Langsung menuju kenormalan baru? Sanggup gak ya....
Hmmm, melihat konsep "New Normal" yang sedang digembar-gemborkan Pemerintah belakangan ini, saya jadi merenung. Apa bisa berjalan lancar dengan pola hidup seperti itu?
Habisnya, gak seperti daerah-daerah lainnya yang telah atau sedang menjalankan PSBB, kabupaten tempat saya tinggal, Lampung Tengah, rasanya biasa saja. Aktivitasnya tetap lancar tanpa usaha yang tutup sana-sini. Bahkan toko bangunan dan toko pancing dekat rumahku, juga buka, kok.
Nah, mau lockdown, PSBB-lah, daerahku sama sekali gak kepikiran buat mengajukannya! Lha wong kabupatenku luas banget. Jumlah kecamatannya ada 28, angka yang sama dengan kasus positif yang dicatat hari ini!
Eitss, jumlah itu gak bisa dipukul rata ya, karena hanya 11 kecamatan yang terindikasi punya pasien positif virus Korona. Sisanya? Masih suci alias 0.
Namun, yang membedakannya dengan sebelum adanya pandemi Korona, sudah terlihat orang-orang yang memakai masker, apalagi setelah ada pengumuman dari Pemerintahnya, agar semua orang memakainya, bukan?
Memang gak semuanya sih, bahkan ada yang terpegok keluar rumah tanpa pelindung mulut dan hidung ini. Padahal ada himbauan yang terpasang di tempat umum termasuk di lapangan desaku, yang menganjurkan supaya PAKAI MASKER!
Bahkan, yang lebih tegas lagi, yang TIDAK PAKAI MASKER, DILARANG MASUK! Yah, sepertinya pasar kecamatan di kampung tetangga dan supermarket yang gak terlalu jauh dari rumah, sudah memasang himbauan seperti itu.Â
Tapi, ya, lagi-lagi. Masih ada yang kulihat, ada orang yang masuk lingkungan pasar dengan memperlihatkan wajah yang terbuka.
Padahal, jauh sebelum memasuki new normal, pemerintah setempat sudah memberitahu tentang wabah penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini. Apalagi kepolisian kecamatan tempatku tinggal, langsung terjun buat menyosialisasikannya.
Menurut yang kulihat di Instagram resmi polsek kecamatanku, bapak-bapak polisi sudah berulang kali memberitahu tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi pandemi ini; di pasar, di toko-toko, di minimarket, bahkan sampai mempergok segerombolan pemuda yang kumpul-kumpul, di mana dua orang polisi itu menyarankan untuk segera membubarkan diri!
Iya sih, kerja para polisi kecamatan itu, buat membantu dan meringankan pemerintahan kabupaten yang harus ngurus warganya yang tinggal di wilayah yang luas sekali!
Oh ya, bagaimana di toko dan warung-warung kecil?
Memang sudah ada warung-warung dan toko yang menyediakan tempat cuci tangan dan sabun, yah meskipun gak semuanya. Kalau minimarket besar dekat pasar dan supermarket di desaku sudah pasti menyediakan dua hal itu kan ya.
Kalaupun sudah menyediakannya, sayangnya toko-toko dan warung-warung kecil gak dikasih tanda di lantai, yang diharuskan mengatur jarak saat antri di kasir warung atau tokonya. Gak seperti dua minimarket di kampung sebelah, dan supermarket dekat rumah yang sudah tersedia tandanya.
Itulah yang membuat, alih-alih bisa physical distancing, yang ada malah antri agak dempet-dempetan. Tapi, jangan menyalahkan tokonya yang kecil, ya. Salah manusia sendiri yang enggak mau diatur!
Lagipula, di masjid dekat rumah, kegiatan shalat berjamaah berjalan seperti biasanya, persis sebelum wabah global ini berlangsung. Seolah-olah, menganggap Virus Korona tak bakal ada! Terkesan meremehkan, bukan?
Toh, hal itu enggak menyurutkan jajaran pemerintahannya untuk langsung loncat ke tahapan selanjutnya tanpa babak pembatasan sosial; menyiapkan tatanan kehidupan yang baru.
Waktu diriku memantaunya lewat akun Instagram, terlihat para pejabat kabupaten dan aparat kepolisian sedang memberi tahu masyarakat di beberapa wilayah tentang new normal.
Seperti pasar di desa yang satu kecamatan dengan tempatku tinggal, mereka menyiapkan tempat cuci tangan, mengedukasi pedagang dan pembeli agar memakai masker, beri jarak antar pedagang juga antara pedagang dan pembeli.
Namun, apakah himbauan itu tetap awet di pikiran mereka?
Apa pun yang disampaikan di lisan, kemungkinan bakal lupa, apalagi kalau didengarkan sambil berlalu. Mending habis sosialisasi, pasang spanduk sekalian tentang protokol new normal!
Terlebih lagi kalau daerah tersebut gak terjangkau pejabat dan aparat karena keterbatasan waktu, sebaiknya jangan jadi alasan buat bebas tidak makai masker, jaga jarak, bla bla bla.
Upayakanlah agar setiap desa, setidaknya ada satu baliho atau spanduk tentang protokol kenormalan baru bagi kita yang tengah hidup di era Korona. Dan diriku berharap aparat kepolisian lebih rajin dalam berpatroli ya, biar masyarakat lebih disiplin dalam menjalankan gaya yang baru ini.
Mau, kan, virus-virus SARS-CoV-2 yang cerdas tapi berhati jahat, segera menyingkir dari bumi Indonesia?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H