[caption id="attachment_393820" align="alignnone" width="640" caption="Mengenal lebih dekat dengan pertambangan, salah satunya mengunjungi pengolahan bijihnya. Nampak terlihat site pengolahan bijih PT.NNT (dok.pri)."][/caption]
Dari semula hujan yang rintik, berubah menjadi lebat. Pak Budi yang menemani saya di area pengolahan konsentrat logam nampak bersemangat menjelaskan langkah-langakah pengolahan secara detail dan dengan bahasa yang mudah di pahami, walau kadang harus berbicara dengan keras karena bisingnya suara mesin. 3 buah kamera yang saya bawa untuk mendokumentasikan harus ikut berbasah-basah ria. Alhasil 1 buah kamera mati total, 1 kamera selamat, dan 1 kamera mengalami kondesasi hebat, tetapi hasilnya memuaskan buat saya. Tubuh pak Budi yang basah kuyup sepertinya menambah gairah saya untuk terus mengulik jengkal demi jengkal tentang ilmu metalogi, mengolah batuan menjadi logam mulia.
[caption id="attachment_393827" align="alignnone" width="640" caption="Sebelum masuk dalam area pengolahan, harus dibekali dengan pengetahuan seputar pengolahan. Tidak kalah penting adalah SOP untuk keselamatan yang harus ditaati setiap pekerja dan pengunjung (dok.pri)."]
Berjarak 5,6km bebatuan seukuran kepalan talapak tangan di lalukan dalam sabuk berbantal roda berjalan. Di atas sana batu berukuran televisi 21" bahkan lebih diremukan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil oleh gyratory crusher dan sementara di pindah dalam stocpile. Lalu secara merata dimuntahkan oleh apron feeder di alirkan dalam overland belt conveyor dengan kecepatan 4 m/s. Dalam sehari conveyor ini akan mengantarkan batuan lebih dari 140.000 ton bebatuan dari dalam perut bumi. Conveyor akan mengangkut ore atau batuan tambang ke dalam lokasi pengolahan bijih dan pengelolaan tailing.
[caption id="attachment_393821" align="alignnone" width="640" caption="Stockpile dari ore dengan kapasitas 360.000 ton (dok.pri)."]
Ribuan ore yang dialirkan oleh conveor akan ditimbun di area pengolahan yang disebut coarse ore stockpile dengan kapasitas 360.000 ton. Timbunan mirip gunung batu ini akan dimakan oleh dan dilolohkan ke belt feeder untuk kembali masuk dalam sabuk berjalan dan masuk dalam penggilingan/Svedala SAG Mills. Dalam pertambangan secara tradisional penggiling ini disebut glundung (glundung=berguling/jawa), yang terbuat dari tong dan didalamnya dimasukan batangan-batangan besi dan air lalu diputar dengan menggunakan kincir air atau mesin disel. Glundung/penggiling di tempat ini memiliki kapasitas 60.000 ton perhari.
Penggilingan memiliki fungsi untuk meremukan ore dengan penggerusan menggunakan bola-bola baja. Ore akan digiling hingga berukuran 2-10 mm agar mempermudah dalam proses pemisahan mineral. Berton-ton ore dimasukan dalam mesin penghancur yang didalamnya sudah ada ratusan bola-bola baja, kemudian ditambahkan air laut yang di ambil dari SWIS (Sea Water Intake Site) dan diputar menggunakan daya 13.432 kW. Hasil dari proses penggilingan adalah lumpur pekat, jika ukurannya sudah sesuai makan akan masuk dalam bak penampungan dan jika belum sesuai akan kembali dimasukan dalam penggilingan kembali.
[caption id="attachment_393822" align="alignnone" width="640" caption="Mesin penggiling yang bertugas menggiling 60.000 ton ore dalam sehari (dok.pri)."]
Lumpur-lumpur batuan mineral baru kemudian masuk dalam proses mineralisasi dalam bentuk konsentrat. cara pemisahan logam dengan air dan batuan dengan cara pengapungan yakni dengan menambahkan beberapa zat tambahan yang memiliki fungsi tersendiri. Kapur dengan konsentrasi 1,5-2,5 kg/ton bijih digunakan sebagai penyangakan keasaman agar berada di angka pH 8,5. Kolektor primer yang terdiri dari MBT (mecaptobenzothianozole) dan DTP (dithiophospate) 3-4 gram/ton bijih berfungsi untuk mengumpulkan mineral tembaga. Kolektor sekunder berupa amylxanthate 5-10/ton bijih gram digunakan untuk mengumpulkan tembaga pada proses pengapungan.
[caption id="attachment_393823" align="alignnone" width="640" caption="Hasil proses pengapungan logam mulia (dok.pri)"]
Proses yang terakhir adalah pemanenan konsentrat agar hasilnya lebih optimal. NaHS ditambahkan dalam proses pengapungan agar memaksimalkan kerja sulfida dalam proses pengapungan. Dengan optimalnya pemanenan ini meminimalisir terbuangnya tembaga ke lingkungan bersama tailing. Untuk menghilangkan resiko paparan gas H2S dilakukan dengan perlakuan pH diatas 7. Proses yang terakhir adalah proses pencucian, karena konsentrat masih tercampur dengan air lalu. Proses ini dilakukan dengan menggunakan air tawar, dan sisa dari pencucian akan digunakan untuk pengenceran dan perlakukian tailing. Konsentrat yang sudah dicuci kemudian dikurangi kadar airnya yang pada akhirnya menjadi bijih siap untuk dikirim di pabrik pemurnian/smelter.
Agar mineral-mineral berharga tersebut bisa mengapung ditambahkan alkohol yang dicampur methyl eter sebanyak 15-20 gram/ton bijih. Penambahan zat-zat organik tersebut berguna untuk mengubah sifat mineral tembaga sulfida dan emas menjadi hidrofobik atau tidak suka dengan air, sehingga akan berikatan dengan gelembung udara/oksigen yang dipompakan. Lain halnya dengan bahan-bahan yang yang tidak di ambil akan bersifat hidrofilik/suka dengan  air maka akan mengendap yang dinamakan tailing. Proses pemisahan mineral yang sangat sederhana walau dalam konstruksi pengolahan yang rumit, karena are yang sangat luar dan pipa-pipa yang begitu rumitnya.
[caption id="attachment_393824" align="alignnone" width="640" caption="Ruang kendali yang selalu memantau produksi 24 jam sehari (dok.pri)"]
Dalam proses pengolahan bijih, semua dipantau dalam ruang kendali yang sudah terintegrasi dengan komputer. Semua ore yang masuk, kecepatan penggilingan, penambah air laut dan air tawar, penambahan bahan pemisah dan pengumpul serta pengapung, monitoring kandungan mineral, out put tailing hingga pengiriman konsentrat bijih semua dikendalikan dalam ruang kendali. Ruangan ini selalu dipantau oleh beberapa petugas setiap saat selama 24 jam. Angka-angkar rumit dan simbol warna-warni selalu berkedip dan berubah, membuat para pegawai selalu awas dalam memantau proses produksi.
Pak Budi yang dari awal presentasi di dalam kelas sepertinya tak mau tanggung-tanggung menjelaskan. Usai berteduh sesaat dalam ruang kendali, lalu kembali di ajak turun menuju ruang pengolahan yang lain. ID Cardnya dipindai untuk membuka pintu yang setiap saat bisa meraung-raung suara sirine jika ada yang salah masuk, karena ada lokasi yang tidak sembarang orang bisa masuk, yakni lokasi monitoring mineral. Setiap saat mineral di sini dapantau dengan cara memindai dengan radio aktif, untuk melihat kandungan dan konsentrasi mineral yang di proses. Lambang radiasi nampak terpampang jelas, dan harus bekerja sesuai dengan SOP.
Tak berapa lama dia membuka kran tailing dan tangan menadah lumpur abu-abu tersebut. Saya diminta merasakan bagaimana lembutnya lumpur hasil pengolahan bijih. Namun yang membuat saya terkagum adalah di ijinkan memegang hasil pengapungan mineral berharga. Buih-buih berwarna kuning keperakan dan mengkilat bisa kami pegang dan dalam hati "bisa luluran emas".
[caption id="attachment_393825" align="alignnone" width="640" caption="Pipa tailing bergaris tengah 48"]
Hujan pun reda, namun kembali pak Budi meminta untuk melihat proses ini sampai akhir. Maka dibawahlah pada hal yang krusial yakni pembuangan limbah tambang, yang disebut tailing. Lumpur batu-batu ini dimasukan dalam pipa baja  sepanjang 6 km berdiameter 1.120 mm dengan ketebalan 9,4 mm dan dilapisi karet 20 mm. Untuk pembuangan tailing di dasar laut menggunakan pipa yang terbuat dari HDPE berdiameter 1.020 mm dengan tebal 110 mm yang penjangnya mencapai 3,2 km yang ditanam sedalam 120 m dibawah permukaan air laut.
Di area yang di sebut SWIS di bawah pohon kersen saya mencoba mengeringkan kamera saya yang masih basah dengan baju yang mulai mengering. Kamera belum kering, ajakan petugas pengolahan tailing tidak bisa saya tolak karena akan menunjukan bagaimana proses pengelolaan tailing berikut penyalurannya dalam palung laut di ngarai Senunu yang akan mencapai kedalaman 3.000-4.000 m dibawah permukaan air laut. Yang menarik lagi adalah proses pemanfaatan air laut yang dipakai untuk mengolah ore menjadi konsentrat, yakni dengan memompa air laut sejauh 6 km lebih ke atas bukit.
[caption id="attachment_393826" align="alignnone" width="640" caption="Gudang konsentrat yang siap untuk di kirim ke smelter (dok.pri)."]
Perjalanan hari ini diakhiri di gudang konsentrat, yang menyimpan bijih logam dalam bentuk serbuk. Lokasi ini berada di pelabuhan, agar memudahkan pemindahan dalam kapal laut yang akan membawanya ke smelter atau pengolahan untuk pemurnian logam. Berjalannya waktu, kamera sudah kering, embun sudah menghilang dan langitpun menuju senja "saya hanya bisa meratapi, kamera satunya masih mati".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H