Tata Tertib Sekolah Kompasiana
Waktu diriku melihat di sisi lain laman, terdapat sebuah aturan yang harus dipatuhi oleh kami---selaku para murid begitu kami diterima di sekolah ini. Ya, Ketentuan Konten, semacam tata tertib bersekolah di Kompasiana.
Dengan Ketentuan Konten ini, ditambah dengan artikel-artikel yang disajikan, kami dididik di sini, untuk menjadi warganet yang baik, yang di kemudian hari, bisa melakukan hal-hal yang positif, baik di dunia maya, maupun di dunia nyata.
Oh ya, layaknya peraturan sekolah, tentu bagi yang melanggar tata tertib Kompasiana akan diberikan sanksi. Dipanggil Admin, terus ditegur walau hanya lewat pesan. Lalu, kalau sudah berkali-kali melanggar peraturan, ya apa boleh buat; Admin tak bisa mendidiknya, lalu si akun tersebut dibekukan alias dikeluarkan dari sekolah Kompasiana.
Guru dan Muridnya
Hmmm, Â kalau melihat tata tertib Kompasiana, siapa yang membuat peraturan tersebut?
Admin? Tepat sekali. Peraturan sekolah dibuat oleh para guru dan kepala sekolah, seperti itulah posisi para Admin di Kompasiana. Merekalah yang lebih tahu di bidangnya, dibandingkan kami---para murid di sini. Maka, jangan heran, walaupun jarang mengajar di sini---kecuali para Adminnya menjelaskannya lewat tulisan, mereka langsung mempraktikkan ilmunya kepada kami, jika menemukan sesuatu yang salah.
Misalnya, kata penghubung yang penulisannya salah, dibenerin sama Admin. Begitu pun dengan mengganti kata yang tidak baku menjadi kata baku. Terkadang, pada beberapa artikel saya, kalimat-kalimat pada artikel "dibuat kalimat yang tepat" untuk menggantikan kalimat pada tulisan saya yang menurut mereka kurang pas. Duuh, kalau melihatnya, diriku jadi malu deh...
Ingat, Admin melakukan itu semua, bukannya jahat, tapi demi kebaikan dan mendidik kami, supaya kami bisa berbahasa tulis yang baik.
Nah, di luar itu, kami di sini bisa bertukar peran; kadang menjadi guru bagi sesama murid yang lain, di samping itu, kami harus belajar kepada guru yang lebih mumpuni di sini. Akibatnya, kami bisa mendapatkan pengetahuan untuk bisa mengasah dan berlatih menulis lagi---lewat ilmu-ilmu menulisnya, dan sebaliknya, mereka jadi tahu apa yang sedang kami utarakan.
"Pintar" di Bidang Apa, Ya?