Pertama, memproses pikiran dan perasaan mereka. Mereka butuh bantuan untuk menghadang stimulus dari luar, sehingga mereka berfokus dalam diri mereka sendiri.
Kedua, aktivitas yang dijalani di dunia luar, bisa menguras energi mereka.
Ketiga, mereka tidak bisa memulihkan energinya, sampai mereka benar-benar terisolasi dari lingkungan eksternal.
Ohh, pantas saja, kalau saya memang butuh kamar sendiri. Ini bukan hanya soal untuk bisa mandiri sih, tetapi lebih kepada kebutuhanku untuk bisa memberikan energi, dan bisa terlindung dari stimulus dunia luar yang bisa dibilang, “keterlaluan”!
Akan tetapi, ada syaratnya juga, kalau kalian—kaum introvert—ingin punya kamar sendiri. Yaitu, ruangannya harus aman dan nyaman, serta bebas dari interupsi, kerumunan, suara bising, dan tuntutan. Jika tidak, kamar tersebut, bukannya menambah, malah menguras energi mental mereka, iyaa ‘kan?
Karena itulah, penempatan kamar bagi si introvert, perlu ada posisi tersendiri. Sebaiknya, kamar tersebut diletakkan jauh dari ruang keluarga, dimana tersangka pemicu kebisingan dalam rumah adalah TV, DVD dan home system. Lebih baik lagi, kalau rumah kalian berlantai dua, kalian bisa membuat kamar pribadi tersendiri. Dengan demikian, hidup kalian bisa adem ayem, dengan ruangan pribadi sebagai benteng dari stimulus berlebihan, bukan?
Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H