Mohon tunggu...
Dhany Wahab
Dhany Wahab Mohon Tunggu... Penulis - Lembaga Kajian Komunikasi Sosial dan Demokrasi [LKKSD]

IG/threads @dhany_wahab Twitter @dhanywh FB @dhany wahab Tiktok @dhanywahab

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Muhasabah Pemilu 2024

13 Mei 2022   14:40 Diperbarui: 14 Mei 2022   00:28 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyederhanaan desain surat suara agar lebih praktis dan aksesibel serta penguatan penyelenggara badan adhoc untuk menjamin transparansi dan kepercayaan publik.

Partai politik sebagai peserta pemilu dituntut untuk melakukan perubahan dalam tata kelola maupun rekrutmen kader yang akan diusung sebagai calon anggota legislatif. 

Sistem proporsional terbuka yang diterapkan dalam pemilu saat ini seolah menjadi 'pasar bebas' yang memicu 'perang terbuka' tidak hanya antar parpol tetapi juga antar caleg dalam satu parpol di dapil yang sama.

Praktik politik uang yang diharamkan dalam UU Pemilu justeru seolah menjadi hal yang lumrah untuk menggaet suara. Biaya besar yang dikeluarkan oleh kandidat diyakini menjadi penyebab praktik korupsi yang semakin merajalela.

Pemilih yang mempunyai hak suara selayaknya mendapat edukasi yang memadai agar dapat memilah dan memilih dengan penuh tanggungjawab. Kedaulatan pemilih saat berada dibilik suara mempunyai otoritas sepenuhnya dalam menentukan pilihan. 

Beragam cara maupun iming-iming yang ditawarkan oleh para kandidat tidak akan mampu menggoyahkan pilihannya secara rasional dan mandiri. 

Pemilih yang cerdas adalah sosok pribadi yang mampu menelaah secara cermat track record, kompetensi, kapasitas dan etikabilitas dari para calon pemimpin dan calon wakil rakyat.

Kita mungkin tidak mampu meniadakan modus 'politik uang' dalam setiap hajatan demokrasi karena 'jer basuki mawa bea' telah membudaya ditengah masyarakat. 

Bahkan, pada pemilihan kepala desa yang menjadi cerminan demokrasi langsung di Indonesia, perilaku menebar imbalan kepada pemilih sebagai 'uang bensin' atau 'uang cendol' lazim dilakukan untuk memobilisasi pemilih.

Menggugah kesadaran warga sebagai pemilih, bahwa 'politik uang' ibarat bujukan syaitan yang diciptakan Tuhan untuk menjebak manusia. Godaannya akan selalu ada dalam setiap pemilihan jabatan dan kekuasaan. 

Kita tidak akan bisa mengusir syaitan dari dunia, sama seperti kita tidak punya kuasa menghentikan praktik politik uang secara massif. Namun, kita masih bisa membentengi diri agar tidak tergoda rayuan syaitan untuk memilih calon karbitan yang tidak kita kenal asal usulnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun