Kita semua mulai berani berinteraksi dengan terbuka. Pada awalnya, kegiatan ini terpisah dalam dua kelompok. Yaitu kelompok para Kanisian dan kelompok para santri. Tetapi lama-kelamaan, kedua kelompok tersebut mulai menjadi satu kelompok besar. Â Kami mulai bertukar pengalaman dan cerita dari latar belakang kami masing-masing.Â
Para Kanisian mulai berbagi cerita tentang segala aktivitas yang dilakukan di sekolah seperti ekskul, olahraga, dan berbagai kompetisi. Sebaliknya, para santri menceritakan pengalaman mereka belajar mengaji, tradisi mereka, dan sebagainya. Melalui ini, kami semua semakin sadar bahwa segala bentuk perbedaan latar belakang tidak akan menghambat kemungkinan kami untuk memupuk harmoni.
Hari-hari di pesantren
Selama kegiatan ini, para Kanisian juga diajak untuk belajar adaptasi dengan lingkungan hidup yang berbeda. Pada awalnya, terdapat banyak keluhan dari para Kanisian mengenai gaya hidup di pondok pesantren. Banyak yang mengeluh dengan standar kebersihan yang berbeda. Bahkan ada juga yang tidak berani untuk menggunakan toilet selama 3 hari di pondok pesantren.Â
Tetapi pada akhirnya, para Kanisian sadar akan pentingnya bisa adaptasi. Sehingga semua mulai berani untuk menjadi lebih terbuka pada lingkungan di sekitarnya dan keluar dari zona nyamannya.
Ekskursi yang diikuti para Kanisian berlangsung selama tiga hari, dengan berbagai kegiatan yang mempertemukan dua budaya. Salah satu momen paling berkesan adalah ketika sesi bebas. Pada saat ini, para Kanisian dan para santri dipersilakan untuk melakukan apa saja yang mereka inginkan.Â
Melalui sesi ini, para Kanisian dan para santri dapat berinteraksi melalui banyak cara. Terdapat beberapa Kanisian dan Santri yang bermain basket, futsal, bulu tangkis, dan juga ada beberapa yang duduk untuk berbincang-bincang dengan para santri saja.
 Suasana terasa hangat ketika semua Kanisian dan santri sangat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Banyak ilmu dan pengalaman yang dapat dipelajari dari para Kanisian dan para Santri.
Puncak kegiatan in adalah pada saat hari kedua. Kami semua melakukan perjalanan ke sebuah curug. Selama perjalanan, terlihat bukti bahwa pertemanan kami semua telah menjadi sebuah pertemanan yang sangat erat. Para Kanisian dan para santri bisa saling bertukar tawaan ketika perjalanan.Â
Pendakian melalui medan berat menuju curug membuktikan kesediaan para Kanisian dan santri untuk membantu uluran tangan tanpa menoleh perbedaan bersama. Sesampainya di curug, kami semua kecewa dengan betapa sedikitnya air yang keluar dari curug tersebut karena curah hujan yang rendah. Namun, kami semua tetap mensyukuri perjalanan yang kami lalui bersama. Semua kesenangan yang kita miliki akan dihargai selamanya.