Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saya, Agnez Mo, dan Fakta Keberagaman

26 November 2019   23:02 Diperbarui: 26 November 2019   23:38 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, bagaimana bisa bangsa-bangsa asing bisa ada di zamrud khatulistiwa ini? Jawabannya, kepulauan kita ini strategis banget, antara dua benua dan samudera, dan dikelilingi lautan yang biasanya digunakan orang-orang zaman dulu untuk berlayar dan berpergian. Wajar dong, banyak akses buat masuk ke bumi Nusantara.

Apalagi orang-orang asing itu, karena berbagai faktor, yang menyebabkan sebagiannya akhirnya menetap dan berketurunan di sini. Ya, seperti orang-orang Tiongkok, karena ada konflik di negaranya, akhirnya pada melarikan diri di pulau-pulau kita ini, bukan?

Namun, apakah hal-hal asing yang dibawa oleh bangsa lain kita tolak begitu aja?

Syukurlah, kita ini bangsa kepulauan yang terbuka, jadi kebudayaan asing bisa masuk dan berbaur dengan kebudayaan kita yang asli, menciptakan asimilasi yang melukiskan kebudayaan kita dengan begitu indah. Budaya Arab, India, Tiongkok, Eropa, semua berbaur memberikan corak warna tersendiri. Waah, tambah kaya nih, keberagamannya!

Jadi, wahai yang ngaku-ngaku sebagai kebudayaan kita untuk propaganda kembali ke jati diri leluhur, pada sadar gak sih, kalau budaya yang kalian agung-agungkan kalau ada unsur asingnya?

Oh ya, kembali pada kontes Indonesia itu. Sebenarnya, "Indonesia" itu adalah kesepakatan politik untuk hidup bersama dalam satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa lewat Sumpah Pemuda tahun 1928. Sebelum itu, sekali lagi, mana ada (negara) Indonesia?

Indonesia yang kita kenal saat ini, terbentuk dari "meleburnya" kerajaan-kerajaan tempo dulu yang ada di Nusantara, yang tentu saja terdiri dari beragam suku bangsa dari berbagai penjuru dunia, yang telah terlebih dahulu ada!

Lalu, ditaklukkan oleh penjajah Belanda yang memunculkan perasaan senasib sepenanggungan yang menyulutkan api persatuan yang menciptakan nasionalisme. Dan perasaan kebangsaan itulah yang diwariskan dari generasi ke generasi, salah satunya lewat pendidikan!

Nah, coba kalian lihat sendiri! Ada orang Tionghoa, leluhur dari Tiongkok, namun tanah airnya tetap Indonesia. Begitu juga kalian yang nenek moyangnya dari wilayah lain, tapi tetap, punya tanah tumpah darah di pulau-pulau ekuator, yang membuat kalian jatuh nyaman.

Dan, andaikan seorang Agnez Mo tidak memiliki rasa nasionalisme, apakah dia akan menyanyikan lagu Gombloh di atas dalam perayaan 100 tahun Hari Kebangkitan Nasional di Stadion GBK, dengan sepenuh hati?

Buktinya, dia bisa menyanyikannya dengan sangat apik! Berarti dia bangga dong dengan Indonesia, ya 'kan!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun