Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saya, Agnez Mo, dan Fakta Keberagaman

26 November 2019   23:02 Diperbarui: 26 November 2019   23:38 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berkibarlah bendera negeriku, berkibarlah, engkau di dadaku

Tunjukkanlah kepada dunia, semangatmu yang panas membara

Daku ingin jiwa raga ini, selaraskan keanggunan

Daku ingin jemariku ini, melukiskan kharismamu.

(Gombloh - Berkibarlah Bendera Negeriku)

Hari ini, ada pernyataan yang bikin heboh seisi negeri ini, bahkan sampai trending di jagat maya termasuk Twitter. Katanya, Agnez Mo, yang diwawancarai di Amerika sana, menyatakan bahwa dia tidak berdarah Indonesia, melainkan Tiongkok, Jepang, dan ada keturunan dari Eropa juga, yakni Jerman!

Apa warganet pada kaget?

Ya, tentu saja! Masa', penyanyi yang tengah mengepakan sayap tinggi-tinggi di dunia antarnegara ini, tidak mengakui Indonesia kecuali sebagai tempat kelahirannya? Bagi kebanyakan mereka sih, dianggap keterlaluan, tak nasionalis lah, atau mungkin, tak layak jadi warga negara Indonesia. Dasar netizen, pikirannya pendek melulu!

Melihat berita itu, kok jadi teringat lagu Berkibarlah Bendera Negeriku karya Gombloh yang dinyanyikan Agnez waktu 100 tahun Harkitnas di era SBY, ya? 

Tapi, apa yang diucapkan Agnez Mo itu, menurutku malah seharusnya diapresiasi. Saya aja salut sama dia, mengakui keberagaman yang sebenarnya. Bandingin aja, yang ngakunya pribumi tapi tak terima akan perbedaan. Merasa penduduk asli tapi tidak Pancasilais. Jadi, kemanakah fakta yang selama ini kalian pelajari?

Saya sudah berulang kali menuliskan di berbagai artikel di sini, bahwa saya berdarah campuran, dan bukan orang Palembang seperti yang disangka banyak orang. Walaupun begitu, sejak kecil sampai saat ini, saya dibesarkan dan dikelilingi oleh lingkungan yang beragam suku dan agama. Ada suku Jawa, Tionghoa, Lampung, Bali, dan diriku juga bergaul dengan teman yang bersuku Sunda dan Batak.

Agnez Mo juga sama, dibesarkan oleh perbedaan-perbedaan, apalagi di Jakarta yang heterogenitas-nya luar biasa! Menjadi penganut Kristen di tengah-tengah mayoritas Muslim. Malah, punya sahabat yang sukunya berbeda, salah satunya atlet bulutangkis ganda putri pelatnas, Greysia Polii.

Jadi, wajar 'kan kalau dia mengakui keberagaman di Indonesia dengan belasan ribu pulau, dengan Bhinneka Tunggal Ika-nya?

Hmmm, kalau Agnez Mo punya keturunan asing semua, saya masih beruntung ya, punya leluhur dari pribumi Nusantara. Eh, bukan!

Kalau bangsa kita ditarik leluhurnya, tidak ada satu pun pribumi yang "asli Indonesia". Semuanya adalah pendatang. Ya kecuali kalau Adam dan Hawa diturunkan di kepulauan Nusantara terus tersebar di seluruh dunia, lain lagi ceritanya.

Menurut penelitian, nenek moyang bangsa kita ini datang dari Afrika, lalu bermigrasi ke seluruh penjuru bumi. Terus, bagaimana pendahulu dari Indonesia sekarang bisa tiba dan beranak-pinak di tanah air kita?

Ceritanya begini.

Mulanya, berasal dari orang Melanesia, manusia berkulit hitam yang datang duluan, menyebar ke kepulauan Indonesia yang masih kosong, lalu menetap. Sampai tiba masanya, di mana kedatangan orang-orang Austronesia dari Taiwan, yang "memaksa" orang-orang Melanesia menyingkir ke Indonesia Timur, termasuk Papua.

Nah, orang-orang dari pulau Formosa-lah yang datang, mengisi bagian barat kepulauan kita. Mereka telah menemukan pulau-pulau yang amat indah sebagai "rumah" baru untuk menetap, yang iklimnya sangat nyaman untuk dihuni. Hore!

Habis itu, apakah sudah selesai sampai di sini?

Belum! Karena orang-orang "pendatang" dari luar itu tadi, menempati wilayah yang tentunya karakteristik lingkungannya berbeda, jadinya mereka terpengaruh dari lingkungan itu tadi. Maka, lahirlah berbagai suku-suku bangsa di tanah pertiwi ini. Tapi, suku-suku dan peradabannya masih sederhana lho ya, dan sejarah menggariskan berikutnya, akan datang bangsa-bangsa asing yang memberikan warna tersendiri bagi Indonesia.

Eits, tunggu dulu. Bukankah Indonesia belum terlahir? Yang ada, hanyalah kerajaan-kerajaan yang tersebar di kepulauan kita, ya gak?

Lalu, bagaimana bisa bangsa-bangsa asing bisa ada di zamrud khatulistiwa ini? Jawabannya, kepulauan kita ini strategis banget, antara dua benua dan samudera, dan dikelilingi lautan yang biasanya digunakan orang-orang zaman dulu untuk berlayar dan berpergian. Wajar dong, banyak akses buat masuk ke bumi Nusantara.

Apalagi orang-orang asing itu, karena berbagai faktor, yang menyebabkan sebagiannya akhirnya menetap dan berketurunan di sini. Ya, seperti orang-orang Tiongkok, karena ada konflik di negaranya, akhirnya pada melarikan diri di pulau-pulau kita ini, bukan?

Namun, apakah hal-hal asing yang dibawa oleh bangsa lain kita tolak begitu aja?

Syukurlah, kita ini bangsa kepulauan yang terbuka, jadi kebudayaan asing bisa masuk dan berbaur dengan kebudayaan kita yang asli, menciptakan asimilasi yang melukiskan kebudayaan kita dengan begitu indah. Budaya Arab, India, Tiongkok, Eropa, semua berbaur memberikan corak warna tersendiri. Waah, tambah kaya nih, keberagamannya!

Jadi, wahai yang ngaku-ngaku sebagai kebudayaan kita untuk propaganda kembali ke jati diri leluhur, pada sadar gak sih, kalau budaya yang kalian agung-agungkan kalau ada unsur asingnya?

Oh ya, kembali pada kontes Indonesia itu. Sebenarnya, "Indonesia" itu adalah kesepakatan politik untuk hidup bersama dalam satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa lewat Sumpah Pemuda tahun 1928. Sebelum itu, sekali lagi, mana ada (negara) Indonesia?

Indonesia yang kita kenal saat ini, terbentuk dari "meleburnya" kerajaan-kerajaan tempo dulu yang ada di Nusantara, yang tentu saja terdiri dari beragam suku bangsa dari berbagai penjuru dunia, yang telah terlebih dahulu ada!

Lalu, ditaklukkan oleh penjajah Belanda yang memunculkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyulutkan api persatuan yang menciptakan nasionalisme. Dan perasaan kebangsaan itulah yang diwariskan dari generasi ke generasi, salah satunya lewat pendidikan!

Nah, coba kalian lihat sendiri! Ada orang Tionghoa, leluhur dari Tiongkok, namun tanah airnya tetap Indonesia. Begitu juga kalian yang nenek moyangnya dari wilayah lain, tapi tetap, punya tanah tumpah darah di pulau-pulau ekuator, yang membuat kalian jatuh nyaman.

Dan, andaikan seorang Agnez Mo tidak memiliki rasa nasionalisme, apakah dia akan menyanyikan lagu Gombloh di atas dalam perayaan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional di Stadion GBK, dengan sepenuh hati?

Buktinya, dia bisa menyanyikannya dengan sangat apik! Berarti dia bangga dong dengan Indonesia, ya 'kan!

Iya, tapi harus diakui juga,

Indonesia adalah tempat yang disediakan di bumi untuk sebagai tempat lahir kita, dimana berbagai bangsa-bangsa di penjuru bumi, yang  saling bertemu, bercampur, melebur bersama pengaruh-pengaruh asing yang datang, membentuk leluhur yang menjadi asal-muasal kita.

Yah, walaupun mengingat tanah air itu baik, tapi tak melupakan asal usul kita sebenarnya, itulah yang paling bijaksana. Dan keberagaman kita itu adalah keniscayaan yang tak bisa tertolak. INI FAKTA!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun