Mohon tunggu...
Dhanang DhaVe
Dhanang DhaVe Mohon Tunggu... Dosen - www.dhave.id

Biologi yang menyita banyak waktu dan menikmati saat terjebak dalam dunia jurnalisme dan fotografi saat bercengkrama dengan alam bebas www.dhave.net

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Imaji Mutiara Senja di Senggigi

28 Februari 2015   17:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:22 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_400094" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang nelayan sedang mengangkut jaring menuju perahunya saat senja di Senggigi (dok.pri)."][/caption]

Senja itu di senggigi, salah satu pantai yang menjadi ikon pulau Lombok. Saya terheran-heran seorang penjaja sovenir mendekati saya sambil membakar mutiara yang berkilauan. Tak jauh dari situ nampak seorang nelayan yang sibuk membenahi layar perahunya. Di jalanan setapak para pelancong hilir mudik kesana kemari. Di balik tembok, mereka yang beruang sedang menikmati sore sambi tiduran di kursi malas tepian kolam renang, sembari menatap langit yang temaram.

[caption id="attachment_400095" align="aligncenter" width="512" caption="Seorang penaja cinderamata menunggu pembeli di pantai Senggigi (dok.pri)."]

14250952991177534158
14250952991177534158
[/caption]

Lombok, sebuah pulau yang diapit oleh Bali dan Sumbawa. Pulau ini teramat istimewa dan menjadi alternatif pulau dewata. Gunung Rinjani yang megah hingga taburan gili-gili yang tersebar di sekeliling bumi mataram. Mendengar kata Lombok, maka akan dengan mudah menyebut Rinjani, Gili dan Senggigi. Senja itu saya sengaja mengabiskan waktu di pantai yang menjadi ikon pulau Lombok, padahal banyak pantai lain yang tak kalah indahnya. Senggigi begitu memikat, menurut saya adalah pesona matahari terbenam dan aktifitas penduduk sekitarnya.

Sesaat begitu menginjak pasir pantai Senggigi seorang penjaja cinderamata menghampiri saya. Dia menawarkan bermacam perhiasan yang sebagian besar berbahan mutiara. Nusa Tenggara Barat begitu terkenal sebagai salah satu penghasil mutiara berkualitas di Indonesia, bahkan dunia juga mengakuinya. Saya yang kebal dengan rayuan ala pedagang hanya manggut-manggut saja ketika dia memaparkan dagangannya dengan rayuan khasnya.

[caption id="attachment_400096" align="aligncenter" width="512" caption="Penjual cinderamata mendemonstrasikan menguju apakah mutiara ini palsu atau asli dengan cara membakarnya (dok.pri)."]

1425095351151192421
1425095351151192421
[/caption]

Untuk memastikan kualitas mutiaraya dia mengeluarkan sebuah korek gas lalu membakar salah satu butiran mutiara. "Jika dia pecah, meleleh atau retak maka mutiara ini palsu" katanya sambil terus membakar mutiara yang melai menghitam terkena jelaga. Saya yang sudah dari awal tidak berminat membeli hanya bisa diam terpaku, betapa nekatnya orang ini membujuk saya hingga propertinya menjadi taruhan kepercayaan. Mutiara yang terbuat dari kalsium karbonat dan campuran mineral lain dari jenis tiram memang tidak akan berpengaruh dengan pemanasan, berbeda dengan plastik. Untuk mengujinya dengan cara dibakar, saya hanya berpikir bagaimana manaik-manik itu terbuat dari sejenis kaca?

[caption id="attachment_400102" align="aligncenter" width="512" caption="Senggigi begitu lengkap untuk membuat sebuah cerita tentang kehidupan dan keindahan alam (dok.pri)."]

1425095697651789035
1425095697651789035
[/caption]

Pedangang tersebut akhirnya mundur teratur, begitu saya sibuk dengan kemera saya sambil menatap ke arah barat. Dengan halus saya menolak, jika saya memang tidak berminat untuk membeli, tetapi saya mengapresiasi presentasinya dan beberapa gambar menarik bisa saya dapatkan dari dia. Jabat tangan dan lambain tangan menjadi perpisahan, saya mencari obyek gambar dan dia mencari pembeli. Saya melangkahkan kaki menuju jajaran-jajaran perahu yang masih di darat.

[caption id="attachment_400098" align="aligncenter" width="512" caption="Tatapan nelayan yang tak pernah redup walau sebentar lagi matahari terbenam di kali langit selat lombok (dok.pri)."]

14250954291365865740
14250954291365865740
[/caption]

Syahroni begitu nama salah satu nelayan yang sore itu sibuk membentangkan layar warna-warninya. Nampak indah siluetnya dibalik semburan cahaya hangat matahari, sebuah perpaduan warna yang sempurna saya dapatkan. Sesaat dia usai merapikan layarnya kemudian dia mengambil 2 buah kaleng cat yang berisi dempul dan dan cat minyak. Rupanya dia sedang menambal cadiknya yang retak, karena terbuat dari bambu. Sambil dia mengecat saya terus mencerca dengan beberapa pertanyaan, dan terjadilah obrolan yang hangat sembari saya melancarkan serangan lewat bidikan kamera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun