Sumber:delexublog.it
" …..saya sudah putuskan untuk memberikan seluruh kekayaan saya kepada masyarakat. Saya tidak akan menyisakan sedikitpun untuk keturunan saya. Saya akan mewariskan pengalaman bagaimana bertahan hidup dalam kesusahan, dan semangat untuk membangun industri…" .
Chen Guangbiao (陳光標)
Revolusi Filantropi dari China
SANG Lelaki miliarder itu tak bisa tidur malam itu, sesaat setelah menerima informasi bahwa dua konglomerat Amerika "gagal" mengajak orang kaya China untuk bertemu membahas filantrofi.Konon katanya, para miliarder Chinayang sangat terkenal pelit bin medit itu, ogah menghadiri jamuan dari Buffet dan Gate, karena takut dimintai sumbangan.
Padahal kehadiran Warren Buffet dan Bill Gates, dengan mengadakan gala diner ditujukan untuk melakukan riset filantropi di negara tirai bambu tersebut. Informasi penolakan itu lah yang membuat gusarChen Guangbiao. Chen Guangbiao memang tidak juga menghadiri acara promosi filantropi yang digagas triliuner Amrik Itu. Tapi dia menulis sepucuk surat terbuka kepada Gates dan Buffet. Isi surat itulah yang menggemparkan China bahkan dunia.Apa isi surat tersebut? Chen Guanbiao menulis dalam suratnya, bahwa ia akan mendermakan seluruh kekayaannya kepada masyarakat setelah ia meninggal dunia-tanpa meninggalkan sepeserpun untuk anak-anaknya. Penyataan sarat heroisme dan etos sukses inilah yang membuat semua orang tersentak.
Luar biasa, ditengah lautan konsumtivisme dan materialisme yang melanda China dan dunia pada umumnya, kemunculan sosok milyurder dermawan seperti tokoh ini tertu saja mengejutkan. Aneh, bin Ajaib, ketika banyak pemimpin dan pengusaha merusak alam dan lingkungan demi ringgit, dinar atau fulus, eh, sang tokoh ini mempercayai kedahsyatan etos berbagi dan berderma.
Konon mendengar berita menghebohkan tersebut, Clarence Chua di Beijing bertemu dengan sang milyarder itu dan mencari tahu lebih banyak tentang dirinya. Dari paparan Clarence diketahui lebih detail soal kehidupan pribadi sang Dermawan China tersebut. Chen Guangbiao, pria berusia 42 tahun, memiliki kekayaaan setara hampir 6,7 trilyun rupiah. Meski memiliki kekayaan sebanyak itu, namun ia tetap hidup sederhana. Ia mengendarai sepeda ke kantornya. Ia juga tak takut mengotori tangannya-ketika ia menjadi relawan menggali 200 orang korban dari reruntuhan setelah gempa bumi Sichuan tahun 2008 lalu.Ketika tibet sedang berduka, akibat Gempa bumi, ia juga hadir disana. Masih menurut laporan Clarence,ia menyumbangkan setara hampir lebih 5,3 trilyun rupiah untuk amal.
“Kekayaan kami berasal dari masyarakat, kami harus mengembalikan sebagian kekayaan kita kepada masyarakat. Inilah yang harus menjadi semangat para pengusaha. Apa itu kekayaan? Kekayaan itu seperti air. Kekayaan hanyalah harta duniawi. Kalau Anda punya segelas air, Anda akan meminumnya. Kalau Anda punya seember air, Anda akan simpan itu di dalam rumah. Kalau Anda punya sungai Anda harus belajar bagaimana caranya berbagi air itu dengan orang lain.” tegas sang dermawan jenius itu berfilsafat.
Berderma tanpa batas.
Pesona kedermawanan Chen Guangbiao tidak berhenti disitu. Ia juga tak sungkan bekerja secara fisik untuk membantu orang korban gempa bumi Sichuan seperti dijelaskan diatas. Lebih dari itu tokoh ini merasa perlu membuat klip musik untuk penyelamatan lingkungan. "Klip musik ini berisi anak laki-lakinya yang berusia 7 tahun, tengah menyanyikan lagu yang ia tulis soal betapa pentingnya melindungi lingkungan. Chen berharap lagu ini akan mendorong orang untuk menyelamatkan bumi" tulis oke Zone.
Bahkan yang aneh bin Ajaib, demi komitmennya untuk menyelamatkan lingkungan ia rela mengubah nama kedua anaknya.Ia menggantikan nama anaknyamenjadi Chen Huan Bao, yang berarti 'melindungi lingkungan'- mengikuti anak angkat perempuannya, yang masih remaja bernama Chen Huang Jing, juga berarti lingkungan juga.
“Saya mengganti nama anak-anak saya supaya kalau orang panggil nama mereka, mereka akan ingat untuk melindungi lingkungan. Anak laki-laki saya sangat tidak senang dengan itu, tapi setelah itu dia menerimanya. Saya senang mencari publisitas untuk acara kegiatan amal saya, karena saya ingin mendorong lebih banyak orang untuk melakukan pekerjaan sosial, dan mengembalikan sesuatu kepada masyarakat. Anda tidak perlu mendengarkan semua rumor atau gosip. Tapi hanya terus melakukan hal yang benar.“ komentarnya seperti ditulis Oke Zone.
Anak Ibu
" Orang sukses itu biasanya anak seorang ibu" tegas Almarhum Caknur suatu ketika menganalogikan, betapa pengaruh kehidupan masa kecil seseorang yang penuh kasih dan motivasi dari seorang ibu, ikut berkontribusi membentuk kehidupan seorang anak. Hal yang sama tampak dalam kehidupan sang konglomerat dermawan ini. Meski terlahir dalam kehidupan miskin dandari keluarga miskin pula, prinsip sukses yang diwarisi ibunya mengalir dalam jiwanya. “Waktu saya masih kecil, saya miskin sekali. Ayah saya sembilan bersaudara dan tujuh di antaranya meninggal dunia. Saya punya lima saudara kandung. Waktu saya umur 4 tahun saudara laki-laki dan saudara perempuan saya meninggal karena kelaparan. Kami hanya makan dua kali sehari.
Kalau kami makan tiga kali sehari, kami akan kehabisan makanan sebelum akhir tahun. Kami harus pinjam (uang dari orang lain) untuk beli buku-buku dan bayar uang sekolah. Selama liburan sekolah ketika saya masih SD, saya biasanya ambil air dari sumur lalu menjualnya di satu kota berjarak dua kilometer. Anda bisa minum air sebanyak mungkin hanya dengan uang sekitar 89 perak lebih. Waktu itu saya pernah bawa uang hampir 450 perak. Ibu saya mengatakan, lihatlah, anak tetangga menangis karena dia tidak punya uang untuk beli buku dan bayar uang sekolah. Jadi saya memberikan uang itu kepada dia. Saya merasa senang sekali di malam hari. Besoknya saya orang pertama yang sampai di sekolah. Wali kelas memberikan saya satu bintang merah. Lalu setelah sekolah selesai, saya pergi ke semua kelas-kelas dan menceritakan kalau saya membantu beli buku dan bayar uang sekolah teman sekolah saya. Saya merasa bangga sekali dengan bintang merah itu. Pada hari itu juga saya belajar betapa pentingnya memberi tahu orang lain segala kebaikan yang sudah dilakukan. Setelah saya terima bintang merah itu semua siswa lainnya ingin melakukan apa yang saya lakukan.” tegas tokoh ini.
Titik balik kesuksesannya
Terlahir dalam keadaan miskin dan dari keluarga miskin pula, tak membuat Chen Guangbiao mengabaikan pendidikan. Walau sambil bersekolah ia harus bekerja untuk membantu kehidupan keluarganya yang miskin tersebut, ia berhasil menyelesaikan studinya di Universitas Pengobatan Tradisional Cina di Nanjing.
Sayang penulis, tidak menemukan informasi kehidupan tokoh ini setelah selesai kuliah. Yang pasti, kebiasaan hidupnya sejak kecil untuk berderma dan menjadi a part of solution memberinya keberuntungan tiada tara.
Konon, Suatu hari Chen Guangbiaosedang berjalan kaki dan melihat ada satu alat medis yang bisa mendeteksi berbagai penyakit. Ia pelajari alat hebat tersebut. Namun karena ia menemukan bahwa alat tersebut tidakramah digunakan, maka ia segera memodifikasinya dan menjualnya dengan harga tinggi. Ia menjadi kaya karenanya. Keberuntungan berikutnya kembali dia terima, ketika tahun 1999 ia memenangkan kontrak untuk menghancurkan satu stadium tua, dan menghasilkan uang yang banyak setelah mendaur ulang reruntuhan itu.Sukses dengan bisnis tersebut, keberuntungan demi keberuntungan kembali berpihak padanya, ketika ledakan bisnis konstruksi mulai mewabah diChina seiring dengan kemajuan ekonomi China. Saat itulah Chen Guangbiaomenjadi miliarder China.
Ia otentik dengan ucapannya.Bahwa akumulasi kekayaan yang dia peroleh tidak melulu buah dari kerja kerasnya, tetapi ada buah kerja keras orang lain dan last but not least blesing in disgues.
Menjadi Piar Kedermawanan
Sebagaimana dilaporkan berbagai media, termasuk harian kompas hari ini, meskipun Chen Guangbiao telah dikenal sebagai dermawan di China, namun reputasi kedermawanannya barulah melegenda dan mendunia sesaat setelah Bill Gates dan Warren Buffet memutuksan untuk mengadakan gala dinner amal di Cina. Ketika Miliarder China lainnya mengabaikan Undangan sang kedua miliarder dermawan asal Amerika itu, Chen justru tampil digarda terdepan untuk mengkampanyekan pentingnya philanthopi bagi kemanusiaan.
“Ketika saya dengar orang-orang kaya di Cina tidak mau ke acara gala dinner, saya tidak bisa tidur malam itu. Saya memutuskan untuk menulis surat terbuka kepada Gates dan Buffet. Saya tulis, saya berterima kasih karena Anda sudah memutuskan untuk berbagi nilai-nilai kedermawanan yang bagus dari dunia Barat. Tapi tak seperti yang berjanji untuk menyumbangkan setengah dari kekayaan mereka, saya sudah putuskan untuk memberikan seluruh kekayaan saya kepada masyarakat. Saya tidak akan menyisakan sedikitpun untuk keturunan saya. Saya akan mewariskan pengalaman bagaimana bertahan hidup dalam kesusahan, dan semangat untuk membangun industri. Menurut saya, ini adalah hal yang penting. Saya memulai dari nol, dan saya yakin mereka punya kemampuan untuk melakukan hal yang sama. Ketika saya katakan saya akan memberikan seluruh kekayaan saya, saya pasti akan lakukan itu. Saya tidak ingin keturunan dicela di depan umum. Apa Anda pikir saya ingin mereka menghadapi hal seperti itu?" tegas tokoh ini.
Kepada BBC News Beijing tokoh ini juga mengatakan, bahwa Beramal dan membantu sudah menjadi bagian dari budaya Cina selama 5.000 tahun. Tetapi kegiatan amal resmi baru dikembangkan di Cina dalam 30 tahun terakhir, sejak kami menerapkan reformasi ekonomi, tegasnya. Luar biasa !
( DH.Ismail dari berbagai sumber: Kompas, Sindo, Asia Calling, Oke Zone, BBC News, Beijing dan Koran China, dll )
Track Recordsebagai Dermawan
1.Chen telah menghibahkan lebih dari USD200 juta selama bertahun-tahun yang lalu ketika filantropi belum menjadi isu hangat di China.
2.Pengusaha ternama itu telah berjanji memberikan USD700 juta ke lembaga amal jika dia meninggal dunia. Chen juga menyebutkan, lebih dari 100 pengusaha kaya China telah menghubunginya dan berjanji melakukan hal yang sama.
3.Chen menerima penghargaan sebagai penggagas filantropi di kalangan orang kaya di Negeri Panda itu dua tahun lalu
Pemikirannya dan cita-citanya
1.Dia pun berjanji akan menjadikan China sebagai “bangsa yang murah hati terbesar” seiring dengan semakin banyaknya orang kaya.