Mohon tunggu...
Dewy Lestari
Dewy Lestari Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

SMA MALAHAYATI

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tokoh Perjuangan Mayjen Sungkono

3 November 2022   10:30 Diperbarui: 3 November 2022   10:29 484
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Col_Sungkono,_Kenang-Kenangan_Pada_Panglima_Besar_Letnan_Djenderal_Soedirman,_p27.jpg

 

Surabaya terkenal dengan sebutan kota pahlawan karena sejarahnya yang sangat di perhitungkan dalam perjuangan merebut kemerdekaan Bangsa Indonesia dari penjajah.

Salah satu nama pahlawan tersebut ialah Mayjen Sungkono yang namanya di abadikan dalam jalan utama di Surabaya yaitu Jalan Mayjen Sungkono.o

Sungkono lahir pada tanggal 1 januari 1911 di Purbalingga Kidul Kabupaten Purbalingga

(sekarang Jalan Letkol Isdman Purbalingga Kidul atau dikenal dengan prapatan bantheng) dari

pasangan seorang tukang jahit Tawireja dan Rinten. la menempuh pendidikan di HIS (Hollands Indische School) tahun 1928, kemudian melanjutkan ke MULO dan setelah lulus, meneruskan ke Zelfontelkeling hingga kelas dua dan mengantongi ijasah K.E Pendidikan militer selama dua tahun diperoleh dari sekolah teknik perkapalan atau KIS (Kweekschool voor Inlandsche Schepelingen) di Makasar dan bekerja di K.M (Koninklijke Marine).

la masuk tentara PETA dan mengikuti latihan di Bogor. Awal tahun 1945 diangkat menjadi Chodancho (komandan kompi) dengan pangkat kapten dan ditempatkan di Daichi daidan Surabaya. Ketika terjadi pemberontakan PETA di Blitar, Sungkono dicurigai dan "diamankan di Renceitai Bogor. Setelah proklamasi kemerdekaan RI 17 Agustus 1945, mengajak mantan anggota PETA, Heiho, KNIL, dan pemuda pejuang bergabung dalam Badan Keamanan Rakyat

(BKR). Mereka bertugas merebut senjata dari tangan Jepang, agar pasukannya memiliki persenjataan yang lebih memadai. Ia sendiri kemudian diangkat menjadi komandan BKR Surabaya.

Pada tanggal 3 Maret 1946, ia diangkat sebagai Panglima Divisi VII TKR, meliputi daerah Surabaya, Bojonegoro dan Madura. Tanggal 23 Mei 1946, terjadi daerah divisi dan

Panglimanya. Sungkono menjadi panglima divisi VI TRI dengan nama Divisi Narotama, yang daerahnya meliputi Surabaya, Madura dan Kediri. Dengan pangkat kolonel, a kemudian

menjadi Ketua Gabungan Komando Pertahanan divisi - divisi V, VI, VI TRI Jawa Timur. Setelah Perjanjian Renville 17 Januari 1948 di Jawa Timur diadakan konsolidasi pasukan. Sungkono diturunkan pangkatnya menjadi Letnan Kolonel. la menghadap Panglima Besar Jenderal Sudirman, yang sama - sama berasal dari Kabupaten Purbalingga. Disarankan oleh Soedirman, untuk menerima dan tetap menunjukan ketaatan dan kepatriotannya. Tanggal 24 Desember 1949, a kembali ke Surabaya sebagai pemenang. Komandan

Divisi A Belanda Mayor Jenderal Baay secara resmi menyerahkan kota Surabaya kepada Panglima Divisi I Brawijaya Kolonel Sungkono. Menjelang pemulihan kedaulatan, mempelopori pembubaran Negara Jawa Timur dan Madura bentukan Belanda, untuk masuk ke Negara kesatuan RI. Tanggal 22 Pebruari 1950, Markas Divisi I dipindahkan dari Nganjuk ke Surabaya. 

Tanggal 16 Juni 1950, Sungkono alih tugas ke Jakarta dan pangkatnya naik menjadi Brigadir Jenderal. Dalam tahun 1958 diangkat menjadi Inspektur Jenderal Pengawasan Umum Angkatan Darat. Pangkatnya naik lagi menjadi Mayor Jenderal. Jabatan terakhir sampai ia memasuki masa pensiun tahun 1968 adalah penasehat Menteri/Pangad. 

Pada Jumat sore 9 November, di Jalan Pregolan No 4,  Soengkono yang saat itu masih kolonel, dengan suara bulat dia terpilih sebagai Panglima Angkatan Pertahanan Surabaya. Kemudian menyatakan bersedia berjuang untuk Surabaya, meski seorang diri. 

Pidatonya di hadapan ribuan arek Surabaya muda dan anak buahnya di Unit 66 menjadi sangat penting ketika Sungkono mengatakan 

  “Saudara-saudara, saya ingin mempertahankan Kota Surabaya… Surabaya tidak bisa kita lepaskan dari bahaya ini. Kalau saudara-saudara mau meninggalkan kota, saya juga tidak menahan; tapi saya akan mempertahankan kota sendiri…” 

Dari semua pemaparan di atas dapat kita lihat betapa hebatanya perjuangan tokok Mayjen Sungkono. 

      

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun