Selamat datang kembali para pembaca, pada artikel saya yang keempat ini saya akan membahas mengenai salah satu kemampuan leukosit pada tubuh kita yaitu diapedesis. Oleh karna itu, saya ingin mengajak para pembaca untuk memahami lebih dalam lagi jenis leukosit manakah yang dapat melakukan diapedesis, leukosit jenis granulerkah? Ataukah leukosit dengan jenis agranulerlah yang mampu melakukan diapedesis? Untuk mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu leukosit agar pembaca dapat semakin memperdalam materi kali ini dengan lebih baik.
Leukosit atau yang biasa lebih dikenal dengan sebutan sel darah putih ini mempunyai tugas yaitu untuk membantu tubuh melawan serangan dari luar maupun dalam yang dianggap mengganggu dan mampu menyebabkan infeksi dan penyakit, disinilah leukosit mulai melakukan tugasnya sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak mempunyai warna, memiliki inti, bersifat amuboid atau tidak memiliki bentuk yang tetap, dan memiliki kemampuan untuk menembus dinding kapiler dengan guna untuk mencapai tempat benda asing atau infeksi tersebut berada, kemampuan inilah yang disebut dengan diapedesis.Â
Pada saat tubuh berada dalam kondisi normal, terdapat sekitar 4x109 hingga 11x109leukosit  di dalam seliter darah manusia dan terdapat sekitar 7000 hingga 25000 sel per tetesnya. Sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh yang dipercaya untuk menjaga kesehatan serta pertahanan tubuh manusia, leukosit yang bertanggung jawab atas sistem imun tubuh yang bertugas untuk memusnahkan benda-benda yang dianggap asing dan berbahaya oleh tubuh, misal virus atau bakteri.
 Leukosit bukanlah jenis sel yang bergantung pada suatu organ atau jaringan tertentu, mereka lebih pada kerja dengan cara independen atau mandiri seperti organisme sel tunggal. Karena cenderung tidak terikat pada apapun, leukosit jadi mampu untuk bergerak secara bebas dan berinteraksi untuk menangkap serpihan seluler, partikel asing, atau mikroorganisme penyusup dengan lebih leluasa. Namun, leukosit diciptakan tidak dapat bereproduksi atau membelah diri karna mereka adalah produk dari sel punca yang ada di dalam sumsum tulang.
Setelah memahami sedikit mengenai leukosit dan diapedesis, perlu diketahui leukosit sendiri terbagai menjadi dua berdasarkan ada tidaknya granuler pada sitoplasma di dalam selnya yang berarti leukosit terbagi menjadi leukosit granuler dan leukosit agranuler. Leukosit granuler merupakan bentuk dari leukosit dengan granula spesifik dengan inti yang besar serta mempunyai bentuk inti yang bervariasi. Leukosit granuler juga kembali terbagi menjadi tiga bagian yaitu, neutrofil, basofil, dan eusinofil  yang dibedakan berdasarkan afinitas granula terhadap zat warna netral, basa, dan asam. Berikut adalah penjelasan dari jenis-jenis leukosit granuler:
Neutrofil mempunyai hubungan dengan pertahanan tubuh yang berfokus pada infeksi bakteri serta proses peradangan kecil lainnya. Mempunyai inti dengan bentuk yang bervariasi antara lain batang, bengkok, dan bercabang-cabang. Sama dengan leukosit, neutrofil pun berguna untuk mencegah masuknya bakteri, dengan cara fagositosis terhadap bakteri dan sisa-sisa jaringan yang mati lainnya. Berjumlah sekitar 65%-75% dari jumlah seluruh leukosit yang berada di tubuh manusia.
Kemudian basofil, basofil memiliki nukleus berbentuk tidak beraturan yang cenderung lebih terlihat seperti huruf S dan bersifat fagosit. Basofil melakukan tugasnya dengan cara melepaskan hestamin dan heparin ke dalam darah. Heparin merupakan mukopolisakarida yang banyak terdapat di dalam hati dan paru-paru. Merupakan salah satu pemicu dalam mencegah terjadinya pembekuan darah dalam pembuluh darah. Basofil juga secara tidak langsung ikut bertanggung jawab dalam memberi reaksi alergi dan antigen yang sesuai lewat hestamin yang nantinya akan menyebabkan peradangan hasil dari inflamasi.
Ketiga eusinofil, sama dengan dua lainnya eosinofil juga mempunyai sifat fagosit yang cenderung mempunyai warna merah oleh karna itu sel eusinofil jarang dijumpai pada sel darah putih. Berfungsi menghancurkan parasit dalam bentuk yang lebih besar. Jumlahnya akan meningkat dengan sendirinya saat terjadi reaksi alergi dan infeksi oleh parasit.
Jenis kedua dari leukosit berikutnya adalah leukosit agranuler. Leukosit agranuler tidak mempunyai granula spesifik, sitoplasmanya bersifat homogen dengan inti berbentuk koma atau seperti ginjal. Terdapat dua jenis leukosit agranuler yaitu limfosit dan monosit.
Monosit mempunyai satu inti sel berukuran besar dan berbentuk seperti ginjal. Monosit dapat melakukan diapedesis dan berpindah dari aliran darah ke jaringan. Di dalam jaringan, monosit akan membesar dan berubah menjadi makrofag. Makrofag bersama neutrofil merupakan leukosit fagosit utama yang paling efektif dalam memberantas 'pengganggu'. Berjumlah sekitar 20%-30% dari jumlah sel darah putih di dalam tubuh dan memiliki umur paling panjang di antara yang lainnya. Tidak hanya terdapat dalam darah, monosit juga berada dalam jaringan limfosit.
Limfosit atau yang lebih umum disebut sebagai sistem limfa, bukanlah sel yang motil, mempunyai inti sel satu, dan berfungsi untuk kekebalan. Terdapat sekitar 25% limfosit dari seluruh jumlah sel darah putih di dalam tubuh. Sel dibentuk di dalam kelenjar limfa yang berada dalam sumsum tulang. Selain itu, dibagi lagi menjadi limfosit besar dan kecil. Yang kemudian dibedakan menjadi limfosit B dan limfosit T. Limfosit T akan bermigrasi menuju kelenjar timus, sedangkan limfosit B akan tetap berada di sumsum tulang belakang.
Sel B bertugas membuat antibodi yang nantinya akan mengikat pathogen dan lalu mengancurkannya. Setelah adanya serangan, beberapa dari sel B juga akan mempertahankan kemampuannya dalam menghasilkan antibodi sebagai layanan sistem memori.
Sedangkan sel T atau yang juga dapat disebut sebagai natural killer ini merupakan sel pembunuh alami yang dapat membunuh sel tubuh yang tidak memberikan sinyal 'aman' dari infeksi, sehingga sel T juga bertanggung jawab dalam mengkoordinir tanggapan ketahanan untuk menahan bakteri intraseluler.
Kita telah mengetahui bahwa leukosit mempunyai tugas penting yaitu untuk menjaga keamanan tubuh kita dari berbagai infeksi dan penyakit dengan cara memberantas 'pengganggu' dalam tubuh kita. Oleh karna itu leukosit butuh untuk dapat bergerak dengan bebas dan segera menuju ke tempat infeksi itu berada secepat mungkin. Misal saat kita terluka yang diperoleh karna kulit kita tergores dengan sesuatu yang tajam, duri ikan atau serpihan kayu misalnya, maka luka tersebut akan menjadi media yang paling tepat bagi masuk dan berkembangnya bakteri di dalam tubuh kira. Maka setelah itu leukosit akan segera datang dan mengepung untuk memberantas bakteri yang menempel pada luka tersebut hingga tuntas.
 Seringkali juga pada bagian tubuh yang luka tampak merah membengkak dan terasa panas yang merupakan bukti telah terjadinya perlawanan sel darah putih terhadap bakteri. Pada awalnya dengan kemampuan diapedesisnya, leukosit dapat bergerak dengan bebas di dalam tubuh dan dapat keluar dari pembuluh darah, berjalan mengitari seluruh bagian tubuh, mencari lokasi infeksi dan mengepung daerah tersebut, menangkap organisme pengganggu dan menghancurkannya. Sebagai hasil kerja fagositosit dari leukosit, infeksi dapat dihentikan dengan sempurna. Namun bila infeksi belum juga berhasil dihilangkan dengan sempurna, maka akan terbentuk nanah. Nanah berisi sel darah putih yang sudah mati yang terbunuh dalam kinerjanya tersebut, dan juga terdapat sel asing yang ikut terbunuh dalam nanah tersebut. Ditambah lagi dengan sejumlah besar jaringan yang sudah mencair dari nanah tersebut akan difagositosis oleh granuler yang sehat.
Oleh karena itu untuk mencegah infeksi sebelum bertambah parah yang nantinya akan berujung pada kemungkinkan berkembangnya infeksi menjadi sarang bakteri yang dapat menghasilkan penyakit, maka tubuh punya jalan untuk menghalau hal tersebut. Sel darah putih yang ditugaskan untuk menyarang zat asing tersebut dibagi menjadi tiga tim, yaitu monosit, neutrofil, dan limfosit. Namun tidak hanya menyerang zat asing yang masuk ke dalam tubuh, mereka juga bertugas untuk memulihkan tubuh atas kerusakan yang nantinya akan ditimbulkan. Pada saat zat asing memasuki tubuh dan menimbulkan peradangan, sinyal kimiawi akan memberitahu monosit sehingga ia akan mulai pergi keluar dari sistemmaliran darah untuk menuju lokasi terjadinya serangan. Monosit akan melakukan penyerangan dan mengahibisi zat asing tersebut dan menghasilkan sitoksin yang berfungsi membangkitkan inflamasi, hal ini akan menjadi bukti bahwa telah terjadi perlawanan dalam tubuh, sekaligus dapat juga untuk mempercepat proses penyembuhan.Â
Namun monosit tidak bekerja senndirian, monosit akan dibantu oleh neutrofil. Setelah itu monosit yang telah berubah menjadi makrofag akan membawa bagian tubuh kuman yang telah mati untuk didata oleh limfosit. Limfosit nantinya bertugas untuk mengembangkan antibodi yang akan digunakan untuk menyerang zat asing pada serangan berikutnya. Limfosit memiliki dua asisten, yaitu sel B dan sel T. Sel B yang bertugas sebagai agen akan melepaskan antibodi guna mendeteksi keberadaan kuman yang telah di data sekaligus membunuhnya pada jarak jauh. Kedua ialah sel T yang bertugas untuk menjaga agar antibodi tetap berada pada permukaan sel dan siap melakukan pertempuran jarak dekat. Sementara itu eosinofil yang tidak maju ke medan perang, akan bertugas untuk menyingkirkan semua sisa sel-sel mati dari area pertempuran, sehingga tubuh dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa semua jenis dari leukosit tetap ambil bagian dalam menjaga sekaligus mempertahankan sistem kekebalan tubuh, dengan berbagai cara, ada yang bertugas untuk menghasilkan antibodi, fagositosis untuk memakan sisa sel mati agar tidak terjadi infeksi lainnya dari bekas sel yang telah mati, atau yang langsung bertugas menyerang paling pertama ke sumber infeksi itu berada.Â
Dengan diperlukannya leukosit dengan beragam jenisnya tersebut di berbagai tempat di tubuh manusia yang memungkinkan terjadinya infeksi, leukosit perlu untuk menggunakan kemampuan mereka dalam berdiapedesis. Sehingga didapatkan jawaban dari pertanyaan sebelumnya adalah, kedua jenis leukosit yaitu, granuler dan agranuler, keduanya dapat melakukan diapedesis dengan baik demi kelancaran dalam melakukan tugas masing-masing. Dengan demikian saya mengakhiri artikel saya kali ini dengan ucapan terima kasih kepada para pembaca dan mohon maaf yang sebesar-besarnya bila terjadi kesalahan dalam pengetikan. Demikian, terima kasih.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI