[caption id="attachment_364247" align="aligncenter" width="512" caption="Miniatur berupa maket Sanctuary of Truth saya bisa membayangkan betapa megahnya bangunan ini saat jadi nantinya (dok.pri)."]
Sanctuary of Truth adalah bangunan yang digagas oleh jutawan asal Thailand, Khun Lek Viriyapan. Dia ingin membuat bangunan sebagai tempat untuk mendalami dan memaknai kehidupan spriritual. Penggambaran kehidupan spiritual ini dikisahkan lewat tokoh-tokoh epos dari India, yakni Ramayana dan Mahabarata. Sally Suen menjelaskan menjelaskan makna filosofi dari bangunan ini. Manusia hanya bagian kecil dari ciptaan-Nya, sedangkan keabadian, kedamaian, dan kebahagiaan sebenarnya adalah milik-Nya. Maka bangunan ini untuk belajar bagaimana manusia bisa mendalami kehidupan jiwanya agar mendapatkan ketenangan batin dan perdamaian yang bisa dimulai dari lingkup terkecil, yakni pribadi dan keluarga.
Tanda lonceng pun berbunyi dan saya pun harus berpisah dengan gadis-gadis pemahat yang beberapa berasal dari Kamboja dan Myanmar. Hanya anggukan badan dan senyum yang menjadi tanda perpisahan manakala mereka harus kembali ke tempatnya tinggalnya. Sebuah helm harus dikenakan manakala hendak memasuki Sanctuary of Truth, karena masih dalam tahapan pembangunan. Bisa saja balok-balok kayu berjatuhan dari atas dan keselematan pengunjung adalah hal yang utama dan menjadi prioritas oleh pengelola.
[caption id="attachment_364248" align="aligncenter" width="512" caption="SAlah satu sudut di Sanctuary of Truth nampak kontras dengan gedung-gedung modern di sebelahnya (dok.pri)."]
Saya dibawa masuk melalui pintu barat. Mata saya begitu terpesona melihat bangunan yang luas biasa ini. Saya kira, Roro Jonggrang pun kalau tahu ini pasti minta pada Bandung Bondowoso untuk dibuatkan walau tak harus selesai dalam waktu satu malam. Bisa saja cerita akan bergeser Bandung Bondowoso akan akan jatuh cinta pada wanita-wanita bertangan halus ini, dan saya hanya tersenyum simpul.
Setiap patung, setiap relief, setiap pola ukiran memiliki sebuah cerita. Layaknya relief pada Candi Borobudur dengan ceritanya masing-masing. Saya hanya bisa menerka-nerka saya kira-kira cerita ini menggambarkan apa. Saya bersyukur sejak kecil sudah diperkenalkan dengan dunia wayang dengan kisah Ramayana dan Mahabarata walau hanya paham sepenggal demi sepenggal. Sebuah buku karangan C. Rajagopalachari semakin memperdalam pengetahuan saya tentang epos dari India dan di  Sanctuary of Truth tergambar jelas lewat mahakarya.
[caption id="attachment_364249" align="aligncenter" width="512" caption="Apak itu Dewa Wisnu yang sedang mengendarai garuda, guman saya (dok.pri)."]
Di bawah pohon bakau saya merenung melihat puncak-puncak menara yang dihiasi dengan patung. Mengintip dari jendela bidik dengan lensa jarak jauh saya bisa melihat jelas sosok apa di ujung menara tersebut. Seorang wanita digunakan sebagai simbol tertinggi, karena dialah yang melahirkan kehidupan sekaligus perlambang perdamaian dan kebajikan. Luar biasa, di sini wanita mendapat tempat yang istimewa dan teratas dan logika saya hanya berkata, "Bagaimana membuat dan memasangnya."
Saya pelan-pelan memasuki ruangan dengan beberapa anak tangga. Saya sepintas tidak percaya ini buatan manusia. Pilar-pilar megah dari kayu jati berukir indah menjadi penopang yang kokoh. Konon kata pemandu, kayu-kayu di Sanctuary of Truth didatangkan langsung dari Indonesia dan Kamboja. Patung-patung berukuran raksasa menghiasi pintu masuk dan dinding-dinding Sanctuary of Truth. Sungguh sebuah mahakarya yang membuat saya berdiri mematung mengagumi keelokannya. Beberapa burung merpati nampak berkejar-kejaran hingga di ujung-ujung patung yang menatap langit dan penjuru pada lautan luas.
[caption id="attachment_364250" align="aligncenter" width="512" caption="Wanita benar-benar digambarkan sebagai ciptaan yang istimewa sehingga ditempatkan di puncak menara (dok.pri)."]
Dalam ajaran Hindu, Trimurti disimbolkan dengan 3 dewa, yakni Dewa Brahma, Siwa, dan Wisnu. Ketiga dewa tersebut digambarkan jelas pada bangunan utama di tengah-tengahnya. Pada bagian atas terdapat ada wajah sang Buddha sebagai lambang kebijaksanaan, cinta kasih, dan keadilan. Cerita akhirnya menyebar pada seluruh penjuru ruangan yang menggambarkan perilaku kehidupan manusia di bumi dengan segala kebaikan dan kejahatannya.