Mohon tunggu...
dharma simatupang
dharma simatupang Mohon Tunggu... Guru - Guru Fisika SMK N 2 Pematangsiantar

^^Anugrah Ilahi membuat ku membumi^^

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Mulai Peduli Pada Puntung Rokok yang Berserakan

28 September 2021   05:15 Diperbarui: 3 Oktober 2021   08:00 910
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sampah plastik dan puntung rokok yang dikumpulkan di pantai. (sumber: Dok. Shutterstock/Will Day via kompas.com)

Membuang Puntung Rokok pada Tempatnya Belum Jadi Budaya.

Saya kira kita semua sudah akrab dengan pemandangan ini : Seorang perokok dengan santainya mengisap rokoknya, ketika sudah pada isapan terakhirnya maka tibalah saatnya untuk membuang puntung rokoknya. 

Dia tanpa merasa bersalah, santai saja membuang puntung rokoknya di mana saja. Apakah itu di selokan, di taman atau bahkan di pinggir jalan.  

Saya pernah mendengarkan cerita petugas kebersihan taman di kota saya yang sangat mengeluhkan kurangnya kesadaran perokok membuang puntung rokoknya. Sampah dominan yang beliau sapu adalah puntung rokok. Mungkin keluhan seperti ini  juga dirasakan pihak lain, misalnya pengelola cafe-cafe. Yang juga kewalahan dengan sampah puntung rokok yang setiap hari dibersihkan. 

Pemandangan ini mungkin juga akrab bagi kita. Ada saja orang dengan santainya merokok di dalam bus kota. Membuang puntung rokoknya lewat jendela tanpa merasa bersalah. 

Dan hal seperti ini yang membuat saya terkadang menjadi malas saat akan memakai jasa angkutan/bus kota. Mendingan memakai aplikasi moda online saja. 

Inilah gambaran di sekitar kita, bagaimana perokok tidak punya kesadaran akan pentingnya kebersihan kota. Anggapan mereka bumi ini adalah asbak rokoknya. Belum membudaya membuang sampah pada tempatnya. Padahal sudah seharusnya kebersihan itu bukan menjadi pilihan saja melainkan menjadi sebuah keharusan.  

Tentu kita masih mengingat berita viral : Suporter Jepang yang pungut puntung rokok yang berserakan di perhelatan akbar  Asian Games 2018. 

Hampir semua orang memuji pembukaan Asian Games 2018 yang diadakan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu ( 19/8/2018). Mulai dari panggung yang spektakuler, penampilan ribuan penari, dan ratusan pemusik yang telah membuat opening akbar begitu meriahnya. 

Namun di balik kemeriahan itu, ada satu hal yang berhasil " menampar " masyarakat Indonesia. Di saat masyarakat membuang puntung rokok sembarangan, ternyata suporter Jepang melakukan hal mulia, memunguti puntung -puntung rokok yang berserakan. 

Nah, ini adalah model masyarakat Indonesia, tidak mau berubah. Lebih suka hidup dalam tempurungnya. Semuanya mengaku orang beragama, namun sejatinya beragama yang hanya masih mementingkan bungkus dan pakaian saja. 

Masih mementingkan ritual, namun ucapan dan tindakan jauh dari ajaran agamanya. " Kebersihan adalah sebagian dari iman" masih hanya kampanye di mulut saja belum sampai ke tindakan nyata. 

Puntung Rokok Butuh Waktu Lama Terurai dan Membahayakan Tanaman

Ilustrasi puntung rokok.Sumber gambar ( dokpri)
Ilustrasi puntung rokok.Sumber gambar ( dokpri)

Berkat gencarnya kampanye bebas plastik di seluruh dunia, orang mulai berbondong-bondong berhenti menggunakan sedotan plastik. Namun, kita sangat jarang mendengar perlakuan yang sama tentang sampah plastik yang lain yaitu " puntung atau filter rokok ".

Padahal benda ini merupakan sampah yang paling banyak mengotori planet bumi ini. Setidaknya dua per tiga dari total 5,6 triliun batang rokok atau 4,5 triliun puntung rokok di buang sembarangan. 

Indonesia pun turut serta dalam pembuangan sekitar 225 miliar puntung rokok secara sembarangan setiap tahun. Indonesia bukan hanya sebagai salah satu produsen rokok tertinggi tetapi juga negara dengan konsumen rokok tertinggi di dunia.

Kita selalu bisa menemukan puntung rokok di jalanan, taman kota dan kawasan hijau lainnya, pantai dan juga saluran air. Banyak perokok mengaku  membuang puntung rokok sembarangan karena mereka percaya itu dapat terurai dan anehnya ada juga yang menganggap puntung rokok itu bukan sampah. Parah. 

Penelitian membuktikan bahwa puntung rokok membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dana apabila di buang  sembarangan akan   merusak lingkungan hidup. 

Puntung rokok terdiri dari ribuan serat sellulosa asetat, yang meskipun dapat terurai secara biologis, membutuhkan waktu yang lama bahkan bertahun-tahun. Serat sellulosa asetat, seperti mikroplastik lainnya, juga merupakan polutan umum yang di temukan di ekosistem, bahkan terakumulasi di laut dalam. 

Filter rokok bekas mengandung ribuan bahan kimia yang dapat membunuh tanaman, serangga, tikus, jamur dan makhluk hidup lainnya. Bahkan beberapa bahan kimia dalam filter rokok bekas bersifat karsinogen, senyawa penyebab kanker. 

Pemahaman manusia akan bahaya puntung rokok yang di buang sembarangan di taman-taman hingga ruang terbuka hijau lainnya masih minim, meskipun pemandangan tersebut sangat sering kita lihat. 

Apa dampak puntung rokok yang di lemparkan ke tanah terhadap tanaman di taman ? Survei menemukan bahwa puntung rokok mengurangi tumbuhnya kecambah pada rumput dan semanggi hingga 25 %. Selain itu juga, puntung rokok mengurangi jumlah biomassa akar semanggi hampir 65 % . 

Meski sudah ada kesadaran ilmiah tentang rokok dan tanaman, namun isu tentang dampak puntung rokok bagi tanaman tetap mejadi topik yang jarang di teliti. Sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan.  

Apa yang Harus di Lakukan? 

Pertama, Meningkatkan kesadaran bahwa puntung rokok adalah sampah berbahaya bagi lingkungan, dan harus di buang dengan benar.

Contoh kejadian viral tadi tidak akan terjadi jika masyarakat sudah punya kesadaran. Memiliki gaya hidup nol sampah. Sehingga masyarakat berlomba atau berkompetisi meninggalkan sampah yang paling sedikit. Pemerintah dan pihak terkait  juga selalu harus memberikan penguatan dan edukasi kepada masyarakat terkait sampah puntung rokok. Contoh program bank sampah terus di tularkan kepada masyarakat. 

Kedua, Sebagai sumbang saran adalah dengan " memaksa "  produsen rokok untuk menawarkan / memberikan uang bagi perokok yang mengembalikan puntung rokok merek  pabrikannya. 

Produsen rokok bisa bermitra dengan founder bank sampah yang menggandeng perusahaan daur ulang sampah puntung rokok. Seperti Parongpong di Bandung, Jawa Barat yang telah berhasil mengubah puntung rokok menjadi material bernilai jual. 

Perokok yang selam ini terbiasa membuang puntung rokok, bisa menjadi pengepul  yang akan mendapat uang saat memberikannya kembali kepada produsen rokok.  

Perusahaan daur ulang juga akan terbantu dalam kolektif pengumpulan bahan baku. Karena jika puntung rokok diperoleh langsung dari konsumen, mungkin akan sulit di terima, karena ada saja nantinya salah persepsi di antara perokok. Dan bagi produsen rokok juga tidak akan merugi. 

Ketiga, Menetapkan dan menerapkan Undang Undang tentang sampah dengan ketat. 

Pengalaman bangsa ini menunjukkan bahwa tata kelola sampah tidak cukup hanya tingkat kesadaran dan juga edukasi. Namun juga  harus diselaraskan dengan Undang Undang yang jelas. 

Selama ini juga masalah payung hukum yang lemah membuat pemerintah tidak terlihat concern di lapangan saat di perhadapkan eksekusi tentang pengelolaan sampah. Tidak terinci siapa melakukan apa. 

Seharusnya dari tingkat pusat dan daerah jelas turunan turunan aturan yang akan diterapkan. Kita merindukan ada kebijakan-kebijakan yang konsisten. Contohnya, Kebijakan "Bayar Saat Kau Buang ". 

Kebijakan yang membuat konsumen membayar setara dengan sampah puntung rokok yang mereka buang, sehingga memberikan dampak signifikan bagi pengurangan sampah puntung rokok. 

Sekarang di Australia ada aturan yang di terima dengan baik oleh kebanyakan warganya terkait aturan tentang puntung rokok. Jika warganya ketahuan membuang puntung rokok sembarangan dari dalam mobil, bisa kena denda sampai 106 juta rupiah dan pengurangan poin SIM. Juga berlaku pada penumpang, bisa kena denda dan pengurangan poin juga. 

Bisakah kira - kira hal semacam ini di terapkan di Indonesia ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun