Aku tidak peduli! Lagipula, dengan kelebihannya, aku tidak mau pindah ke TV layar datar!
Terus, kalau begitu, apa kelebihannya?
Walaupun memang menguras listrik rumah tangga, mesin TV analog memang terkenal awet lho, bandelnya minta ampun! Sudah gitu, perawatannya gampang dan jika ada kerusakan, pesawat TV tabung masih bisa diperbaiki.
Ditambah dengan teknisi televisi yang rata-rata bisa memperbaiki pesawat televisi tabung, dan memang ada di setiap desa (termasuk kampungku, hehe).Â
Bandingkan dengan TV LED, kalau rusak, harus dibawa ke luar kota untuk menyembuhkannya. Belum lagi dengan komponennya, serba mahal, bisa mencapai 80% dari harga pembelian TV LED yang baru.
Terlebih, dengan apa yang kutemukan pada beberapa TV tabung milik tetangga bermerek lama, yang masih berfungsi padahal sudah lebih dari 10 tahun bahkan sampai 15 tahun, semakin mantaplah dia. Hmmm, salut deh.
Bahkan, di tempat yang terpencil sekalipun seperti yang diriku lihat di kampung kerabat Papa, TV tabung masih bisa menerima siaran teve, karena punya komponen receiver yang lebih baik dibandingkan dengan TV layar datar!
Itu, faktor yang membuat banyak orang (termasuk keluargaku) masih setia dengan TV tabung, tak ingin pindah ke lain hati. Bahkan kalau saya tanya ke salah seorang warga, lebih nyaman TV tabung dengan layar datar, tentu akan menjawab: "Enakan TV tabung, dong!"
Tapi, yang harus diingat, TV CRT alias tipi tabung, memang diciptakan untuk menerima siaran analog.
Lho, kok bisa, ya?
Sebelum dikotomi analog dan digital, sistem sinyal televisi yang dikembangkan pada pertengahan abad ke -20, ya seperti inilah. Sampai ditemukan sistem sinyal televisi digital pada akhir 1990-an, barulah sistem sinyal televisi itu diidentifikasi sebagai sistem TV analog!
Karena TV CRT pada masanya memang dirancang untuk menerima siaran TV analog (ya, seperti yang kalian lihat di jaman dulu, lho!), otomatis TV tabung tidak bisa menerima siaran TV digital. Lha, memang sistemnya beda kok antara TV analog dengan digital, ya gak?