Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Imaji Mutiara Senja di Senggigi

28 Februari 2015   17:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:22 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sekali melaut habis bensin 15-30 liter untuk mesin 15 pk. Kadang hasilnya lumayan, bisa menutup uang bensin dan sewa perahu. Kadang jika tidak ada ikan, maka utang menumpuk untuk tengkulak bensin dan juragan perahu. Sudah hutang, pulang tak bawa uang, anak tak bisa kasih uang jajan, terlebih istri juga meradang" celoteh Syahroni sambil memulas perahunya dengan resin. "mas jika musim ikan, kita seperti juragan, tetapi saat musim barat (badai) kita kaya gelandangan, sudah menganggur tak ada penghasilan, paling jadi tukang atau kuli bangunan".

[caption id="attachment_400099" align="aligncenter" width="512" caption="Syahroni yang sibuk memperbaiki cadik perahu, menyadari tanggung jawab besar di pundaknya yang harus bergulat dengan laut menjelang subuh (dok.pri)."]

1425095532710955114
1425095532710955114
[/caption]

Miris juga saya mendengar celoteh anak bangsa, memutuskan nikah muda saat umur 19 tahun dengan gadis pujaannya. Saat kini usia menginjak 22 tahun harus menjadi tulang punggung keluarga dan membesarkan anak semata wayangnya. Di akhir obrolan "mas nanti malam main-main di sini, bawakan makanan dari hotel ya  biar kita ikut merasa hahahaha...". Saya hanya bisa tersenyum sambil nanar melihat dia dan rekan-rekannya yang senja itu sibuk membenahi perahu, sementara malam ini mereka akan menginap di pantai dan subuh berangkat melaut.

[caption id="attachment_400100" align="aligncenter" width="512" caption="Sunset yang indah, kadang tak seindah mereka yang berjuang di laut sana (dok.pri)."]

14250956081815722931
14250956081815722931
[/caption]

Sunset senja ini sangat indah manakala langit barat yang mulai memerah. Saya hanya bisa berdiri di tepian pantai sambil melihat buih-buih yang menyapu pasir halus senggigi. Sebuah kamera saya sudah lebih dari 1 jam merekam detik-detik matahari terbeman, tetapi pikiran saya masih terang benderang mengingat kisah Syahroni. Tak ada rasa lelah di raut wajahnya, yang ada adalah  semangat yang tak pernah terbenam walau langit muali kelam. Sesaat saya melihat dia yang mulai rebahan, di atas pasir.  Langit pun berganti malam, saya terlelap dan ketika membuka tirai jendela matahari sudah terang dan pantai pun sepi "selamat berjuang syahroni, di hotel saya tidak makan".

Video ada di SINI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun