Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagi Si Introvert, (Ingin) Menjadi Terkenal Bukanlah Jalan Terbaik

13 Juni 2017   14:49 Diperbarui: 26 Juni 2017   19:58 1282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti pesan Pak Komar yang begitu bijak dalam bukunya, Ungkapan Hikmah, bukankah diri kita—seperti yang diungkapkan dalam film Spiderman—terlahir sebagai pahlawan, everybody is hero? Ibaratnya, jadikan diri kita layaknya akar di dalam pohon, menopang dan memberi manfaat pada pohon, meskipun letaknya tersembunyi, terpendam di dalam tanah.

Memang, kita harus terus mengasah bakat dan minat kita, apapun caranya. Dan buatlah karya yang terbaik, agar diri ini begitu berharga. Meskipun kita—para innies—ingin menjadi “orang biasa”, kita pasti akan terkena “ranjau popularitas” jika diri kita mempunyai kemampuan dan kiprahnya yang lebih istimewa. Dan, kejadian ini memang telah membuktikannya!

Misalnya saja, RA Kartini yang berjuang dengan cara tersembunyi; melalui tulisan. Semasa hidupnya, beliau tak ingin dikenal luas. Justru itulah, setelah wafat, namanya selalu disebut-sebut sebagai pahlawan di negeri ini, iyaa ‘kan?

Begitu pula dengan pesohor-pesohor dunia di berbagai bidang, yang di antara mereka, banyak yang termasuk kaum innies , sebut saja Bill Gates, yang mendirikan perusahan perangkat lunak ternama, Microsoft, dan Albert Einstein, yang dalam kesendiriannya, bertumbuh menjadi ilmuwan Fisika dikenang dunia sepanjang masa (silakan kalian buka buku TheIntrovert Advantage hal. 45, untuk lebih lengkapnya).

Ya, meskipun mereka telah terkenal lewat karya-karyanya, tetap saja sifat bawaan mereka yang introvert, tak bisa diubah lagi. Karena itulah,  saya yakin, mereka punya cara sendiri untuk mengatur hidupnya.

***

Di tengah kehidupan yang serba kekinian, yang menjadikan narsis, rating, atau semacamnya sebagai modal eksistensi diri, kami memutuskan untuk menempuh jalan berbeda. Kami enggan untuk menghamba pada kedua indikator popularitas tersebut, agar energi mental kami tetap terjaga.

Namun, kami yakin, dunia masih membutuhkan kami. Sayangnya, kami kurang begitu diterima di dunia luar, ditambah lagi kami sering disalahpahami oleh kebanyakan orang. Memang, kami benci basa-basi, termasuk dalam berkarya. Toh, kami tetap bisa berkontribusi pada dunia, dengan berkarya di bidang apapun, sebaik-baiknya.

Tetap semangat ya, orang-orang yang kutub kepribadiannya, senasib denganku!

Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun