Mohon tunggu...
Breck Javic
Breck Javic Mohon Tunggu... -

Pengamat Ide, bersahabat dengan Pisang goreng dan Kopi hitam tanpa gula

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Inilah Profil Anak Muda Bakal Calon Wakil Gubernur Sul-Sel (I)

5 Oktober 2017   15:09 Diperbarui: 5 Oktober 2017   17:05 12047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama sosok pemuda  Andi Sudirman Sulaiman santer terdengar berpasangan dengan sang Professor Nurdin Abdullah pada perhelatan Pilgub Sulsel 2018 mendatang.   Banyak orang dan media yang salah menuliskan data pribadi dan profil Andi Sudirman Sulaiman, ST yang saat ini menjadi bakal calon wakil gubernur Sulawesi Selatan.

Andi Sudirman Sulaiman, ST  

Etos Kerja Keras Seorang Profesional Muda

Belajar Mandiri Sejak Kecil

Tempaan masa kecil merupakan satu tahapan hidup yang paling menentukan ke arah mana sebuah pribadi membentuk dirinya kelak. Di masa-masa ini, seorang anak mulai belajar merambah semua kemungkinan potensi karakter yang bakal menjadi bagian tak terpisahkan dari kepribadiannya kelak ketika dewasa. Demikian pula yang dialami Andi Sudirman Sulaiman. 

Lahir di dusun kecil di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, 25 September 1983, Andi kecil merupakan anak kesebelas dari duabelas saudara yang berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ayahnya adalah seorang anggota TNI sekaligus seorang petani. Sedang ibunya dalam keseharian menjadi ibu rumah tangga. 

Sejak dini dalam lingkungan keluarga yang sangat sederhana dan tinggal di kampung kecil, Andi Sudirman mulai belajar bagaimana hidup sederhana. Nilai-nilai kesederhanaan inilah yang banyak membentuk karakternya ketika menjejak masa remaja. Di samping kesederhanaan, Andi kecil mulai memahami cara hidup mandiri.

" Tradisi dalam keluarga memang senantiasa menekankan kemandirian tersebut. Tidak mengherankan dalam sosok Andi Sudirman, karakter kemandirian ini demikian tertanam kuat".

Memasuki Sekolah Dasar (SD) Inpres Mappesangka, Kabupaten Bone Sulsel, di tahun 1989, Andi kecil menjejak dunia kreativitas seorang anak. Di masa ini, semua potensi kreativitas serta jiwa kepemimpinannya mulai menemukan saluran untuk bertumbuh. Di sekolah dasar, Andi kecil sering tampil dalam kegiatan perlombaan baca puisi. 

Tidak seperti anak seusianya yang pada umumnya tidak percaya diri (minder), Andi kecil justru telah menemukan rasa kepercayaan diri yang kuat. Begitupula dengan jiwa kepemimpinan yang mulai terlihat mekar saat dia sering dipercaya menjadi inspektur upacara di sekolahnya. Di masa ini pula, Andi banyak menemukan ruang-ruang makna hidup dengan segala dimensinya. 

Kesabaran, kejujuran, jiwa toleransi, kesetiakawanan serta kepedulian terhadap sesama merupakan embrio yang kemudian membentuk karakternya hingga kini. Dalam sifat kesabaran ini, Andi banyak memperoleh pembelajaran dari sosok ibunya. Kesabaran merupakan 'akar' kehidupan yang menurut ibunya mampu membuat kita utuh dalam kemanusiaan sekaligus 'guyub' dalam rasa keimanan kepada Allah SWT. Dalam nilai-nilai kesabaran ini termuat demikian banyak potensi nilai hidup yang bisa lahir darinya seperti, rasa syukur, rendah hati, tidak ambisius namun pantang menyerah menghadapi segala tantangan dan hambatan hidup. 

Dengan kata lain, kesabaran merupakan nilai-nilai Islami yang memang identik dengan keikhlasan itu sendiri. Dalam hal mata pelajaran di sekolah, Andi kecil juga telah menunjukkan potensi kecerdasannya yang bakal tumbuh subur kelak. Andi kecil cukup menonjol di berbagai bidang pelajaran, khususnya pelajaran matematika. Di sekolah, Andi kecil masuk dalam kelompok 3 besar murid-murid terpintar.

Setamat sekolah dasar, Andi Sudirman melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ujung Lamuru Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulsel di tahun 1995. Pada masa SMP inilah, Andi Sudirman benar-benar merasakan bagaimana hidup mandiri dalam keprihatinan hidup yang demikian sederhana. Berbekal uang saku yang hanya Rp.250 plus sekarung beras per bulan, Andi Sudirman menumpang tinggal di rumah seorang kawan neneknya. Hal ini dilakukan karena letak sekolahnya memang cukup jauh dari dusun tempat tinggal Andi Sudirman. 

Bisa dibayangkan, bagaimana seorang anak berusia 12 tahun harus berpisah dari orang tuanya dan hidup sendiri dengan bekal seadanya demi mengejar pendidikan yang lebih baik. Di masa SMP ini, Andi Sudirman harus pandai-pandai mengatur hidup dan keuangannya. Segala pekerjaan dilakukannya sendiri. Setiap pulang sekolah, Andi mencuci baju sekolahnya sendiri untuk dipakainya kembali esok hari. Semua rutinitas ini dilakukannya tanpa sedikitpun menggerutu.

Hidup dalam Keprihatinan

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sejak kecil, Andi Sudirman memang terbiasa menjalani hidup dengan segala kesederhanaannya. Ini pula yang membentuk pribadinya yang mampu dengan cepat menyiasati kondisi tersebut. Dengan bekal uang Rp.250 per bulan dari orang tuanya, bisa dipastikan tak akan mencukupi. Bahkan untuk ongkos pulang ke rumahnya saja, Andi kerap tak punya. Padahal ia demikian rindu pada orang tua dan saudaranya. Di sekolah, ada kisah yang menarik dan tak pernah terlupakan. 

Pada saat melakukan upacara bendera dan hormat pada sang saka Merah-Putih, gerak-gerik Andi tiba-tiba menjadi sedikit canggung. Sikap hormatnya tidak penuh dan tegap. Sepertinya dia ingin menutupi sesuatu. Membayangkan hal ini kadang membuatnya tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, ternyata waktu itu Andi menyembunyikan tali rapiah yang dijadikannya ikat pinggang. Karena bila ia mengangkat tangannya terlalu tinggi, tali rapiah itu akan kelihatan jelas. Kondisi ini berlangsung cukup lama. Maklum, Andi memang tidak pernah sekalipun merasakan nikmatnya memakai baju, celana dan sepatu baru. 

Hampir semua perlengkapan sekolah serta pakaiannya adalah pakaian bekas dari kakak-kakaknya. Karena pakaian tersebut dari saudaranya maka agak kebesaran untuk ukuran badannya. Inilah sebabnya celana yang agak kedodoran tersebut diikatkan dengan tali rapiah agar tidak terus melorot karena Andi Sudirman tidak mempunyai ikat pinggang.

Dalam kondisi keprihatinan itu juga, Andi belajar mengatur keuangan dan menyiasati keperluan hidupnya. Untuk jajan di sekolah tidaklah mungkin ia memakai uang sakunya yang sangat terbatas tersebut. Cara paling jitu adalah membangun persahabatan dengan anak pemilik kantin di sekolahnya, sehingga setiap pulang sekolah, ia diberi kue gratis yang tidak terjual hari itu. 

Segala keterbatasan yang ada saat itu, justru tidak membuat Andi Sudirman mengkerut dalam semangat belajar. Keprihatinan hidup yang dialaminya justru mampu menjadi pemicu energinya untuk semakin giat meraih pendidikan. Di sinilah ia belajar bagaimana mendobrak hambatan dan tantangan hidup menjadi sebuah peluang untuk masa depannya. Hasilnya memang luar biasa. 

Di sekolah, prestasi belajar Andi justru mencorong di tengah keterbatasan hidup. Kecemerlangan prestasi serta kecerdasan yang menjadi potensinya justru tumbuh subur di sana. Di masa ini pula, jiwa kepemimpinan Andi Sudirman menemui ruang aktualisasinya. Organisasi kepramukaan menjadi medan penjajalanya dalam berorganisasi. Tidak tanggung-tanggung, Andi mampu melesat dan diberi mandat sebagai Ketua Dewan Ambalang Pramuka di sekolahnya.

Masa Subur Jiwa Kepemimpinan

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Setelah menyelesaikan sekolahnya di SMP tahun 1998, Andi meneruskan pendidikannya di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Watampone Kabupaten Bone, Sulsel. Sebenarnya keinginan Andi setelah tamat SMP adalah melanjutkan ke SMA Taruna Nusantara. Namun karena terkendala jarak yang jauh serta pertimbangan ibunya yang menginginkan dirinya tidak terlalu jauh dari keluarga, maka Andi akhirnya menempuh pendidikan SMA yang berjarak sekitar 50 kilometer dari kampungnya itu. 

Di masa ini, jiwa kepemimpinan Andi Sulaiman demikian mekar dan tumbuh subur. Selain organisasi Pramuka yang memang telah digelutinya sejak masa SMP, Andi demikian aktif merambah semua organisasi pelajar yang ada di sekolahnya, seperti OSIS, MPK (semacam dewan legislatif pelajar) dan Sispala (siswa pencinta alam). Persentuhannya dengan berbagai organisasi ini memang tidak main-main. Bagaimana tidak, baru terjadi sepanjang keberadaan SMA Negeri 1 Watampone, ada seorang pelajar yang mampu dipercaya menjabat ketua di semua organisasi ini dalam waktu bersamaan terpilih untuk ketiga posisi tersebut.

Namun karena ada peraturan yang melarang jabatan ketua dirangkap dalam semua organisasi, maka setelah berjalan enam bulan sebagai Ketua OSIS dan MPK, Andi kemudian melepas jabatan tersebut. Dalam mengemban tugas sebagai ketua organisasi dan ketua kelas selama 3 tahun masih bisa masuk dalam peringkat 3 besar akademik. 

Masa subur tumbuhnya jiwa kepemimpinan ini menjadi bagian dari tahapan hidup Andi Sudirman yang paling melekat hingga kini. Dalam periode ini, Andi belajar bagaimana mengambil sebuah keputusan dengan cepat, bagaimana melakukan negosiasi serta berpikir dealektis untuk menyatukan berbagai pikiran dan kepentingan yang ada dalam dinamika sebuah organisasi. Pada masa ini pula, Andi banyak belajar bagaimana menghadapi berbagai tekanan serta merancang berbagai aksi serta cara mengimplementasikannya di lapangan.

Baca Kelanjutannya

Anak muda Bakal Calon Gubernur Sul-Sel (Bagian 2 )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun