Kalau memang hasil eksperimen ide dianggap sukses, inilah yang berhak dibagikan dalam tulisan, kepada para pembacanya. Akuilah secara jujur dan apa adanya, apa yang dituliskan adalah apa yang telah dilakukan sebelumnya. Jangan mentang-mentang nulis hasilnya padahal belum dicoba, duuh kalau kayak gini, bisa bahaya!
Dalam Mendapatkan Bahan Menulis, Perlu Pengamatan dan Menganalisisnya
"Kok si A bisa tahu sih, apa yang dituliskan? Padahal dia nggak punya relasi, dengerin curhat aja enggak pernah. Apa sih rahasianya?"
Ya, harus kuakui, saya memang tidak banyak punya teman. Maka jangan heran, kalau jumlah artikel yang melibatkan obrolan langsung dengan orang lain, mungkin hanya berjumlah sedikit. Beda, dengan kebanyakan para penulis di sini, yang beruntung bisa ke mana-mana, bertemu orang lain, ngobrol, terus hasil cuhatannya dijadikan bahan tulisan. Duuh, enak bener ya?
Namun, bukan berarti saya cuma bisa pasrah, dan ya sudah, tak melakukan apa-apa. Masih ada alternatif lain biar saya tetap mendapatkan bahan tulisan. Apa itu?
Kan ada internet! Bukankah dengan dunia virtual yang diciptakan manusia, kita semakin dipermudah?
Oh, iya ya.
Dengan internet, kita bisa kok, mengetahui apa yang terjadi dan perkembangannya di belahan dunia ini, plus membaca beragam informasi di luar bidang yang disukai. Misalnya saja, pada bulan Oktober lalu dimana saya banyak membaca artikel di internet tentang kemimpinan, yang pada akhirnya dijadikan bahan untuk menulis artikel ini.
Padahal 'kan aku seorang perempuan, tidak menjabat sebagai pimpinan, ngapain repot-repot membaca artikel tentangleadership segala? Buang-buang waktu!
Eitss... jangan salah! Tak ada yang terbuang percuma apa yang kita baca, karena suatu hari nanti, hasilnya bisa bermanfaat. Di sampung itu, mempelajari bidang lain di luar keilmuan kita, malahan bisa meperkaya wawasan di benak kita, lho!
Namun, di luar itu, saya sering memanfaatkan "area jagat maya" ini untuk mengamati fenomena dan peristiwa, yang kemudian menganalisisnya. Ya, seperti Prof Komaruddin, Guru Besar Psikologi UIN Jakarta yang seringkali mengamati kondisi psikologis secara langsung di kantor-kantor pemerintahan dan politisi, yang hasil dari penelitian dan pengamatannya dituangkan dalam tulisan-tulisannya, saya pun seperti itu.