untuk eksistensi (hidup, tinggal, dan berkembang biak) menjadi alasan mengapa dia mau berkonfrontasi dengan yang dianggap mengusiknya.

Ivo Duanti, nama gajah yang sudah terlatih tak canggung dengan orang asing yang mendekatinya. Saban hari, Tumari sebagai pawangnya memberikan beberapa pelatihan (dok.pri).
Ivo Duanti, nama gajah yang sudah terlatih tak canggung dengan orang asing yang mendekatinya. Saban hari, Tumari sebagai pawangnya memberikan beberapa pelatihan (dok.pri).
Gajah bukanlah hewan yang soliter, tetapi hewan yang berkawan. Gajah tidak hidup sendiri, tetapi berkelompok dalam jumlah tertentu. Hidup dan mencari makan bersama. 

Rombongan gajah-gajah inilah yang acapkali menjadi masalah saat dia memasuki area yang menurut manusia itu bukan habitat aslinya (perkebunan, pemukiman, atau lahan budidaya). Manusia yang terancam maka akan berperilaku sama yakni mempertahankan eksistensinya.

Sebagai binatang yang sensitif dan memiliki teritori, gajah memiliki naluri untuk melindungi daerah kekuasaanya dan rombongannya. Siapa yang mencoba mengusik akan langsung diserangnya, demikian juga dengan kedatangan saya di daerah kekuasaan Nando. 

Nando begitu melihat orang asing akan segera bereaksi, artinya dia merasa terancam sehingga segera meresepon. Rantai yang mengikat kakinya mungkin saja dapat dengan mudah diputusakan. Langkah kaki dia lebih gesit dari langkah kaki saya, terlebih tenaga dia. Untung saja pawangnya sudah tahu bagaimana mengatasinya.

Di kawasan Arboretum milik PT Arara Abadi, terdapat pusat pelatihan gajah. Pusat latihan gajah menjadi salah satu solusi berdamai dengan gajah untuk menghindari konflik. Dalam pusat pelatihan ini gajah tidak akan didomestifikasi tetapi dijadikan partner alami untuk mengatasi konfrontasi dengan gajah. 

Ada 6 ekor gajah yang masing-masing memiliki nama, yaitu: Nando-24th, Ivo Duanti-27th, Libowati-27th, Molina-24th, Bonita-9th, dan Bubu-9th. Masing-masing gajah memiliki pawangnya sendiri-sendiri sebagai bapak asuh. Gajah-gajah di sini termasuk satwa yang beruntung karena dipelihara secara alami dan mendapatkan perhatian yang sangat baik.

Salah satu dari Bonita atau Bubu sedang berkubang di rawa di Kawasan Arboretum PT. Arara Abadi di Giam Siak Kecil (dok.pri).
Salah satu dari Bonita atau Bubu sedang berkubang di rawa di Kawasan Arboretum PT. Arara Abadi di Giam Siak Kecil (dok.pri).
Tumari yang didapuk menjadi bapak asuh dari Ivo Duanti merasa senang, karena gajahnya sudah bisa melakukan perintah yang diberikan. Ivo sudah bisa memberi hormat, duduk, bermain bola, dan gerakan-gerakan lainnya. Rusli yang menangani Nando acapkali dibuat jengkel oleh anak didiknya. 

Nando masih temperamental, terlebih saat melihat orang asing. Sifat liarnya belum bisa dijinakkan, hanya batang tebu yang manis dan segar yang bisa meredam amarahnya. Lain kisah dengan Bonita dan Bubu dibilang masih anak-anak, mereka berdua dilepas dan dibiarkan bebas mencari makan area hutan arboretum. Nampak dari kejauhan salah satu dari mereka sedang berkubang di genangan rawa.

Memorandum dari perusahaan untuk para pawang gajah (dok.pri).
Memorandum dari perusahaan untuk para pawang gajah (dok.pri).
Semakin menyempitnya habitat gajah dan semakin luasnya area konflik membuat gajah semakin terdesak hidupnya. Sebagai hewan yang dilindungi semestinya bisa memperlakukan binatang ini dengan baik agar tidak berkonflik dengan manusia. 

Mungkin di tempat lain sudah banyak ditemukan gajah-gajah yang meregang nyawa karena berkonflik dengan manusia, tetapi ditempat ini gajah masih mendapat tempat yang aman untuk bisa melanjutkan eksistensinya sebagai raksasa di tanah Sumatra.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun