Mohon tunggu...
Darma Eka Saputra
Darma Eka Saputra Mohon Tunggu... wiraswasta -

Seorang pemuda yang belajar menulis, mencoba menjadi bagian dari sejarah dengan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Secangkir Kopi Tanpa Gula

17 September 2012   07:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:21 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Secangkir kopi tanpa gula

April-mei 2012

Secangkir kopi tanpa gula disaat hujan merana

sebatang kretek tanpa filter terbakar diam-diam tanpa suara

secangkir kopi tanpa gula menyisakan ampas di dasar cangkir

dan getir di pangkal lidah

apalagi yang terkenang?

Titik-titik hujan pada jendela?  Atau gelegar guruh mengguntur dada?

Secangkir kopi tanpa gula, dingin dan mulai asam

Seekor lalat terjebak, tertatih timbul tenggelam

Sebuah buku bersampul biru terbuka, setengah terisi

Kenapa tak kau teruskan puisimu? Haruskah menunggu hujan reda?

Haruskah saat pelangi menjembatani hati?

Secangkir kopi tanpa gula di tepi perapian menyala

Samar-samar suara biola menyayat-nyayat hati

Menjeritkah karena tanpamu? Melengking tanpa kata

Menangiskah karena rindu? Saat satu dua senar putus

Secangkir kopi tanpa gula, jatuh dan pecah

Tumpah pada karpet merah, hitam membuat naik pitam

Pada siapa harus marah? Pada nasib burukkah?

Atau pada waktu yang melesat seperti anak panah?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun