Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kultur, Budaya dan Iklim, Akan Membawa Timnas Manapun Menjadi Salah Satu Terbaik di Sepakbola Dunia

2 Februari 2025   14:35 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:44 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dipimpin oleh Zinedine Zidane yang memliki garis keturunan dari Aljazair, Perancis memporakporanda Skuad Mega Bintang Brasil dengan 3 gol tanpa balas. Kala itu Perancis selain diisi para pemain berdarah asli, didominasi banyak pemain keturunan seperti; Bernard Lama (Guadeloupe); Marcel Desailly (Ghana); Bixente Lizarazu (Basque); Vincent Candela (Italia); Lilian Thuram (Guadeloupe); Alain Boghossian (Armenia); Youri Djorkaeff (Armenia); Christian Karambeu (Kaledonia Baru); Robert Pires (Portugal); Patrick (Senegal); Bernard Diomede (Guadeloupe); Thierry Henry (Antilles); David Trezeguet (Argentina). Dengan hanya 6 orang pemain asli Perancis seperti Laurent Blanc, Franck Lebouef, Didier Deschamps, Emmanuel Petit, Christophe Dugarry, dan Stephane Guivarch.

-

Pada gelaran tahun 2018, Tim Ayam Jantan (Julukan Timnas Perancis) diperkuat sekurangnya 15 pemain keturunan, antaranya Steve Mandanda (Kiper-Kongo): Presnel Kimpembe (Bek-Haiti); Samuel Umtiti (Bek-Kamerun); Adil Rami (Bek-Maroko); Djibril Sidibe (Bek-Mali); Benjamin Mendy (Bek-Senegal): Paul Pogba (Gelandang-Guinea dan Kongo); Thomas Lemar (Gelandang-Nigeria dan Guadaloupe); Corentin Tolisso (Gelandang-Togo); N'golo Kante (Gelandang-Mali): Blaise Matuidi (Gelandang-Angola dan Kongo); Steven Nzonzi (Gelandang-Kongo); Ousmane Dembele (Striker-Nigeria dan Senegal); Nabil Fekir (Striker-Algeria); hingga Kylian Mbappe yang menjadi pemain muda terbaik dalam turnamen (Striker-Kamerun dan Algeria).

Keseluruhan pemain Perancis dituturkan oleh Didier Deschamps, dilansir India Today,"Mereka semua orang Prancis dan bangga menjadi orang Prancis. Tetapi, mereka punya asal, teman, dan kerabat yang berasal dari negara Afrika. Jadi mereka pasti punya keterikatan dengan negara-negara itu". Deschamps sendiri saat ini adalah pelatih kepala Timnas Perancis setelah karir gemilangnya selaku pemain.

Para pemain ini rata-rata generasi kedua atau ketiga dari orang tua/pasangan yang melakukan migrasi ke Perancis jauh sebelum mereka (para pemain) menjadi pemain hebat dan terkenal. Langkah besar Perancis menjadi salah satu tim sepakbola terbaik di dunia berkat kebijakan mereka yang tidak membedakan asal hingga garis darah para warga negara mereka untuk memperkuat Timnas Perancis. Semua berawal jauh sebelumnya. Pada tahun 1960 -- 1974 merupakan periode kelam persepakbola-an Perancis setelah sebelumnya cukup menonjol di Eropa. Salah satu pencapaian paling penting adalah pada Putaran Final Piala Dunia 1958, Timnas Perancis berhasil juara ke-3.

Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) melihat situasi ini cukup serius sehingga menyusun langkah strategis jangka panjang dengan diawali membentuk berbagai akademi sepakbola. Institut National du Football menjadi akademi sepakbola pertama di Perancis. Hingga tahun 1972 di seluruh negeri terbentuk banyak akademi sepakbola. Dalam akademi itu, FFF memberikan kebijakan berupa secara terbuka mengajarkan anak-anak imigran yang pada masa itu banyak yang berasal dari Aljazair, Maroko, hingga Tunisia. Mereka (para imigran) sebelumnya dianggap oleh penduduk asli sebagai beban negara dalam bidang ekomomi, sosial, hingga pendidikan, melalui pembinaan terarah menjadi tulang punggung Timnas Perancis dimasa selanjutnya. 

Bersambung .. hingga akhirnya membahas tentang Indonesia dalam membangun iklim sepakbola setelah memiliki kultur dan budaya kuat di sepakbola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun