Mohon tunggu...
J Wicaksono
J Wicaksono Mohon Tunggu... Lainnya - Praktisi Kesehatan ingin belajar menulis

Saya suka menulis dan membaca berbagai artikel

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kultur, Budaya dan Iklim, Akan Membawa Timnas Manapun Menjadi Salah Satu Terbaik di Sepakbola Dunia

2 Februari 2025   14:35 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:44 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas Perancis Menjadi Juara Dunia Tahun 2018 (Sumber : Dokumen Kompas)

Kultur, Budaya, dan Iklim akan membawa Tim Sepakbola manapun menjadi salah satu yang terbaik di Dunia

(Sebuah Pelajaran Bersama)

Dimulai oleh Ketua Umum Mochamad Iriawan (Iwan Bule) dan dilanjutkan (serta dikembangkan) Erick Tohir, PSSI banyak melakukan upaya perkuatan skuad Tim Nasional (Timnas) Indonesia dari mereka yang lahir di Eropa (utamanya Belanda) namun memiliki darah keturunan Indonesia. Upaya ini menunjukkan hal positif dimana Timnas (Putera) saat ini melaju ke babak penyisihan Putaran Ketiga Zona Asia dan memiliki kesempatan untuk bersaing menuju Putaran Final Piala Dunia 2026 yang akan diselenggarakan di Amerika Serikat -- Canada dan Meksiko.

Erick Tohir Pada Podcast The Haye Way (Sumber : Dokumen The Haye Way)
Erick Tohir Pada Podcast The Haye Way (Sumber : Dokumen The Haye Way)

Menjadi menarik untuk disimak adalah mereka para pemain yang memperkuat Timnas saat ini mampu memberi perbedaan besar terhadap pola permainan Timnas secara umum (baik di kategori Putera maupun Puteri). Tentunya hal ini memberikan harapan serta kebahagiaan untuk kita semua, pecinta sepakbola Indonesia. Dalam upaya menuju Putara Final Piala Dunia 2026 (Putera), beberapa waktu lalu Erick Tohir menegaskan bahwa kerangka Timnas Indonesia belum sepenuhnya selesai disusun sehingga PSSI masih akan menambah para pemain dengan kriteria dimaksud (lahir di Eropa namun memiliki darah Indonesia). Hal itu disampaikan oleh beliau diberbagai kesempatan dan kembali dipertegas pada sebuah Potcast yang dikelola oleh salah satu pemain pilar Timnas (The Haye Way) yang kebetulan ditemukan dan menjadi bagian upaya PSSI membawa Timnas Indonesia ke Putaran Final Piala Dunia 2026, Tom Haye.

Beberapa posisi masih perlu mendapat perhatian serius, utamanya di sektor gelandang serang hingga striker. Hal ini dinilai penting dilakukan mengingat persaingan di Grup C masih sangat ketat dimana kelima tim yang menduduki peringkat 2 hingga 6 memiliki potensi dan peluang yang sama untuk lolos ke putaran final langsung atau menuju fase penyisihan ke-empat demi mempertahankan asa lolos Putaran Final Piala Dunia 2026. Australia, Arab Saudi, Tiongkok bahkan Bahrain adalah nama-nama besar di level Asia yang beberapa tahun ke belakang menjadi sebuah mimpi untuk kita semua menjadikan mereka sebagai kelompok sejajar dengan Indonesia atas upaya menuju putaran final. Timnas Indonesia, bahkan hingga pertengahan tahun lalu dianggap berada minimal satu level di bawah tim-tim besar itu.

Hal ini merupakan kewajaran apabila kita melihat seluruh catatan sejarah hingga prestasi Timnas Indonesia selama ini. Akan tetapi, kepulangan mereka yang berdarah Indonesia memberikan dampak besar terhadap Timnas Indonesia saat ini. berawal dari penampilan cukup baik pada Putaran Final Piala Asia 2024 yang diselenggarakan di Qatar, Timnas Indonesia terus menunjukkan progres permainan yang semakin baik sehingga saat ini mampu masuk kedalam kelompok negara yang bersaing memperebutkan satu tiket Putaran Final Piala Dunia 2026.

Secara tertib administrasi apa yang dilakukan PSSI tidak salah dan regulasi FIFA membenarkannya. Upaya ini secara umum dikenal dengan nama program naturalisasi. Program yang sudah sejak dulu ada dan banyak dimanfaatkan oleh banyak negara, bahkan oleh negara-negara besar di bidang sepakbola sejak masa lampau. Salah satu yang menonjol tentunya Perancis (pemegang tampuk juara dunia tahun 1998 dan 2018).

Timnas Perancis Tahun 1998 (Sumber : Dokumen Kompas)
Timnas Perancis Tahun 1998 (Sumber : Dokumen Kompas)

Piala Dunia 1998. Stade de France menjadi saksi betapa ganasnya Timnas Prancis saat menjadikan Brasil sang juara bertahan pada partai final menjadi seperti tim yang biasa saja, padahal pada waktu itu Brasil diperkuat banyak pemain besar era 90-an seperti misalnya; Claudio Taffarel; Nelson de Jesus Silva (Dida); Marcos Evangelista de Morais (Cafu); (Roberto Carlos) da Silva Rocha; Carlos Caetano Bledorn Verri (Dunga); (Rivaldo) Ferreira; (Leonardo) Nascimento de Arajo; Jos Roberto da Silva Jnior (Z Roberto); (Denlson) Pereira de Oliveira, Roberto Gomes de Oliveira (Bebeto); (Edmundo) Alves de Souza Neto; serta The Rissing Star mereka (Ronaldo) Lus Nazrio de Lima, dibawah pelatih yang tidak kalah mentereng di masanya Mario Jorge Lobo Zagallo.

Dipimpin oleh Zinedine Zidane yang memliki garis keturunan dari Aljazair, Perancis memporakporanda Skuad Mega Bintang Brasil dengan 3 gol tanpa balas. Kala itu Perancis selain diisi para pemain berdarah asli, didominasi banyak pemain keturunan seperti; Bernard Lama (Guadeloupe); Marcel Desailly (Ghana); Bixente Lizarazu (Basque); Vincent Candela (Italia); Lilian Thuram (Guadeloupe); Alain Boghossian (Armenia); Youri Djorkaeff (Armenia); Christian Karambeu (Kaledonia Baru); Robert Pires (Portugal); Patrick (Senegal); Bernard Diomede (Guadeloupe); Thierry Henry (Antilles); David Trezeguet (Argentina). Dengan hanya 6 orang pemain asli Perancis seperti Laurent Blanc, Franck Lebouef, Didier Deschamps, Emmanuel Petit, Christophe Dugarry, dan Stephane Guivarch.

-

Pada gelaran tahun 2018, Tim Ayam Jantan (Julukan Timnas Perancis) diperkuat sekurangnya 15 pemain keturunan, antaranya Steve Mandanda (Kiper-Kongo): Presnel Kimpembe (Bek-Haiti); Samuel Umtiti (Bek-Kamerun); Adil Rami (Bek-Maroko); Djibril Sidibe (Bek-Mali); Benjamin Mendy (Bek-Senegal): Paul Pogba (Gelandang-Guinea dan Kongo); Thomas Lemar (Gelandang-Nigeria dan Guadaloupe); Corentin Tolisso (Gelandang-Togo); N'golo Kante (Gelandang-Mali): Blaise Matuidi (Gelandang-Angola dan Kongo); Steven Nzonzi (Gelandang-Kongo); Ousmane Dembele (Striker-Nigeria dan Senegal); Nabil Fekir (Striker-Algeria); hingga Kylian Mbappe yang menjadi pemain muda terbaik dalam turnamen (Striker-Kamerun dan Algeria).

Keseluruhan pemain Perancis dituturkan oleh Didier Deschamps, dilansir India Today,"Mereka semua orang Prancis dan bangga menjadi orang Prancis. Tetapi, mereka punya asal, teman, dan kerabat yang berasal dari negara Afrika. Jadi mereka pasti punya keterikatan dengan negara-negara itu". Deschamps sendiri saat ini adalah pelatih kepala Timnas Perancis setelah karir gemilangnya selaku pemain.

Para pemain ini rata-rata generasi kedua atau ketiga dari orang tua/pasangan yang melakukan migrasi ke Perancis jauh sebelum mereka (para pemain) menjadi pemain hebat dan terkenal. Langkah besar Perancis menjadi salah satu tim sepakbola terbaik di dunia berkat kebijakan mereka yang tidak membedakan asal hingga garis darah para warga negara mereka untuk memperkuat Timnas Perancis. Semua berawal jauh sebelumnya. Pada tahun 1960 -- 1974 merupakan periode kelam persepakbola-an Perancis setelah sebelumnya cukup menonjol di Eropa. Salah satu pencapaian paling penting adalah pada Putaran Final Piala Dunia 1958, Timnas Perancis berhasil juara ke-3.

Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) melihat situasi ini cukup serius sehingga menyusun langkah strategis jangka panjang dengan diawali membentuk berbagai akademi sepakbola. Institut National du Football menjadi akademi sepakbola pertama di Perancis. Hingga tahun 1972 di seluruh negeri terbentuk banyak akademi sepakbola. Dalam akademi itu, FFF memberikan kebijakan berupa secara terbuka mengajarkan anak-anak imigran yang pada masa itu banyak yang berasal dari Aljazair, Maroko, hingga Tunisia. Mereka (para imigran) sebelumnya dianggap oleh penduduk asli sebagai beban negara dalam bidang ekomomi, sosial, hingga pendidikan, melalui pembinaan terarah menjadi tulang punggung Timnas Perancis dimasa selanjutnya. 

Bersambung .. hingga akhirnya membahas tentang Indonesia dalam membangun iklim sepakbola setelah memiliki kultur dan budaya kuat di sepakbola

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun