Untuk apa mengumpulkan kotak-kotak ini? Jadi sampah?
Ya, begitulah beberapa orang-orang memandang sinis terhadap kotak-kotak yang saya kumpulkan dan kini diletakkan di lemari bagian bawah. Padahal kotak-kotak ini punya maksud tersendiri, bukan?
Jadi, apa saya sengaja mengumpulkan kotak-kotak bekas kemasan? Tentu saja YA!
Kotak-kotak itulah yang saya manfaatkan kembali untuk jadi kotak kado pernikahan. Jadi, nggak perlu beli di toko-toko, juga minta ke tetangga atau memungutnya dari tempat sampah. Iyalah, biar gak malu-maluin, jaga harga diri.
Kenapa? Berkaca dari pengalamanku juga, di mana waktu hadir di pernikahan teman, kotak kadonya hampir semuanya bekas kemasan. Dan sampai saat ini saya sudah mengumpulkan kotak-kotak bekas kemasan dari toko roti, susu, sereal, peralatan dapur, hingga pancake dan puding.
Karena saya yakin, kotak-kotak kemasan tadi suatu saat bakal berguna. Tak hanya saat pernikahan, tapi di hari istimewa lainnya.
Nah, apa yang saya lakukan ini, selain membuat kado terlihat lebih rapi dan "sopan", secara tidak langsung bisa jadi pahlawan penyelamat lingkungan! Bayangkan, kalau kotak kemasan---yang terbuat dari kertas---langsung dibuang setelah jadi pembungkus makanan, malah jadi beban!
Ya, jadi beban bagi Indonesia yang per tahunnya dipenuhi 64 juta ton sampah. Sembilan persen di antaranya berupa sampah kertas. Kecil sih, tapi tetap saja besar di mata lingkungan.
Belum lagi pohon-pohon di hutan harus rela dikorbankan untuk pembuatan kertas, yang berarti juga berpengaruh bagi ekosistem dan iklim di Bumi. Kalau sudah jadi sampah, lumayan lama penguraiannya, yakni dua sampai enam minggu.
Jadi apa salahnya, kalau sudah selesai hajatan, kadonya dibuka dengan baik? kalau kotak-kotaknya dan kertas kadonya masih bagus, bisa dimanfaatkan lagi untuk kado hajatan pernikahan berikutnya.