Selepas maghrib kedua anakku berbagi tugas untuk menyerahkan zakat fitrah. Sisulung membayar zakat fitrah untuk dirinya dan adiknya di Masjid Al Ikhlas. Sementara Sibungsu menuju ke Masjid Darussalam untuk menyerahkan zakat fitrah ayah dan ibunya. Sementara saya memilih tetap berada di rumah karena kondisi masih kurang sehat.
Zakat fitrah yang kita keluarkan setahun sekali merupakan proses penyucian diri yang berdimensi kemanusiaan. Zakat merupakan wujud ketaatan pada perintah Allah SWT sebagai konsekuensi pernyataan keimanan. Selain itu juga merupakan penegasan bahwa dalam islam, setiap ritual selalu mempunyai dimensi sosial yang menyentuh sisi kemanusiaan secara langsung. Zakat fitrah memiliki nilai yang spesial dibanding zakat lainnya.
Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata : Rasulullah saw telah memfardhukan zakat fithrah untuk membersihkan orang yang puasa dari perbuatan sia-sia dan dari perkataan keji dan untuk memberi makan orang miskin. Barang siapa yang mengeluarkannya sebelum shalat, maka ia berarti zakat yang di terima dan barang siapa yang mengeluarkannya sesudah shalat ‘Ied, maka itu berarti shadaqah seperti shadaqah biasa.
Selepas Isya telepon saya berdering, seorang teman mengabari ingin bertandang ke rumah untuk mengantarkan amanah. Saya silahkan sembari menerka-nerka apa gerangan yang mau disampaikan, terlebih ini adalah telepon pertama kali darinya. Jujur saya juga kaget karena sebelumnya jarang bertemu.
Tak berselang lama, suara sepeda motor berhenti di depan rumah. Oh ternyata ia datang untuk menyerahkan bingkisan dari Bapak, katanya. Alhamdulillah ternyata Bapak masih ingat saya meski sudah cukup lama kami tak bertemu. Memang hampir setiap tahun Bang Pepen -- panggilan akrabnya -- tidak pernah lupa memberi hadiah saat jelang lebaran.
‘Alhamdulillahil ladzi razaqoni haza min ghairi hawlin minni wala quwwatin. Allahumma barik fihi’. Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rezeki ini kepadaku tanpa daya dan upayaku. Ya Allah, berilah keberkahan di dalamnya.
Akhirnya setelah berbincang sebentar, temanku meminta izin pamit karena masih ada bingkisan yang mesti diteruskan. Tidak lupa saya menitip pesan, sampaikan salam dan terima kasih pada Bapak ya, semoga Bapak sekeluarga selalu diberi kesehatan dan keberkahan dari Allah SWT. Senantiasa dilindungi dan dimudahkan dalam memimpin masyarakat Bekasi. Aamiin ya mujibasailin.
Begitulah jika Tuhan berkehendak, meski raga tak pernah bersua namun hati yang menautkan kepada siapa Allah SWT perkenankan. Sakit yang saya rasakan hari ini menjadi hikmah pembelajaran agar selalu tabah dalam cobaan. Sebab, Allah masih lebih banyak memberi rahmat dan rezeki setiap saat tanpa pernah kita sangka darimana datangnya.**
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI