Mohon tunggu...
Nyimas Dewi Yulia
Nyimas Dewi Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah jiwa dan rasa

Penulis cerpen dan buku kumpulan puisi berjudul Jatuh Cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Tua Yang Terbuang

19 Oktober 2024   19:12 Diperbarui: 20 Oktober 2024   20:55 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Nyimas Dewi Yulia

Cerita ini sedih sekali, tapi banyak nasehat kehidupan  yang bisa kita petik dari sini. 

Berawal dari sebuah rumah mewah yang isinya kosong dan sepi. Bayangkan saja rumah seluas 1000 meter itu dihuni hanya 3 orang. Sepasang suami istri yang sudah sepuh dengan satu anak laki-laki umur 22 tahun yang masih kuliah semester akhir.

Dengan luas rumah itu, bisa dibilang mereka orang kaya lama yang bertahan dengan kekayaannya,mereka tidak pindah ke rumah lebih kecil, padahal kalau dipikir buat apa juga nempatin rumah sebesar itu saat ini. Sang suami sebut saja om Ari, sudah lama pensiun sebagai direktur salah satu perusahaan swasta, dan istrinya tante Yanti yang seorang ibu rumah tangga, adalah tipe istri yang penurut dan cekatan.

Semasa mudanya, Tante Yanti  yang mengurus sendiri ke-3 anaknya tanpa bantuan dari siapapun. Dari kehebatannya, 2 dari 3 anaknya ini bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan semua sudah bekerja dengan penghasilan yang lumayan. Tinggal 1 orang anak yaitu Johan yang masih kuliah dan tinggal dengan mereka. Kedua anak yang lain sudah menikah dan menempati rumah mereka masing-masing.

Semasa muda Om Ari adalah seorang eksekutif muda yang hebat, kariernya gemilang dan penghasilannya bisa dibilang sangat besar. Om Aripun menyerahkan semua uang yang ia peroleh kepada Tante Yanti dan dikelola dengan baik,sehingga mereka hidup berkecukupan kala itu. Dari hasil menabung, om Ari bisa punya rumah mewah yang mereka tempati sekarang dengan 2 rumah mewah lain dan tabungan yang lumayan besar saat itu.

Tetapi satu persatu anaknya menikah, om Ari dan Tante Yantipun sedikit demi sedikit mengambil tabungan yang mereka simpan berpuluh-puluh tahun untuk membiayai pesta pernikahan anak-anaknya. Tidak sampai disitu, mereka juga menghadiahi setiap anak yang sudah menikah dengan sebuah rumah yang sudah dipersiapkan oleh om Ari untuk ditempati anaknya, berikut dengan perabotan dan mobil baru.

Om Ari berkata kepada istrinya, bila itu adalah kebanggaan buat dia dan membuat dirinya tenang, karena setiap anak sudah diberikan bekal untuk masa depan mereka dan cucu-cucunya kelak. Sementara untuk sang anak bungsu, om Ari sudah mempersiapkan rumah utama yang mereka tinggali sekarang.

Masalah mulai datang saat om Ari akhirnya harus pensiun dari pekerjaannya. Sebagai karyawan swasta, om Ari tidak mendapat uang pensiun setiap bulan juga asuransi yang dulunya di tanggung oleh perusahaan akhirnya juga tidak bisa di pakai lagi. Demikian akhirnya suami istri ini mulai berbenah diri menghadapi masa pensiun tanpa penghasilan lagi. Mereka harus bertahan dengan uang tabungan yang tersisa untuk membiayai hidup juga untuk kuliah si bungsu sampai lulus nanti.

Semua berjalan dengan baik, sampai akhirnya Tante Yanti di vonis menderita sakit Jantung dan harus di rawat di rumah sakit. Saat itu dengan percaya diri om Ari membiayai sendiri biaya rumah sakit istrinya dan memasukkan istrinya ke salah satu rumah sakit ternama untuk di rawat. Om Ari berfikir hanya 3-5 hari istrinya akan sembuh.

Tetapi perkiraan nya salah. Tante Yanti ternyata punya komplikasi beberapa penyakit yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sampai tidak terasa sudah hampir satu bulan Tante yanti di rawat. Total uang yang sudah dihabiskan oleh Om Ari hampir mendekati 1 Milyar, saat itu om Ari masih bisa tenang karena dia masih memiliki uang tabungan. Tetapi bulan berikutnya, om Ari mulai menyadari tabungannya nyaris habis untuk biaya rumah sakit sang istri.

Tibalah waktunya om Ari akhirnya tidak sanggup lagi menghadapi permasalahan ini, om Ari pun mengumpulkan anak dan menantunya. Om Ari menceritakan bagaimana kondisi keuangan mereka saat ini, dan kedua anaknya terkejut karena mereka berfikir ayah dan Ibunya berkecukupan dan punya banyak  tabungan, sehingga saat ibunya sakit, anak-anak hanya menjenguk tanpa memberi uang kepada  orang tuanya.

Setelah mendapatkan penjelasan dari om Ari  panjang lebar tentang kondisi keuangan, akhirnya anak menantunya memutuskan, akan membantu dengan merawat tante Yanti di rumah. Karena mereka tidak sanggup bila harus mengambil tanggung jawab untuk membayar biaya rumah sakit sang Ibu.

Keesokan harinya, tante Yanti dipulangkan tanpa jaminan dari rumah sakit. Hari demi hari berganti sang anak mantu masih datang setiap hari ke rumah untuk merawat sang ibu, tapi bulan berganti, mereka mulai jarang mengunjungi. Akhirnya si bungsu yang mengambil alih pekerjaan itu di sela-sela waktu kuliahnya. Om Ari dengan segala keterbatasannya karena sudah tua dan juga memiliki sakit jantung tidak mungkin bisa merawat tante Yanti dengan baik.

Tetapi dengan segenap cinta, om Ari selalu ada disisi Tante yanti untuk menemani dan membantu sang anak merawat istrinya saat sibungsu kuliah. Satu tahun berlalu, akhirnya Johan lulus kuliah dan mulai bekerja untuk membiayai orang tua dan dirinya sendiri. Semua berjalan lancar, tante yantipun berangsur sembuh dari penyakitnya. Tibalah saatnya Johan akhirnya menemukan tambatan hati dan memutuskan untuk menikah.

Masalah mulai datang kembali saat istri Johan tidak betah tinggal di rumah itu, ia meminta untuk pergi dari rumah dan ingin belajar hidup mandiri. Awal-awal mereka masih sering datang mengunjungi orang tuanya. Tapi belakangan seperti kedua kakaknya, Johan mulai jarang datang lagi.

Entah karena sudah tua dan cepat capek, kesehatan tante Yanti dan om Ari mulai terganggu. Dengan rumah yang besar, kedua suami istri itu harus bekerja membersihkan rumah, menyiapkan makan dan mengurus semua keperluan mereka berdua sendiri.

Sementara tabungan yang mereka miliki mulai menipis, lambat laun mereka mulai mengurangi budget makanan, yang tadinya ada ayam atau daging. Sekarang mereka mulai makan hanya dengan sayur, tempe dan telor. Kalau dulu masih sanggup beli buah, sekarang mereka hanya bisa membeli pepaya yang dimakan sedikit demi sedikit supaya bisa bertahan untuk satu minggu.

Tidak sampai disitu, rumah yang dulu megah dan mewah, lambat laun mulai banyak rusak disana sini, cat  yang sudah mengelupas, atap bocor  dan plafon yang jebol, menjadikan rumah om Ari terlihat kusam dan kumuh.
Sementara ketiga anak-anak sibuk dengan keluarganya masing-masing. Om Ari dan Tante Yanti hidup dengan kondisi prihatin di rumah besar yang terpaksa mereka tinggali berdua.

Mereka tidak mungkin menjual rumah, karena sudah menghibahkan rumah itu untuk si bungsu, sementara harta mereka yang lain juga sudah diberikan kepada anak-anaknya.

Akhirnya kembali om Ari dan Tante Yanti memberanikan diri mengumpulkan semua anak menantunya, dengan maksud ingin meminta bantuan atas kondisi keuangan yang mereka hadapi saat ini.

Malam itu anak dan menantu sudah berkumpul di ruangan yang agak gelap karena lampu yang mulai redup dimakan usia. Om Ari memulai percakapan, ia ceritakan semua yang dialami oleh ia dan Tante Yanti saat ini. Bagaimana perjuangan hidup mereka untuk anak-anak dan cerita dimulai dari saat mereka masih muda, punya uang, menabung,menyekolahkan anak- anak sampai memberikan rumah, uang dan mobil untuk mereka.

Saat ini kedua orang tua yang sudah renta meminta belas kasihan dari anak-anaknya.Berharap anak-anaknya mau menjual salah satu aset yang pernah diberikan, sehingga uangnya sebagian menjadi tabungan hari tua mereka atau setiap anak akan diminta sumbangan buat membiayai renovasi rumah yang mulai rusak dan memberi uang bulanan untuk makan sehari-hari.

Tetapi apa lacur, jawaban yang diberikan ketiga anaknya membuat hancur hati kedua orang tua ini.kedua anaknya menolak untuk menjual rumah yang pernah diberikan, dengan alasan rumah tersebut masih ditempati dan dimana mereka akan tinggal bila rumah itu dijual. Akhirnya diusulkan untuk menjual rumah yang sekarang ditempati dan nantinya orang tua ini  bisa tinggal bergantian di rumah ketiga anaknya.

Tetapi sibungsu ternyata tidak setuju, dia marah kepada kakak-kakaknya karena dia belum mendapatkan bagian dari harta ayah ibunya, sedangkan kakak-kakaknya sudah menerimanya, sehingga rumah utama ini adalah rumah bagian dia yang tidak mau dia jual.

Ah betapa rumitnya. Setelah tidak ada jalan keluar dari pertemuan itu, kesehatan om Ari dan Tante Yanti makin menurun. Mereka tidak punya lagi semangat untuk hidup. Sampai akhirnya, Tante Yanti menutup mata untuk selamanya karena stress dan sakit yang tidak terobati. Sementara om Ari sebulan kemudian  menyusul Tante Yanti, meninggal dalam keadaan tertidur di kamar tanpa satu orang anakpun yang menemani disaat  terakhirnya.
Tamat-

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun