Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Empat "Kenikmatan" yang Kalian Temukan, Jika Memilih Berjalan Kaki

18 Juli 2017   01:25 Diperbarui: 18 Juli 2017   15:59 3107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: US News Health - US News & World Report

"Duuh, capek. Kita pulang yuk!"

Ya, begitulah yang dikatakan saudara jauhku saat saya menemaninya ke salah satu warung. Dikit-dikit, udah ngeluh capek. Padahal, kami berjalan tak sampai setengah kilo!

Sebenarnya, pada hari sebelumnya, salah seorang kerabatku sudah menawarkan kami untuk naik motor. Tapi, saya bersikukuh ajak dia untuk berjalan kaki. Memang jarak antara rumah saya dan warung lumayan jauh, tapi bukankah lebih baik jika menempuhnya dengan kaki sendiri?

Saat kami berjalan, saya memang nasihatin saudara jauhku untuk membiasakan diri jalan kaki. Mungkin, selama berada di kota kelahiranku, kemana-mana dia lebih banyak mengendarai motor. Jadinya, kalau urusan jalan kaki, dia memang belum terbiasa.

Nah, apa pernyataan ini cuma satu-satunya di sini? Tidak!

Enam hari yang lalu, sepulang belanja di salah satu minimarket, saya memutuskan untuk duduk di depan teras gedung. Di dalamnya, sudah ada seorang wanita yang telah lebih dulu menunggu. Jadilah kami sama-sama menunggu mobil angkot yang akan mengantar kami pulang.

Saat saya berkata tentang jalan kaki, si wanita itu menjawab: "Jalan kaki itu capek!" Duuh, lagi-lagi dia menganggap berjalan kaki seperti itu!

Padahal, saya ini bisa jalan kaki dari gedung ini sampai ke rumah. Namun, karena alasan cuaca mendung, jadilah saya memilih untuk pulang menggunakan angkutan umum. Ya, namanya aja pilihan orang, tak ada yang bisa memaksa untuk mengikuti gaya hidupnya, bukan?

Berjalan Kaki yang Telah Diasah Semasa Sekolah

Ngomong-ngomong nih, apa nasihat saya pada saudara jauh untuk berjalan kaki, apa hanya sekadar omongan doang? Duuuh, kurasa, ini mustahil terjadi!

Sebab, saya memang sudah terbiasa untuk berjalan kaki. Bahkan, untuk jalan kaki sejauh 2 km pun, saya baik-baik saja. Apa ini sebuah kemampuan yang jatuh dari langit? Percayalah, ini sudah jelas tak akan mungkin!

Kok bisa?

Iya, karena kami semasa SD sudah berjalan kaki ke sekolah. Waktu itu, karena gedung SD kami bisa dijangkau dengan kaki sendiri, makanya kami tidak butuh antar jemput orang tua. Bahkan, kami bisa bebas berangkat dengan berdikari. Yeaay!

Terus, selepas dari bangku SD, apa kami selesai di situ? Tidak!

Saat kami masuk SMP, ternyata jarak antara gedung SMP dan jalan raya dipisahkan jalan kampung kurang lebih 1 km. Jadinya, lagi-lagi kami harus berjalan kaki. Tak apa, malah saya bisa lebih kuat untuk jalan kaki, sehingga harus dihinggapi perasaan lelah pun, tak begitu terasa di ragaku.

Begitu pun pada saat SMA. Terkadang, karena kebijakan sekolah, saya harus berjalan kaki ke sekolah melalui pintu gerbang utama maupun pintu tengah. Karena saya sudah terbiasa jalan kaki, maka hal itu tak jadi masalah bagiku. Malah, diriku terasa lebih nyaman!

Di luar itu, saya pernah jalan marathon sampai pasar kecamatan setelah shalat Subuh saat Ramadan, jalan kaki ke warung dan ke rumah teman, yang justru menguatkanku untuk semakin sering jalan kaki, yang pada akhirnya, disulap jadi sebuah kebiasaan baru untukku!

Okelah, di rumahku tak ada sepeda, naik motor sendiri juga nggak bisa. Aku tak perlu bersedih hati, karena masih ada kaki-kaki yang sanggup melangkahiku di muka bumi!

Sugesti Berjalan Kaki, yang Sanggup "Melemahkan" Diri Sendiri!

Beberapa hari sebelumnya, saya membaca artikel ini, bahwa ada beberapa faktor yang membuat orang Indonesia malas berjalan kaki, yaitu faktor gengsi dan lingkungan. Tapi, jangan dilupakan juga, faktor sugesti juga memainkan peranan penting bagi kita, lho! Yaitu, pikiran kita menganggap sesuatu, yang pada akhirnya terwujud pada perbuatan di keseharian kita.

Misalnya saja, ya pada anggapan tentang jalan kaki ini. Ketika mereka menganggap jalan kaki itu capek karena menguras energi tubuh, ya jalan kaki sedekat apa pun, pasti akan merasakan lelah. Beda kalau pikiran kita mengatakan "jalan kaki itu enak banget!", maka jika kita jalan kaki, sampai 5 km pun, justru ada rasa kepuasan pada tubuh kita, bukan?

Sayangnya, sugesti negatif tentang jalan kaki di sini, bukannya berkurang, malah justru makin parah. Buktinya, dari kota besar sampai pelosok desa, sudah muncul berbagai peralatan dan kendaraan bermotor, yang siap menggantikan tenaga manusia yang selama ini menjadi andalan, dalam kegiatan harian kita.

Contohnya? Ya banyak! Mulai dari berangkat kerja, sampai urusan membajak sawah pun bisa diselesaikan dengan mesin. ditambah lagi, Dengan kemajuan teknologi, sudah muncul kendaraan yang bisa digerakkan sendiri, dan kita tinggal duduk dengan nyaman, iyaa 'kan?

Yang lebih enaknya lagi, jarak dari rumah ke toko yang jaraknya hanya 300 meteran saja, bisa dijangkau dengan sepeda motor! Duuuh, ini memang dipermudah, atau makin diperlemah, ya?

Memang faktanya begitu. Kalau kita terus-terusan bergantung sama kendaraan bermotor, itu artinya, kaki-kaki yang selama ini menemani kita berjalan, kini tak bisa digunakan lagi. Kaki akan menjadi lemah, dan semakin lemah, sehingga diajak berjalan kaki pun terasa sulit. Jangan heran ya, kalau kaki kita diajak berjalan, kaki kita akan merasakan lelah dan sakit!

Berjalan Kakilah, Karena Ada "Kenikmatan" yang Akan Ditemui

Karena itulah, kalau ingin tubuh kita lebih kuat lagi, berjalan kakilah! Sebab, kaki-kaki kita yang baik-baik saja, sesungguhnya adalah pemberian dari Sang Maha Pencipta, yang tak ada duanya. Pantas nggak, kaki-kaki yang normal ini, dibiarkan sia-sia saja tanpa banyak berjalan?

Sekiranya kalau kalian berkaca dari orang-orang difabel, yang terlahir tanpa adanya kaki dan terus ingin berjalan layaknya orang normal, itu membuat diri kita lebih pandai bersyukur, bukan?

Oh ya, dengan mendayagunakan kaki-kaki kita lewat berjalan, sesungguhnya ada empat "kenikmatan" yang akan kalian temukan, yang tentunya, tak bisa diperoleh dengan berkendaraan. Apa sajakah itu?

  • Kenikmatan Mengobrol yang Lebih Banyak!

Jika sekiranya kalian harus pulang dengan berjalan kaki dan tak ada angkutan umum yang masuk jalan menuju suatu tempat, pasti jalan kaki akan berubah menjadi sesuatu yang membosankan, karena yang dilihat, pasti rumah-rumah dan gedung-gedung, bener 'kan?

Terus, gimana caranya biar jalan kaki terasa menyenangkan? Ajak teman, dan mengobrolah!

Ya, memang begitulah seharusnya! Lagipula, bisa jadi teman yang akrab diajak mengobrol saat berjalan kaki, memang tak sekelas sewaktu di sekolah, atau tak bisa leluasa mengorol di kantor. Nah, pada saat itulah, kalian memanfaatkan momen berjalan kaki, untuk melampiaskan obrolan tentang topik yang disukai, sepuas-puasnya!

Temanya? Waah, banyaaaak sekaliii! Bisa seputar pelajaran, PR, maupun masalah-masalah kehidupan lainnya. Pokoknya, dengan mengobrol sepuasnya, gerakan kaki-kaki di jalan menjadi tak terasa, dan pada akhirnya, akan sampai ke tempat tujuannya!

Mengenal Obyek-obyek Lebih Dekat

Kelak, selama hidupnya, kalian akan dihadapkan dengan kegiatan yang mengharuskan untuk berjalan kaki. Yang paling mudah, tentu saja agenda Jalan Sehat yang diselenggarakan di kampung, kecamatan, dan di kota-kota pada momen-momen tertentu. Bahkan, kalian yang masih duduk di bangku sekolah, pastinya akan ikutan ekstrakurikuler yang di dalamnya ada kegiatan berjalan kaki, bukan?

Bahkan, ketika berlibur di suatu tempat pun, kita tak akan selamanya menggunakan kendaraan. Suatu saat nanti, kita akan turun dari kendaraan itu dan harus menikmati obyek wisata tersebut dengan berjalan kaki, bahkan bisa menjangkau bagian-bagiannya, iyaa 'kan?

Terus, apa saja sisi positifnya? Pasti ada, dong!

Yakni, dengan berjalan kaki, justru kita akan mendapatkan "sesuatu" yang lebih, dan lebih dalam lagi. Misalnya, kita akan mengenal alam sekitar lebih dekat, yang akan menumbuhkan kepekaan kita terhadap lingkungan. Plus-nya lagi, jika kita merenungkannya, akan akan semakin dekat pada kebesaranNya.

Belum lagi ada manfaat yang kita petik jika kita berkunjung ke tempat-tempat bersejarah. Kita jadi tahu relief-relief yang terukir pada sebuah candi. Atau, kita bisa masuk ke dalam candi dan mengamati apa saja di dalamnya. Hmmm, kalau sekiranya kita melakukan hal itu dengan naik kendaraan, rasanya itu mustahil, dan kita tak akan mendapatkan "pelajaran" darinya!

Mendapatkan Ide-ide Kreatif, yang Memacunya untuk Terus Berkarya

Di jagat maya ini, tentunya sudah bertebaran berbagai manfaat jalan kaki yang telah diulas. Salah satunya, memacu diri kita untuk lebih kreatif! Kok bisa? Iya, bahkan para penulis-penulis dunia pun, sudah melakukan jalan kaki sebagai bagian dari aktivitas mereka.

Tak hanya mereka, bukti munculnya kreativitas setelah berjalan kaki sudah ditujukan kepadaku. Dan, saya memang telah merasakannya. Tepatnya, pada akhir tahun kemarin, saat saya berjalan kaki untuk menuju ke sebuah kafé, di kota terdekat. Setelah itu, pada beberapa hari kemudian, saya mendapatkan sebuah ide, untuk menulis sebuah artikel pamungkas di tahun 2016!

Mendapatkan Nikmat Kesehatan

Dan, yang tak kalah pentingnya, berkat berjalan kaki, kita akan mendapatkan sesuatu yang tak bernilai harganya, tentu saja kalau bukan nikmat sehat! Hal ini dikarenakan, dengan berjalan kaki, bisa menyehatkan jantung, meningkatkan daya tahan tubuh, sampai mengurangi risiko diabetes tipe 2, lho!

Karena itulah, selain bersepeda, alangkah baiknya kegiatan jalan kaki dibiasakan, untuk melakukan suatu kegiatan setiap harinya. Ya, sekalian manfaatkan untuk berolahraga juga. Apalagi di sekolah-sekolah, yang setiap minggunya hanya kebagian jam olahraga selama 2 jam dan senam pagi selama 1 jam. Sudah jelas, untuk memenuhi kesehatan tubuh, pasti tak akan cukup, bukan?

Wahai pembaca yang budiman, masihkah kalian ragu untuk memilih jalan kaki? Kalau masih, yuk langkahkan kaki-kaki kalian di bumi, dan rasakan manfaatnya!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun