Akan tetapi, ingatlah, walaupun ada nilai-nilai yang sama, bisa jadi ada nilai yang bersebrangan gegara orangnya yang berbeda. Makanya, kalau ada nilai penulis yang berubah dan tak sama seperti dulu, pasti pembaca akan meninggalkannya.
Duuh, padahal dia adalah penulis berprestasi nih, malah dia yang mencabul saudaranya. Aku benci penulis seperti ini!
Hmmm, harusnya ini jadi peringatan bagi diriku dan kalian, untuk menjaga sikap walaupun di balik layar maupun di kehidupan sehari-hari. Toh, penulis jadi penggerak hal-hal yang positif dan menjadi teladan bagi banyak orang?
Kalau begitu, kembali ke pertanyaan awal, apa salah kalian mengagumi penulis?
Jawabannya, gak ada yang salah kok.
Malah, penulis yang kalian idolakan justru menjadi sumber energi penyemangat untuk kalian tetap berkarya dan berkarya lewat guratan pena. Sehingga, potensi yang tersembunyi, bisa terbit dan kehebatan akan berpendar dalam dirinya!
Sebaliknya nih, kalau kekagumannya membawa kalian menjadi tidak berdaya. Atau ujung-ujungnya menyerah meskipun kalian sudah berusaha merangkaikan kata melewati seratus bulan purnama.
Aduhh... jangan deh!Â
Jadikan nilai-nilai yang dinyalakan penulis menjadi alasan terbesar untuk tetap berada di dunianya; menelurkan satu demi satu ciptaan tulisannya untuk sesuatu yang abadi.
Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H