Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Nestapa "Peti" Emas di Sulawesi Utara

21 April 2015   10:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:50 1277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_411500" align="alignnone" width="640" caption="Tempat penggilingan batuan sebelum masuk dalam tromol (dok.pri)."]

1429586630171649655
1429586630171649655
[/caption]

Efek merkuri sudah sangat jelas karena sangat beracun, bahkan menjadi bencana salam dan salah satunya terkenal dengan kasus minamata. Dengan pengolahan yang tepat, merkuri bisa digunakan secara aman dan ramah lingkungan. Intinya adalah merkuri usai digunakan untuk menyalut emas, lalu dipanaskan tidak boleh lepas menuju lingkungan, tetapi ditampung lagi untuk digunakan. Tetapi, proses tersebut butuh ilmu dan pelatihan.

Bagaimana dengan sianida, tentu saja tak kalah beracunnya. Sebenarnya tanpa sadar tiap hari kadang kita mengonsumsi sianida, tetapi dalam kadar sangat kecil. Tidak percaya, daun singkong, ubi terdapat kandungan sianida. Tetapi, saat direbus daun singkong atau ibu, sianida akan terhidrolisir menjadi hidrogen, glukosa dan benzaldehide.

[caption id="attachment_411501" align="alignnone" width="640" caption="Selain menyisakan batuan glundung, tambang emas tidak ramah lingkungan akan mewariskan bencana bagi lingkungan dan manusia (dok.pri)."]

1429586674713813500
1429586674713813500
[/caption]

Penghasilan dari menambang emas tak semanis hitung-hitungan di atas kertas. Kadang hasil dari penjualan emas hanya cukup untuk mengupah karyawan yang mempertaruhkan masuk dalam perut bumi mencari urat-urat emas. Pembelian minyak untuk menjalankan kendaraan pengangkut sekaligus mesin produksi juga tidak sedikit. Sekarang siapa yang diuntungkan jika bukan para tengkulak emas atau mereka yang menguasai penjualan merkuri dan sianida. Adakah kompensasi untuk kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, atau dibiarkan alam yang menyembuhkan dan manusia menanggung akibatnya. Pertanyaan selanjutnya apakah ratusan bahkan ribuan meter kubik tailing yang mengandung sianida harus direbus agar menjadi aman, atau akan dibiarkan bebas mencermari lingkungan, yang pasti mereka butuh uang untuk terus merajut kehidupan hingga masa keemasan.

Video ada di SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun