Bukankah apa yang kita dapatkan--etnis, agama, dan tempat lain--sesungguhnya bukan produk pilihan bebas, melainkan pemberian dariNya? Kalau mereka sampai berani menghina etnis, sesungguhnya mereka sedang menentang Tuhannya, karena mencela apa yang telah Dia ciptakan termasuk keragaman. Kalau begitu, apa sih yang diperbolehkan untuk kita benci? Perilaku seseorang yang dianggap negatif, tak peduli suku dan agama yang melekat pada dirinya.
Nah, kalau sudah tahu kita terikat dengan fakta primordial, tentunya kita harus bersyukur, atas apa yang kita dapatkan dan yang kita alami selama ini. Banyak keberuntungan yang kita rasakan di bumi Nusantara yang tak akan didapatkan di negara lain, begitu pula sebaliknya. Kita bisa tenang berpuasa setiap tahun dengan waktu yang relatif sama, dibanding warga belahan dunia lain yang harus menjalankan puasa mengikuti musimnya. Dan, saya sendiri berharap, kerukunan di Indonesia akan tetap teguh, damai selalu.
Demikianlah, semoga menginspirasi. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H