Mohon tunggu...
Dharma
Dharma Mohon Tunggu... Dosen - dosen

saya dosen, keseharian menulis dan mengajar di Bali

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

CERITA DOKTOR DHARMA DI ATAP BALI part 1

5 Januari 2025   06:24 Diperbarui: 5 Januari 2025   06:24 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Mengapa bisa terjadi? Karena dilahirkan tidak sempurna. Butuh otak, tangan, dan kaki orang lain untuk bertahan hidup. Sudah bisa diduga, budaya saling balas membantu mengakar sebagai sarana penilai dan penghukum yang kompatibel.”

Pencitraan ulang tentang pencarian surga terakhir menimbulkan kontroversi. Buku, spanduk, dan iklan berseliweran. Ajaib, Bali tersohor dalam hitungan bulan. Propaganda seperti itu tidak ditentang, malahan disoroti valid atas nama perlindungan, dibaliknya perampasan.

 

“Ribuan mil di luar Bali, kampanye diskriminasi dibenarkan. Dari Black Codes, Slave Codes hingga Jim Crow. Dengan bantuan peri, kolonisasi diakhiri dengan penaklukan, sambil menyeringai: Kami pikir itu semua sudah diatur.”

Masuknya kopi Robusta meminggirkan Jaka (enau). Boikot produk asing malah merusak norma lokal. Kepemilikan dibebaskan di tingkat individu. Sistem tuan tanah, warisan kolonial menggeser kerja berbasis ikatan kekeluargaan menjadi sewa.

Tujuannya sedikit revolusioner, kerja sebagai in put ke kerja sebagai investasi dan kerja sebagai norma. Dulu kerja diperlakukan kasar dan sering bekerja melebihi ketentuan kontrak, kini semuanya bereaksi terhadap hasil, dan itu adalah panggilan.  

“Republik industri terancam beku pangan, eksploitasi pupuk kimia membuat burung-burung enggan hinggap di pohon buah di musim semi, Rachel Carson, Silent Spring. Orang-orang tidak sepenuhnya memahami environmental ethic and gender quality sebagai the new kinds of justice.”   

Bobroknya, banyak yang kesurupan di bagian terlarang Dark Web, sebagai ekosistem digital yang dirahasikan, sulit dilacak, dipenuhi mata-mata, yang disetujui penguasa. Narkoba, pornografi, pembunuh bayaran, pembangkang, peretas, judi, senjata illegal, dan sejenisnya. Berselancar dengannya full dolar.

“Di dunia labirin, tidak ada agama yang terlibat, hanya ada kreativitas. Kejujuran tulus di niskala, kebohongan pongah di sekala. Keduanya intrik, agar big data, genom, dan artificial intelligence bergerilya.”    

Pukul setengah delapan pagi saya melandai, dari sini epos Tasbih dan Bandit on, sebagai fiksi ilmiah yang menjanjikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun