[caption id="attachment_393329" align="alignnone" width="640" caption="Pentingnnya melihat dan tak hanya meraba, manakala saya salah memencet tombol (dok.pri)"]
Dalam gelapnya malam akhirnya roda-roda burung besi berbaling 2 mendarat di bandara Praya Lombok. Sesaat seorang menelepon saya dan mengantarkan saya di hotel di Mataram. Malam pertama di Lombok, saya bertemu dengan 2 peserta dari Bandung yang sama-sama sehari lebih cepat datangnya.
Penantian panjang dan melelahkan terbayar manakala tubuh ini menceburkan diri di kolam renang hotel, sesaat sebelum salah satu staff menjemput kami untuk dibawa ke Sumbawa. Di tepi kolam renang sesaat saya tak percaya dengan mimpi-mimpi saya. Saya teringat cerita tentang Aristoteles yang bertanya pada Plato tentang apa itu hidup. Plato lantas menenggelamkan kepala muridnya hingga hampir kehabisan nafas, lalu menariknya keluar dan berkata "itulah hidup" sambi melihat Aristoteles yang terengah-engah. Hal serupa saya lakukan, "ini bukan mimpi, tapi kenyataan" kembali saya berenang manakala mimpi kembali mengejar.
[caption id="attachment_393333" align="alignnone" width="640" caption="Pulau Lombok. awal dari penjelajahan kami di Sumbawa (dok.pri)."]
Dalam sebuah kabin mobil dengan 4 percepatan saya duah berani meledek 3 pegawai tambang. Lalu saya berkata pada staf "mau lihat pit dan naik haul, ikutlah bootcamp" dan mereka tertawa. Penggalan sebuah cerita selama 7 hari yang akan membawa saya keluar dari mimpi. Dari sebuah lomba dengan gagasan sederhana, akhirnya menjadikan saya sebagai salah satu yang mendapat kesempatan melihat daerah yang lalat pun tidak bisa masuk jika tak memiliki ID card.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H