Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Pendidikan yang Rindu Meraih "Kemerdekaan"

17 Agustus 2017   22:13 Diperbarui: 18 Agustus 2017   06:07 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://locals.esquerra.cat

Sedangkan, untuk individu, kami pernah disuruh menghafal materi pelajaran Seni Budaya, lalu "menjelaskannya" di hadapan guru. Tapi, sudah bertahun-tahun berlalu, apa materi tersebut masih melekat di pikiranku? Tak ada satu pun!

Dan, saya baru tahu, kalau belajar dengan menghafal bukan metode pembelajaran yang terbaik. Yang paling tepat, belajar dengan cara berpikir. Ya, berpikir! Sayangnya, belajar yang seperti itu belum membudaya di Indonesia, karena mengajarkan siswa-siswi untuk berpikir, adalah suatu perkara yang paling sulit.

Ya, lagi-lagi para guru menjadi "akar permasalahan"nya. Mereka, adalah korban dari sistem pembelajaran yang mementingkan hafalan. Akibatnya, walaupun otak mereka telah terisi pengetahuan, ya penggunaannya hanya sebatas yang dihafalkan saja, bukan digunakan untuk berpikir yang lebih kritis!

Wahai para guru, coba kalian renungkan! Sebenarnya, di sekolah, kalian sudah memberi kesempatan para siswa untuk bertanya jika ada yang belum dimengerti. Itu sudah bagus. Tapi, yang paling sulit, ya mengajak mereka untuk lebih aktif bertanya dalam pembelajaran.

Di Barat, para siswa-siswi di sana memang sudah diajarkan untuk aktif bertanya dan mengutarakan pendapatnya tentang apa yang dipelajari, bukan sekadar duduk diam di kelas lalu "menyetujui" apa yang telah diajarkan. Akibatnya, dengan cara itulah, pengetahuan mereka akan bertambah, dan membawa kemajuan bagi negaranya!

Nah, para guru, berkaca dengan hal-hal itu, bisa tidak kalian menirukannya?

Ingat, ketika para siswa ingin bertanya, otomatis otak mereka akan dipaksa untuk memikirkan, dan menyiapkan pertanyaan apa yang belum dipahami saat belajar-mengajar. Bisa juga, para siswa diajarkan untuk berpikir ala ilmuwan saat belajar Sains. Jadinya, mereka akan terlatih untuk berpikir dan terus berpikir untuk pembelajaran di jenjang berikutnya.

Oh ya, selain itu, kalian bisa membiasakan untuk rajin membaca dan menulis---paling sederhananya, menulis materi sambil mengingat pelajaran di buku tulis. Karena kedua kegiatan berliterasi ini, sudah jelas membuat mereka harus berpikir untuk melakukannya. Enggak mungkin 'kan, menulis sambil melihat materi? Hehe :D

Ya, mudah-mudahan, dengan metode pembelajaran dengan berpikir, siswa-siswi Indonesia bisa lepas dari "penjajahan" lewat hafalan, menuju pemikiran yang lebih MERDEKA!

Akhir kata, Dirgahayu Indonesiaku yang ke-72. Semoga dunia pendidikan kita bisa menyusul, melawan "penjajah" dalam pembelajaran , sehingga bisa merasakan indahnya kemerdekaan saat belajar!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun