"Akun medsos milikmu kok nggak pakai nama asli sih, sudah begitu namanya di-lebay-in. Biar kamu kelihatan kekinian, ya?"
Siapa di antara kalian, terutama generasi Y dan Z, kaum millenial dan digital natives, yang punya akun media sosial? Hampir semuanya punya ya, minimal punya akun Facebook. Apalagi pada zaman dimana informasi berkembang sangat pesat, tak peduli kaya atau miskin, warga kota maupun penduduk desa, daerah maju dan terbelakang, siapa yang menolak suguhan teknologi yang berjejaring di seluruh dunia ini, yaitu internet? Ya, sungguh dunia maya ini telah menyajikan berbagai hal yang membuat hidup kita ini, semakin dipermudah.
Karena pengguna media sosial di belahan bumi ini adalah manusia seperti kita, idealnya akun-akun media sosial yang kita gunakan sebaiknya menggunakan nama aslinya. Beridentitas. Kalau perlu cantumkan informasi pribadi lainnya. Untuk apa kita melakukan hal tersebut? Ya supaya kita tahu personal branding antara konten dan pembuatnya, biar pembaca lebih nyaman saat membaca tulisan kita, bukan?
Tapi, bagimana dengan pengguna (user) yang sudah terlanjur pakai nama samaran dan tidak menampilkan nama aslinya? Bukankah tulisan yang dibuat akun samaran ingin mendapat bagian dari pembaca alias membaca hasil karyanya? Apalagi pada saat ini banyak pengguna yang menyebar informasi sampah, hoax, dilakukan oleh akun yang tidak bertanggung jawab. Dan biasanya nih, nama akun yang berupa anonim (tanpa diketahui namanya), bahkan namanya disamarkan!
Ya sudahlah, jangan sedih dulu. Memang tak semua orang mau membuat akun medsos menggunakan nama asli karena berbagai alasan tertentu. Walaupun demikian, tak jarang akun samaran juga berkontribusi untuk berbagi konten yang baik, pokoknya akun medsos yang dibuat, berpulang pada niat masing-masing orang.
Nah, di artikel ini, saya mencoba untuk mematahkan anggapan akun samaran yang menjadi biang keladi penyebaran sampah informasi, sehingga pembaca lebih percaya pada tulisan dari akun bernama asli, dan memaparkan apa yang sebenarnya dilakukan oleh (sebagian) nama akun samaran oleh penggunannya, ya berdasarkan analisa, pengamatan dan pengalaman pribadi. Oke, kalau begitu, yuk kita simak artikelnya!
1. Karena Akun Samaran Namanya Tidak Jelas, Maka Verifikasi Akun sebagai Batas Pemisah antara Akun (Samaran) "Beneran" dan "Abal-Abal"
Di dunia medsos, verifikasi akun sudah digembar-gemborkan oleh pengelola kepada penggunanya, baik Facebook, Twitter, Instagram, dan lain-lain. Di Kompasiana juga demikian, terlebih lagi artikel sampah banyak dibuat oleh akun anonim dan samaran yang hanya muncul musiman, sebagai penggembira semata. Untuk membentengi hal ini, biasanya si empunya akun, baik akun bernama asli maupun samaran, melakukan verifikasi data pribadi.Â
Nah, bagi pemilik akun samaran, memverifikasi akun dengan informasi pribadi sangat diperlukan, karena akan ketahuan siapa pemilik akun yang biasa membuat konten, misalnya tulisan. Jadi, kita dituntut untuk bertanggung jawab apa yang kita buat dan hanya menulis konten yang baik, ya! Namun, data-data pribadi 'kan sifatnya rahasia, hanya si pengguna, pengelola, dan Tuhan yang tahu.
2. Memanfaatkan Akun Samaran sebagai userID bagi Penggunanya
Di dunia ini, ada satu nama, tapi orang yang menggunakannya sebagai identitas sudah mencapai ratusan, bahkan ribuan! Jadi, kalau dicari di sosial media, misalnya Facebook atau Twitter, akan menemukan banyak sekali akun yang menggunakan nama sama. Jadi, ketika kita hendak mem-follow akun tertentu, pasti akan bingung, bukan?Â
Karena itulah, saya sangat salut dengan beberapa netizen yang lebih memilih nama akun samaran sebagai userID-nya, tentunya dengan nama khas tersendiri. Mengapa? Ya membuat perbedaan di antara penggunanya! Apalagi dengan nama user yang gampang diingat, iyaa 'kan? Termasuk saya yang menjadi alasan, kenapa masih mempertahankan nama akunku ini. Ya karena nama akunku yang memang unik, tak ada duanya! hehe :D
Hal yang sama juga berlaku di dunia blogger, menggunakan nama samaran memang diperbolehkan kok! Bersama dengan konten yang baik, nama samaran yang digunakan akan membentuk personal branding-nya tersendiri. Jadi, akun samaran yang digunakan di dunia maya bisa disejajarkan dengan nama pena di dunia kepenulisan, lho!
Namun, alangkah lebih bagusnya, kalau nama akun yang dibubuhkan di medsos, juga dicantumkan nama aslinya, ya! Agar kita tahu siapa sesungguhnya pemilik akun ini, jadi kita bisa respek deh ke akun medsos-nya! Tapi, lagi-lagi, soal mencantumkan nama asli, ya kembalikan pada penggunanya. Simple, 'kan?
3. Karena Akun Samaran Punya Hak untuk Berbagi, Maka Usahakan Mengunggah Konten yang Bermanfaat
Untuk bisa menghilangkan cap buruk dan "kesan membedakan" oleh pembaca antara akun bernama asli dengan nama samaran, setelah melakukan verifikasi akun, alangkah baiknya kalau si pemilik akun samaran berusaha untuk membuat konten yang bermanfaat. Mengapa? Kita ini dinilai dari apa yang kita buat, baik dikatakan maupun tertulis, siapapun orangnya. Jadi, jangan sampai, menambah stigma buruk akun-akun samaran dengan konten yang tak baik, ya!
Okelah, semoga saja akun-akun samaran bisa tetap berkontribusi untuk mewujudkan ber-internet yang sehat dan bijak! Yuk, teruskan kita untuk berbagi!
Demikanlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H