Mohon tunggu...
Dhani Sugesti
Dhani Sugesti Mohon Tunggu... Editor - Penulis Sastra

Penulis Buku Sastra Jingga, Sajak Yang Terlupakan, dan antologi lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ketika Detak Jarum Jam Harus Berhenti

1 Mei 2019   15:06 Diperbarui: 1 Mei 2019   16:17 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ia tak mengenal waktu, ruang dan jeda
hidupnya sama saja, seperti jarum jam yang terus bekerja
di terik mentari, dinginnya hujan, atau gelapnya malam
sama saja. Keringat tetap tumpah untuk selembar upah

Ia tak perlu hari perayaan Nasional
diliburkan sama artinya tidak makan
sebab jam yang berhenti bedetak
akan dibuang dan dilupakan

Tersebab Tuhan anugrahkan kepemimpinan
manusia adalah buruh bagi manusia lainnya
ada yang terpasung ada juga berijiwa merdeka
selebihnya penikmat kehidupan fana

Kita adalah buruh, bergelut dengan waktu
hingga raga mengaduh, jiwa mengeluh runtuh
namun kehidupan kita tak pernah utuh
sejatinya, dunia ini tercipta berkat tenaga buruh

Ia akan berganti, ketika jarum jam berhenti
mengisi relung sepi kehidupan duniawi
ketika raga merapuh, jiwa ingin bersimpuh
bisa jadi, Tu(h)an ada hasil jasa pekerja buruh

Bayarlah mereka, sebelum keringatnya mengering!

.

Banten, 01-05-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun