Kok bisa?
Iya, karena kami semasa SD sudah berjalan kaki ke sekolah. Waktu itu, karena gedung SD kami bisa dijangkau dengan kaki sendiri, makanya kami tidak butuh antar jemput orang tua. Bahkan, kami bisa bebas berangkat dengan berdikari. Yeaay!
Terus, selepas dari bangku SD, apa kami selesai di situ? Tidak!
Saat kami masuk SMP, ternyata jarak antara gedung SMP dan jalan raya dipisahkan jalan kampung kurang lebih 1 km. Jadinya, lagi-lagi kami harus berjalan kaki. Tak apa, malah saya bisa lebih kuat untuk jalan kaki, sehingga harus dihinggapi perasaan lelah pun, tak begitu terasa di ragaku.
Begitu pun pada saat SMA. Terkadang, karena kebijakan sekolah, saya harus berjalan kaki ke sekolah melalui pintu gerbang utama maupun pintu tengah. Karena saya sudah terbiasa jalan kaki, maka hal itu tak jadi masalah bagiku. Malah, diriku terasa lebih nyaman!
Di luar itu, saya pernah jalan marathon sampai pasar kecamatan setelah shalat Subuh saat Ramadan, jalan kaki ke warung dan ke rumah teman, yang justru menguatkanku untuk semakin sering jalan kaki, yang pada akhirnya, disulap jadi sebuah kebiasaan baru untukku!
Okelah, di rumahku tak ada sepeda, naik motor sendiri juga nggak bisa. Aku tak perlu bersedih hati, karena masih ada kaki-kaki yang sanggup melangkahiku di muka bumi!
Sugesti Berjalan Kaki, yang Sanggup "Melemahkan" Diri Sendiri!
Beberapa hari sebelumnya, saya membaca artikel ini, bahwa ada beberapa faktor yang membuat orang Indonesia malas berjalan kaki, yaitu faktor gengsi dan lingkungan. Tapi, jangan dilupakan juga, faktor sugesti juga memainkan peranan penting bagi kita, lho! Yaitu, pikiran kita menganggap sesuatu, yang pada akhirnya terwujud pada perbuatan di keseharian kita.
Misalnya saja, ya pada anggapan tentang jalan kaki ini. Ketika mereka menganggap jalan kaki itu capek karena menguras energi tubuh, ya jalan kaki sedekat apa pun, pasti akan merasakan lelah. Beda kalau pikiran kita mengatakan "jalan kaki itu enak banget!", maka jika kita jalan kaki, sampai 5 km pun, justru ada rasa kepuasan pada tubuh kita, bukan?
Sayangnya, sugesti negatif tentang jalan kaki di sini, bukannya berkurang, malah justru makin parah. Buktinya, dari kota besar sampai pelosok desa, sudah muncul berbagai peralatan dan kendaraan bermotor, yang siap menggantikan tenaga manusia yang selama ini menjadi andalan, dalam kegiatan harian kita.
Contohnya? Ya banyak! Mulai dari berangkat kerja, sampai urusan membajak sawah pun bisa diselesaikan dengan mesin. ditambah lagi, Dengan kemajuan teknologi, sudah muncul kendaraan yang bisa digerakkan sendiri, dan kita tinggal duduk dengan nyaman, iyaa 'kan?
Yang lebih enaknya lagi, jarak dari rumah ke toko yang jaraknya hanya 300 meteran saja, bisa dijangkau dengan sepeda motor! Duuuh, ini memang dipermudah, atau makin diperlemah, ya?