Memang sih, kita sebagai pengguna medsos, punya hak untuk menulis, tapi apakah kita mau berpikir lebih dalam, apa yang disampaikan benar-benar meyakinkan? Atau, jangan-jangan, terselip konten atau kalimat yang dianggap meragukan? Kalau sampai ada konten meragukan, yang kasihan siapa? Pembacanya, 'kan?
Bukankah Nabi shalallahu 'alaihi wassalam telah memperingatkan kepada kita demi kemaslahatan dalam kehidupan--terutama umat Muslim: "Tinggalkan hal-hal yang meragukanmu kepada hal-hal yang tidak meragukanmu. Kejujuran mendatangkan ketenangan, dan dusta mendatangkan kegelisahan"Â (HR. Trimidzi)
Karena itulah, dalam menulis konten di berbagai media--terutama media sosial, kita tidak selamanya hanya mengandalkan pengalaman yang nyata. Malahan, kita butuh riset untuk menguatkan tulisan-tulisan di media sosial. Caranya, ya banyak membaca artikel-artikel yang terpercaya, dan buku-buku ilmiah. Setelah itu, barulah kita menulisnya. Ingat, menulisnya yang benar-benar jujur, kalau ragu, sebaiknya ditinggalkan, Â ya!
Mengapa kita perlu melakukan riset sebelum menulis di media sosial? Tujuannya, selain untuk menyampaikan informasi yang benar dan akurat, agar kita tidak dianggap pribadi yang sok tahu. Merasa yang disampaikan itu benar, ternyata itu salah. Kan kita jadi malu, kalau hal ini sampai terjadi?
Oh ya, kalau di dunia kampus, kegiatan riset adalah sebuah kewajiban bagi mahasiswa dan dosen, di media-media besar dan sudah punya nama, riset menjadi bagian terpenting untuk menyebarkan informasi kepada khalayak. Pantas ya, masyarakat menaruh kepercayaan pada media-media besar, bahkan karya-karya perusahaan media ternama, banyak yang dijadikan rujukan, untuk berbagai keperluan.
Terlebih lagi kalau sudah masuk ke ranah media online. Makanya di berbagai media sosial, ada sebuah tanda centang untuk profil yang sudah terverifikasi. Halaman-halaman Facebook, dan akun Twitter yang sudah bercentang biru, adalah akun yang resmi, dan di Kompasiana sendiri, ada tanda Verifikasi Biru bagi akun-akun yang telah terpilih dan memenuhi syarat.
Apa artinya dari semua ini? Yup, mereka semua telah menyajikan konten-konten yang postitif, dan tentunya, tidak diragukan lagi bagi khalayak. Walaupun banyak bertebaran akun-akun palsu yang mengatasnamakan nama X, para warganet tentu memilih informasi dari akun-akun medsos yang bercentang biru, karena mereka informasi-informasi yang mereka publikasikan bisa dipercaya dan diterima oleh mereka.
Oleh karena itu, demi menciptakan bermedia sosial yang sehat, yuk, tinggalkan hal-hal yang meragukan dalam membuat konten. Eitss... tidak cuma menulis status atau artikel saja, kalian--yang suka klik "like" dan menyebarkan konten di medsos, kudu berhati-hati. Pastikan, yang kalian suka dan menyebarkan konten, adalah konten yang isinya tak diragukan lagi. Sehingga, kita--para penggunanya, akan merasa nyaman di dalam dunia maya, bukan?
Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
*Referensi, dari berbagai sumber
P.S: Saya jadi tergerak untuk menulis artikel ini setelah membaca artikel dari Mas Isjet tentang Membedah Fatwa MUI tentang Media Sosial, terutama bagian yang menyebarkan konten meragukan yang ternyata tidak ditemukan oleh beliau. Untuk lebih lengkapnya, silakan kalian baca di sini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H