Mohon tunggu...
Breck Javic
Breck Javic Mohon Tunggu... -

Pengamat Ide, bersahabat dengan Pisang goreng dan Kopi hitam tanpa gula

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Inilah Profil Anak Muda Bakal Calon Wakil Gubernur Sul-Sel (I)

5 Oktober 2017   15:09 Diperbarui: 5 Oktober 2017   17:05 12047
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan kata lain, kesabaran merupakan nilai-nilai Islami yang memang identik dengan keikhlasan itu sendiri. Dalam hal mata pelajaran di sekolah, Andi kecil juga telah menunjukkan potensi kecerdasannya yang bakal tumbuh subur kelak. Andi kecil cukup menonjol di berbagai bidang pelajaran, khususnya pelajaran matematika. Di sekolah, Andi kecil masuk dalam kelompok 3 besar murid-murid terpintar.

Setamat sekolah dasar, Andi Sudirman melanjutkan studinya di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ujung Lamuru Lappariaja, Kabupaten Bone, Sulsel di tahun 1995. Pada masa SMP inilah, Andi Sudirman benar-benar merasakan bagaimana hidup mandiri dalam keprihatinan hidup yang demikian sederhana. Berbekal uang saku yang hanya Rp.250 plus sekarung beras per bulan, Andi Sudirman menumpang tinggal di rumah seorang kawan neneknya. Hal ini dilakukan karena letak sekolahnya memang cukup jauh dari dusun tempat tinggal Andi Sudirman. 

Bisa dibayangkan, bagaimana seorang anak berusia 12 tahun harus berpisah dari orang tuanya dan hidup sendiri dengan bekal seadanya demi mengejar pendidikan yang lebih baik. Di masa SMP ini, Andi Sudirman harus pandai-pandai mengatur hidup dan keuangannya. Segala pekerjaan dilakukannya sendiri. Setiap pulang sekolah, Andi mencuci baju sekolahnya sendiri untuk dipakainya kembali esok hari. Semua rutinitas ini dilakukannya tanpa sedikitpun menggerutu.

Hidup dalam Keprihatinan

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Sejak kecil, Andi Sudirman memang terbiasa menjalani hidup dengan segala kesederhanaannya. Ini pula yang membentuk pribadinya yang mampu dengan cepat menyiasati kondisi tersebut. Dengan bekal uang Rp.250 per bulan dari orang tuanya, bisa dipastikan tak akan mencukupi. Bahkan untuk ongkos pulang ke rumahnya saja, Andi kerap tak punya. Padahal ia demikian rindu pada orang tua dan saudaranya. Di sekolah, ada kisah yang menarik dan tak pernah terlupakan. 

Pada saat melakukan upacara bendera dan hormat pada sang saka Merah-Putih, gerak-gerik Andi tiba-tiba menjadi sedikit canggung. Sikap hormatnya tidak penuh dan tegap. Sepertinya dia ingin menutupi sesuatu. Membayangkan hal ini kadang membuatnya tersenyum sendiri. Bagaimana tidak, ternyata waktu itu Andi menyembunyikan tali rapiah yang dijadikannya ikat pinggang. Karena bila ia mengangkat tangannya terlalu tinggi, tali rapiah itu akan kelihatan jelas. Kondisi ini berlangsung cukup lama. Maklum, Andi memang tidak pernah sekalipun merasakan nikmatnya memakai baju, celana dan sepatu baru. 

Hampir semua perlengkapan sekolah serta pakaiannya adalah pakaian bekas dari kakak-kakaknya. Karena pakaian tersebut dari saudaranya maka agak kebesaran untuk ukuran badannya. Inilah sebabnya celana yang agak kedodoran tersebut diikatkan dengan tali rapiah agar tidak terus melorot karena Andi Sudirman tidak mempunyai ikat pinggang.

Dalam kondisi keprihatinan itu juga, Andi belajar mengatur keuangan dan menyiasati keperluan hidupnya. Untuk jajan di sekolah tidaklah mungkin ia memakai uang sakunya yang sangat terbatas tersebut. Cara paling jitu adalah membangun persahabatan dengan anak pemilik kantin di sekolahnya, sehingga setiap pulang sekolah, ia diberi kue gratis yang tidak terjual hari itu. 

Segala keterbatasan yang ada saat itu, justru tidak membuat Andi Sudirman mengkerut dalam semangat belajar. Keprihatinan hidup yang dialaminya justru mampu menjadi pemicu energinya untuk semakin giat meraih pendidikan. Di sinilah ia belajar bagaimana mendobrak hambatan dan tantangan hidup menjadi sebuah peluang untuk masa depannya. Hasilnya memang luar biasa. 

Di sekolah, prestasi belajar Andi justru mencorong di tengah keterbatasan hidup. Kecemerlangan prestasi serta kecerdasan yang menjadi potensinya justru tumbuh subur di sana. Di masa ini pula, jiwa kepemimpinan Andi Sudirman menemui ruang aktualisasinya. Organisasi kepramukaan menjadi medan penjajalanya dalam berorganisasi. Tidak tanggung-tanggung, Andi mampu melesat dan diberi mandat sebagai Ketua Dewan Ambalang Pramuka di sekolahnya.

Masa Subur Jiwa Kepemimpinan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun