Mohon tunggu...
Dwi fatmawati
Dwi fatmawati Mohon Tunggu... -

tergantung bagaimana kita menyikapi... stay clam and enjoy

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Teori Kepribadian menurut Alfred Adler

14 Juni 2015   22:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:03 11367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Adler berpendapat bahwa ingatan paling awal yang dapat dilaporkan seseorang merupakan kunci penting untuk memhami gaya hidup dasarnya. Misalnya seorang gadis yang mengatakan bahwa “ketika saya berusaia tiga tahun, ayah saya….”, hal ini menujukan bahwa ia lebih tertarik dengan ayahnya daripada ibunya. Contoh lain seorang pemuda yang dirawat karena menderita kecemasan berat, mengenang kembali suatu peristiwa dimasa lampau dengan bercerita “ketika saya berusia kira-kira empat tahun, saya duduk di jendela dan memperhatikan sejumlah pekerja membangun sebuah rumah di sebrang jalan, sementara ibuku merajut kaos kaki”. Ingatan ini menunjukan pemuda itu ketika kanak-kanak dimanjakan karena ingatannya berkisar sekitar ibunya yang bersikap melindungi.

Adler menggunakan metode ini terhadap kelompok-kelompok maupun perorangan dan menemukan ternyata metode ini cukup mudah dan ekonomis untuk meneliti keribadian. Ingatan awal kini digunakan sebagai teknik projektif.

  1. Pengalaman masa kanak-kanak

Adler menyebutkan tiga faktor yang mempengaruhi gaya hidup yang salah yaitu: Anak-anak yang memilki inferoritas-inferoritas; anak-anak yang dimanjakan; anak-anak terlantar.

Anak yang memilki inferoritas sering kali dianggap gagal. Akan tetapi, jika mereka memiliki orang tua yang memahami dan mendorong mereka bisa melakukan kompensasi terhadapinferoritasnya, maka mereka akan mampu mengubah kelemahannya menjadi kekuatan.

Anak-anak yang dimanjakan tidak mengembangkan perasaan sosial; mereka menjadi orang yang selalu mengharapkan masyarakat bisa menyesuaikan diri dengan dirinya. Adler menganggap bahwa mereka sebagai kelompok masyarakat yang berbahagia.

Kemudian, anak yang diabaikan akan membawa akibat yang tidak menguntungkan. Anak yang diperlakukan buruk pada masa kanak-kanak akan menjadi musuh apabila mereka sudah dewasa. Gaya hidup mereka dikuasai oleh kebutuhan untuk balas dendam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun