TNI AL adalah kekuatan pertahanan utama matra laut Indonesia.[5] Tanggung jawab besar ada dipundak TNI AL untuk memastikan kedaulatan Indonesia sesuai dengan tugas pokoknya. Menghadapi perkembangan ancaman kedaulatan di sekitar Laut Natuna Utara akibat adanya persinggungan dengan klaim Tiongkok, TNI AL didukung TNI AU (kepanjang tangan negara di udara) harus memiliki kecukupan kekuatan sebagai daya getar (diplomasi dan kekuatan fisik) untuk menghindari negara lain melakukan upaya yang mengancam kedaulatan termasuk di sekitar Laut Natuna Utara.Â
Dalam rangka memastikan kekuatan pertahanan Indonesia cukup memiliki kemampuan demi jaminan kedaulatan Indonesia, Studi Komparatif Kekuatan Pertahanan Matra Laut Dalam Menghadapi Ancaman Kedaulatan Di Sekitar Laut Natuna Utara dilakukan oleh peneliti.
Â
METODOLOGI
      Penelitian tentang studi komparatif kekuatan pertahanan matra laut dalam menghadapi ancaman kedaulatan di sekitar Laut Natuna Utara dilaksanakan melalui metode kualitatif. Peneliti menjabarkan kesenjangan yang ada melalui pola deskripsi yang diperkuat dengan data perbedaan kekuatan antar negara yang memiliki/terkait dengan permasalahan kedaulatan di LCS. Data dimaksud dikomparasi demi mendapatkan kesimpulan pada akhir penelitian.
Â
Â
PEMBAHASAN
      Tahun 2021 terjadi peristiwa yang secara nyata menjadi ancaman serius atas kedaulatan di sebuah wilayah Indonesia. Kapal Survey berbendera Tiongkok Haiyang Dizhi Shihao 10 melakukan pergerakan masuk kedalam ZEEI Indonesia dilanjutkan gerakan zigzag seperti tengah melakukan pemetaan wilayah perairan. Hal ini pertama kali diungkap oleh Indonesia Ocean Justice Initiave (IOJI). Dikutip dari lama IOJI, kapal riset China ini melakukan aktivitas dimaksud pada 31 Agustus 2021.[6]Â
Apa yang terjadi pada tanggal itu ternyata merupakan sebuah awal dari kegiatan selanjutnya dimana pada Oktober hingga November (tahun yang sama) kapal ini bahkan melakukan aktifitas pelayaran lebih panjang (diduga) sebagai bentuk kegiatan survei dengan dikawal Kapal Coast Guard Tiongkok (China Coast Guard) CCG-6305.[7]
      Kejadian ini menjadi ancaman serius karena kedua kapal tidak mengindahkan kehadiran TNI AL yang mencoba menegakkan kedaulatan Indonesia pada perairan yang mereka masuki dengan mengirim KRI Bontang -- 907. Berdasarkan catatan AIS, pada sebuah momen KRI Bontang - 907 hanya berjarak 1,2 NM (Nautika Mile) dengan kapal survei Tiongkok.[8]Â